CHAPTER 19: 2 | Can I?

4.7K 554 10
                                    

Jantung gue bermasalah

Jantung gue bermasalah

Dan sekarang otak Iqbaal yang bermasalah karna kata-kata (namakamu) terus mengiang dikepalanya. Ia tak bisa berhenti memikirkan gadis yang dulu menggilainya bahkan penjelasan materi sejarah yang tengah diterangkan gurunya itu sama sekali tak digubris.

Iqbaal memukul mejanya pelan tapi menyentak. Ia bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar dan tak lupa permisi dengan sang guru sejarah yang masih dalam jam mengajarnya.

Ia berlarian dikoridor, menuruni tangga karna letak kelasnya berada di lantai dua. Wajahnya tampak frustasi dengan suara-suara (namakamu) yang tiba-tiba terus menyerangnya. Sampai di koridor bawah, Iqbaal melihat (namakamu) di ujung koridor dekat ruang kepala sekolah. Ayahnya juga ada di sana, mereka berdua membicarakan sesuatu sebelum akhirnya ayah (namakamu) masuk kedalam ruang guru dan tinggalah gadis itu disana dengan dua orang berpakaian formal yang berdiri dibelakang kursi roda (namakamu).

Iqbaal berlari untuk segera tiba dihadapan (namakamu) dan begitu tiba dihadapan gadis cantik itu Ia berjongkok dan meraih tangan (namakamu) yang disimpan di atas paha. "(Namakamu).." panggil Iqbaal pelan dan ada nada kekhawatiran disana.

(Namakamu) tersentak kaget, Ia refleks menarik tangannya kalau tidak digenggam erat oleh Iqbaal. "Iqbaal? Kamu kenapa di sini, kan bu Arini belum abis jam pelajarannya"

Iqbaal tak menggubris perkataan (namakamu), Ia terus menggenggam kedua tangan putih itu lalu menundukkan kepalanya hingga dahinya menyentuh genggaman tangan mereka. Hari Iqbaal merasa sedikit lebih baik ketika mendengar (namakamu) menggunakan kosa kata Aku-Kamu. "Maaf"

"Iqbaal jangan kaya gini, berdiri ayo" (namakamu) merasa tak enak dengan Iqbaal yang berjongkok dan menundukkan kepala seperti ini apalagi didepan kedua kaki (namakamu). Ia tak mau Iqbaal merendah seperti ini.

"Gue minta maaf (namakamu), maaf" Iqbaal masih diposisinya.

"Kamu gak salah apa-apa sama aku, kenapa minta maaf?"

Hati Iqbaal merasa dicubit. Meski dirinya laki-laki, Iqbaal paham tentang bagaimana rasanya sakit hati atas penolakan dan tak dianggap. Iqbaal yang laki-laki saja sudah pasti akan merasa kecewa dan sakit jika ditolak apalagi seorang perempuan yang notabenya adalah makhluk lemah lembut dan cenderung sensitif. Tapi bagaimana bisa (namakamu) dengan mudahnya berkata seperti itu. Mengatakan kalau Iqbaal tak punya salah. Jadi penolakan-penolakan Iqbaal itu dianggap apa oleh (namakamu)? Kado harian?.

"Gue salah, gue salah karna gue udah berkali-kali nolak lo dan selalu kasar sama lo. Gue salah karna udah sia-siain lo (namakamu). Dan gue sekarang baru sadar, gue minta maaf (namakamu)"

"Kalo itu udah aku maafin dan bahkan itu gak aku anggap sebagai kesalahan Iqbaal. Aku malah ngerasa kalo aku yang salah, selama ini aku selalu gangguin kamu dan buat kamu gak nyaman. Aku selalu buat kamu jengkel, marah. Maaf karna aku udah cinta sama kamu, tapi kamu tenang aja karna aku gak gangguin kamu lagi kok dan aku gak akan cinta lagi sama kamu" ucap (namakamu) polos.

Iqbaal meradang, dadanya sesak mendengar penuturan polos (namakamu). Ia tak menyangka kalau gadis itu menganggap kalau cintanya pada Iqbaal adalah sebuah kesalahan yang harus dimaafkan.

Iqbaal merasa dirinya keterlaluan. Ia tersenyum tipis, wajar kalau (namakamu) berkata seperti itu.

"Kenapa gue baru nyadar sekarang kalo cewek yang gue tolak-tolak dulu ternyata gak kaya apa yang ada di pikiran gue"

Regret | Fanfiction VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang