Chapter 15
♪: Sia - Chandelier
oOo"Kantin yuk" ajak Karel begitu bel jam istirahat berbunyi dan guru yang mengajar juga sudah menghentikan penjelasan materi dan berlalu keluar kelas. Karel berdiri tepat disamping bangku (namakamu), "Lo bekal kan, kita makannya di kantin bae"
(Namakamu) yang masih menyalin cacatan materi dipapan tulis itu menoleh sebentar, "Iya bentar ini dikit lagi kelar" balasnya masih menulis.
Karel pindah jadi duduk dibangku di depan meja (namakamu), "Lo nulis lelet banget, ntar aja lanjutinnya gue laper banget nih"
"Ih Karel awas kepalanya, gak keliatan gue" (namakamu) menggeplak lengan Karel dengan pulpen yang ditangannya.
"Udah ah ayok," Karel berdiri dang langsung menyeret (namakamu) dari bangkunya, dan tak lupa mengambil tas makan (namakamu) didalam laci meja. "Aisyah udah nunggu dari tadi"
(Namakamu) yang digeret hanya bisa pasrah sambil memandang Karel kesal. Pasalnya catatannya belum selesai tapi Karel sudah main geret-geret aja. "Gue gak mau tau pokoknya lo yang harus selesai-in catatan gue" omel (namakamu) sepanjang jalan menuju kantin.
"Iya-iya gue yang catet, sekarang tuh yang penting perut gue kenyang"
"Rusuh lo"
Langkah mereka terhenti saat selangkah lagi sampai dikantin karena seseorang menghentikannya. Hanif Muhammad!
"Baby (namakamu) makan sama gue yuk, ada yang mau gue omongin" ucap Hanif.
Perkatan Hanif lebih dulu dibalas oleh Karel dengan tepukan kencang dibahu disertai tatapan sengit, "Gak! (Namakamu) makan sama gue. Gegayaan banget lo, ada yang mau diomongin segala. Kalo mau ngomong tuh ya ngomong aja disini langsung ngapain lo ngajak-ngajak makan bareng segala" balas Karel sengit seperti anak gadis yang sedang datang bulan.
"Lo PMS apa ya, sewot amat perasaan. Lagian gue nanyanya tuh sama (namakamu) bukan sama lo" Hanif membalas tak kalah sengit.
"Gue mewakili (namakamu), apa lo?!"
"Baby (namakamu) gak perlu diwakilin segala, lo kira mau nyalon pemilu apa pake wakil segala"
(Namakamu) memutar kedua bola matanya, Ia merampas tas makannya dari tangan Karel kemudian pergi dari hadapan kedua manusia yang sedang adu mulut, tapi sebelum itu Ia berkata "Kalian mirip cabe-cabean yang ngerebutin om-om. Rel, gue makan duluan. Dan kak Hanif, kalo ada yang mau diomongin nanti aja pulang sekolah"
(Namakamu) masuk kedalam kantin yang penuh, untungnya masih ada meja kosong. Oh ternyata tidak kosong, ada Iqbaal disana. Agak ragu untuk menghampiri, (namakamu) kembali mengedarkan matanya untuk mencari meja kosong yang lain saja tapi tak ada. Ck, Karel bilang kalau Aisyah sudah menunggu tapi mana, tak ada Aisyah dikantin. Dasar Karel! Dan (namakamu) baru ingat kalau sehabatnya itu ada rapat Rohis.
Mau tak mau (namakamu) menghampiri Iqbaal saja, dicuekin atau tidak urusan belakang karena yang penting perutnya terisi makanan. Bagaimanapun ayahnya sudah berpesan untuk tidak terlambat makan jadi (namakamu) harus segera mengisi perutnya!
"Iqbaal, gue duduk disini boleh" tanya (namakamu).
Iqbaal menoleh sebentar lalu mengangguk. Kemudian Ia melanjutkan makannya dalam diam, mencoba tak peduli dengan gadis didepannya tapi tetap saja tak bisa. Matanya sesekali melirik ke arah (namakamu) yang juga tengah makan. Dalam diamnya Iqbaal, Ia bergulat dan menebak-nebak apakah (namakamu) sudah berubah menjadi gadis kalem atau tidak. Tapi sepertinya gadis itu memang sudah berubah mengingat tak ada kata ayang yang disematkannya jika sedang memanggil nama Iqbaal dan juga tingkah menyebalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret | Fanfiction Version
FanfictionSebuah penyesalan yang tiada arti meskipun menangis darah dan meminta maaf untuk kesempatan yang tak akan pernah kau dapat dan ulang kembali. Salahkan berjuang diakhir penyesalan itu? Lantas apa gunanya perjuangan itu jika tiada arti sama sekali? ...