CHAPTER 9 | Your Smile

5.1K 570 13
                                    

Chapter 9
♪: Dean Lewis - Be Alright
oOo

(Namakamu) tengah duduk termenung sembari merenung, mengingat perkataan abangnya yang mengatakan bahwa dirinya diberi izin pergi study tour tapi dengan syarat ditemani oleh Kelvin. (Namakamu) sendiri tak habis pikir dengan ayahnya yang sebegitu posessif terhadap dirinya. Jika ditanya, selalu saja jawabannya tak sesuai dengan jawaban yang seharusnya.

Semilir angin sore yang berhembus dari balkon kamarnya membuat rambut (namakamu) yang mulai memanjang berkibar. Kali ini Ia akan membiarkan rambutnya tumbuh panjang melewati pundak. Ditemani dengan segelas milo kesukaannya semakin menambah kelengkapan bersantai (namakamu) di sore hari.

(Namakamu) menopang dahunya dengan tangannya yang bertumpu pada tangan kursi. Tiba-tiba tepat diwajahnya muncul sesuatu berwarna abu-abu, berbentuk persegi. Gadis cantik itu terlonjak dan langsung menolehkan kepalanya, mendapati Kelvin ternyata sudah berdiri di sampingnya.

“Nih buat kamu” kata Kelvin.

(Namakamu) meraihnya, ternyata itu sebuah buku diary. Kelvin tahu kalau adiknya itu sangat suka menulis sebagian dari isi hantinya dalam buku diary. Bahkan yang Kelvin tahu sudah ada 4 buah buku diary yang sudah penuh dengan tulisan (namakamu). Terakhir, Kelvin mendengar adiknya itu menggerutu karena buku diary-nya sudah habis.

“Buku diary kamu udah abis kan, kebetulan abang tadi sekalian pulang singgah ke toko buat beli buku diary kamu” imbuh Kelvin.

(Namakamu) menarik kedua sudut bibinya menjadi sebuah senyuman manis. Ia menelisik bagaimana design yang buku diary pemberian abangnya, sangat cantik dan elegan. Sebelumnya buku diary (namakamu) berwarna merah muda dan marun. Tapi kali ini Kelvin memberikannya rekomendasi warna yang lain dari sebelumnya.

“Makasih bang. Aku suka banget bukunya”

“Sama-sama. Ohya gimana sama study tour-nya? Kamu jadi pergi kalo abang ikut temenin?”

“Menurut abang gimana?” tanya (namakamu) menggembungkan kedua pipinya.

“Ya terserah kamu. Kamu mau nya itu gimana, kalo abang mah ayo-ayo aja”

“Abangkan magang. Lagian kenapa harus banget abang ikut? Aku kan udah besar, bisa jaga diri kok. Aku tuh pergi bukan sendiri tapi rame, hampir satu sekolah ikut. Cuma kelas 10 aja yang gak ikut. Rame banget kan?”

Kelvin tersenyum tipis, “(namakamu) Bunda selalu pesan sama kita untuk nurut apa kata Ayah. Karna Ayah pasti tau yang mana yang baik buat kamu, buat Aldi dan buat abang juga. Suatu saat kamu tau kenapa Ayah begini sama kamu” ucap Kelvin mengelus rambut adiknya. Rambut yang hitam dan lebat.

“Iya aku paham, tapi aku pengen banget ikut. Pengen ngerasain gimana didalam bis bareng temen, nyanyi bareng selama perjalanan. Kaya yang pernah aku liat di YouTube” ucap (namakamu) menampilkan jajaran gigi rapinya.

Kelvin tertegun sejenak. Ia tahu remaja seusia adiknya itu memang ingin melakukan hal yang menyenangkan bersama teman-teman. Tapi tidak untuk (namakamu), adiknya itu sulit untuk melakukan hal itu semua dikarenakan sesuatu yang menghambat pergaulan remajanya seperti teman-teman sekolahnya.

“Kamu malu abang ikut?” tanya Kelvin.

(Namakamu) menggigit bibir bawahnya, bola matanya menatap wajah sang kakak. Perlahan dia mengangguk, “I-iya. Eh tapi gak gitu bang, malu nya tuh beda. Aku kan udah SMA, masa pergi harus ditemani itu kan ga banget dimata temen-temen aku. Aku males nanti malah di bully kaya waktu it-” (namakamu) terkejut dan langsung menutup mulutnya rapat dengan telapak tangannya.

Regret | Fanfiction VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang