CHAPTER 17 | Munafik

5K 594 18
                                    

Chapter 1
♪: James Arthur feat. Anna Marie - Rewritte the Star
oOo

(Namakamu) memutar tubuhnya yang berbalut gaun selutut berwarna coklat tua didepan cermin. Dirinya tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika dua jam yang lalu mendapat telfon dari Iqbaal untuk mengajaknya jalan-jalan. Bahkan Ia lupa dengan kesedihannya tentang penyakit yang dideritanya. Itulah kenapa (namakamu) tak bisa berjanji pada Karel untuk melupakan dan menjauhi Iqbaal karna bagi (namakamu), Iqbaal bisa dikatakan sebagai kebahagiaannya walaupun Ia tak bisa memiliki lelaki itu.

(Namakamu) bisa melupakan apapun jika sudah menyangkut Iqbaal. Bahkan Ia bisa dengan ringannya melupakan rasa sakit hatinya dulu ketika Iqbaal terus-terusan menolak.

Ia sendiri tak tahu kenapa tiba-tiba Iqbaal menelfonnya lalu mengajaknya pergi jalan-jalan. Tapi hal itu tak terlalu dipikirkan (namakamu) karna sekarang dirinya terlalu dilingkupi rasa senang jadi susah untuk berpikir sedikit lebih rumit mengenai perubahan Iqbaal.

Langkah ringannya sudah membawa dirinya sampai ke lantai dasar di mana sudah ada Iqbaal duduk di sana bersama dengan segelas jus yang baru saja diantarkan oleh bibi Ann. Tak ada orang di rumah selain dirinya dan bibi Ann dikarenakan ayah dan abangnya belum pulang—mungkin lembur—dan Aldi yang sedang pergi ke supermarket diujung kompleks. Dua bodyguard yang ditugaskan untuk menjaga (namakamu) juga tidak ada.

Sebelum pergi, (namakamu) mempersilahkan Iqbaal untuk minum terlebih dulu. Kini mereka sudah berada disalah satu foodcourt, duduk berhadapan dengan Iqbaal membuat (namakamu) sedikit canggung. Memesan beberapa makanan untuk mengisi perut dan minuman untuk meluruskan makanan yang masuk.

“Iqbaal..” panggil (namakamu) sambil menggigit bibir bawahnya ragu, saat Iqbaal menoleh dan saat itu juga Ia menggelengkan kepalanya “Gak jadi deh” cengirnya.

“Gak bakal ada yang marah kan kalo gue ngajak lo jalan?” tanya Iqbaal meskipun Ia sudah tahu jawaban dari gadis yang sangat cantik didepannya ini. Karel. Iqbaal menebak kalau (namakamu) akan menjawab dengan menyebut nama teman sekelasnya itu. Namun salah.

(Namakamu) menggeleng, “Gak ada kok” jawabnya meski dalam hati meringis karna teringat Karel. Sahabat lelakinya itu lebih posesif ketimbang Aisyah.

“Bener?”

“Iya” balas (namakamu). Bibirnya gatal untuk menanyakan alasan mengapa Iqbaal mengajaknya jalan seperti kebanyakan sepasang kekasih. Dan seingatnya memang tak ada yang marah jika (namakamu) jalan dengan Iqbaal kecuali Karel. Tapi lelaki itu bisa (namakamu) urus dengan alasan klasik yang sering (namakamu) suguhkan.

Makanan yang mereka pesan sudah datang dan ditata rapi oleh dua pelayan yang ramah. Iqbaal mencoba menyantap makanannya agar bisa teralih dari pesona (namakamu) yang sungguh membuatnya berdebar seperti seorang gadis. Matanya Ia coba fokuskan pada piring namun tak bisa, oh god! 

Keheningan melanda dua manusia yang—sok—sibuk dengan makanan yang tersaji, sampai kedatangan tiga orang yang berdiri disisi meja mereka mengalihkan pandangan keduanya dan refleks menoleh.

(Namakamu) tersedak begitu juga dengan Iqbaal, mereka buru-buru meraih minuman dan selembar tisu sebelum berdiri kaget. Seperti orang yang ke gep selingkuh, (namakamu) memasang raut cemas diwajah cantiknya.

“Karel, kak Hanif” sebut (namakamu) dengan lirih dan gugup sampai Ia lupa siapa nama lelaki yang satunya lagi.

Ya, ketiga lelaki yang berdiri disisi meja mereka adalah Karel, Hanif dan Bastian. Untuk apa ketiga lelaki itu berada di mall pada sabtu malam seperti ini tanpa adanya gadis diantara mereka, atau mereka sedang kencan bertiga? Ppftt..

Regret | Fanfiction VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang