CHAPTER 19 | Homeschooling

4.9K 603 18
                                    

Chapter 19
♪: Jorja Smith - Don't Watch Me Cry
oOo

"...semoga cepat sembuh (namakamu)" dokter Ryzki pamit pergi saat dirasa Ia sudah cukup menjelaskan bagaimana kondisi (namakamu) kali ini, lalu Ia mengangguk pelan dan tersenyum pada Adrian.

Wajah (namakamu) tampak pucat dan lesu, matanya sayu dan tubuhnya semakin kurus. Adrian yang melihat banyak perubahan pada anak gadisnya merasa sedih.

"Janji sama ayah kalo kamu akan sembuh, sayang" kata Adrian duduk dikursi disamping ranjang. Tadi pagi, saat dirinya akan menuruni tangga menuju lantai dasar Ia melihat (namakamu) yang sudah tergeletak tak sadarkan diri diujung anak tangga terakhir dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Adrian panik dan langsung membawa (namakamu) ke rumah sakit.

(Namakamu) menatap ayahnya sedih, "Aku gak bisa janji ayah"

"Enggak sayang, kamu harus sembuh. Ayah gak mau kehilangan kamu,ayah janji akan turuti semua kemauan kamu kalo kamu sembuh nanti. Kamu boleh jalan bareng temen, kamu boleh ikut study tour , kamu bebas ngapain aja dan gak bakal ayah larang-larang tapi janji sama ayah kamu harus sembuh"

Tangan putih (namakamu) terulur untuk mengusap wajah baya ayahnya. "(namakamu) janji ayah, do'ain ya semoga (namakamu) sembuh" ucapnya lirih sambil tersenyum disela wajahnya yang pucat.

"Selalu, ayah selalu berdo'a supaya kamu sembuh" Adrian mengusap kepala (namakamu).

"(namakamu) baik-baik aja ayah, jangan nangis" kekeh (namakamu) pelan.

Dan Adrian ikut terkekeh, wajah anak gadisnya akan selalu terekam di mata Adrian. Wajahnya saat ceria, saat tertawa hingga menangis. Tuhan, angkat penyakit anakku, batin Adrian berteriak. "Iya sayang"

"(namakamu) kapan boleh sekolah?"

"(namakamu) sayang, kamu fokus penyembuhan kamu aja dulu ya"

Anak gadisnya itu menggeleng, "(namakamu) mau sekolah ayah"

"Kamu belum sehat"

"(namakamu) mau belajar"

"Kalo gitu kamu homeschooling"

oOo

Tak ada pilihan selain menyetujui apa yang ayahnya katakan. Homeschooling. Mungkin belajar di rumah lebih baik daripada di sekolah tetapi hanya akan merepotkan. Begitulah pikiran (namakamu) untuk saat ini. Akhir-akhir ini kondisi kesehatannya menurun dan tidak memungkinkan untuk beraktifitas bebas apalagi saat di sekolah. (Namakamu) yang dulu pecicilan di sekolah sekarang hanya akan diam dikelas. Jadi untuk apa dirinya berada di sekolah kan? Di rumah atau di sekolah sama saja, yang berbeda hanya tempat dan keramaian saat belajar karna di kelas ada 30 siswa lainnya yang ikut belajar dengannya.

Di sekolah bisa bertemu teman-teman sementara di rumah hanya bertemu dengan guru belajarnya saja. Membosankan tapi apa boleh buat karena yang terpenting itu pelajarannya.

Tiga hari berlalu, (namakamu) sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit dengan catatan tetap rawat jalan dirumah. Mengingat gadis itu memang butuh proses penyembuhan maksimal.

Di sinilah (namakamu), didepan gedung sekolahnya. Duduk dikursi roda dengan Adrian yang mendorongnya di belakang. Ayahnya itu sudah mengurus semua surat-surat tentang sekolahnya. Hari ini Ia akan berpamitan dengan teman-teman sekelasnya karna tidak lagi bisa melihat mereka setiap hari. Koridor tampak sepi karna sudah mulai jam beajar.

Sampai di depan pintu kelas, (namakamu) menoleh kebelakang menatap ayahnya sebentar. Sang ayah mengangguk, (namakamu) mengetuknya lalu membuka pintu. Yang pertama kali Ia liat adalah gurunya yang tengah menuliskan materi di papan tulis, hari ini pelajaran sejarah.

"Ah silahan masuk" kata guru sejarah yang sudah mengetahui maksud kedatangan (namakamu) karna Adrian sudah memberi tahu semua guru. Lagipula, Adrian salah satu donatur sekolah ini.

Adrian mendorong kursi roda (namakamu) masuk ke dalam kelas. Sementara (namakamu) dengan wajah pucat mencoba tersenyum manis melihat teman sekelasnya yang terkejut dan memasang raut tak mengerti bercampur sedih karna melihatnya duduk dikursi roda.

"Hai guys" dua kata yang berhasil (namakamu) lontarkan, tadinya ada kata selanjutnya tapi terhenti begitu melihat wajah lelaki pujaannya. Lelaki itu...tampak tegang dengan raut bingung.

Teman sekelasnya membalas sapaan (namakamu) masih dengan wajah tanda tanya.

"(namakamu) lo sakit?" tanya salah satu perempuannya yang dibalas dengan seulas senyuman lebar nan manis. Wajah temannya tadi berubah menjadi sendu. (Namakamu) dikenal sebagai gadis yang selalu riang dan pecicilan, selain itu Ia juga gadis pintar yang ramah. Tidak pemilih dalam bertemam dan tentunya...cantik.

"Gue mau pamit sama kalian. Gue Homeschooling, jadi gue gak bisa belajar bareng kalian lagi dikelas..." (namakamu) berpamitan dengan dengan teman sekelasnya, berkata panjang lebar yang membuat teman-temannya memasang raut sedih dan seakan tak terima jika (namakamu) akan homeschooling. "...Farel, gue minta maaf karna suka ngumpetin buku lo. Alwan gue minta maaf karna selama ini gue suka gangguin lo war game, dan Iqbaal..." mata (namakamu) jatuh disatu titik, memandang lekat wajah Iqbaal yang masih setia dengan raut dingin bercampur tegang. "I'm sorry cause I've made you uncomfortable with my behavior"

"Lo sakit apa?" Iqbaal buka suara dari bangkunya, Ia membalas tatapan mata (namakamu) dengan teduh.

"Jantung gue bermasalah"

oOo

Tbc, vote dan komen yaaa

Regret | Fanfiction VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang