Chapter 14
♪: Ellie Goulding - Burn
oOoIqbaal keluar dari mobil dengan tatapan datar dan tak mengeluarkan suara sedikitpun walau Hanum tengah memberinya sedikit nasehat. Hari ini Iqbaal memutuskan untuk ikut study tour daripada seharian berada dirumah bersama Hanum dikarenakan apabila siswa yang tidak ikut berangkat diharuskan berada di rumah. Bossy!
“Iqbaal kamu dengar mama kan nak?” tanya Hanum menoleh kebelakang untuk melihat anak tirinya yang hanya dibalas dengan bantingan pintu mobil dengan keras. Hanum dan Salsha memekik kaget dengan perlakuan Iqbaal.
Hanum menghela nafas. Salsha mengusap lengan sang ibu lalu tersenyum tipis, “Maafin bang Iqbaal ya Ma, suatu saat abang pasti berubah dan bisa nerima mama dengan baik” ucap Salsha.
“Iya sayang” balas Hanum mengusap puncak kepala Salsha dengan pelan kemudian Ia kembali melajukan mobilnya untuk mengantar Salsha ke sekolah.
Sementara Iqbaal dengan tas ransel yang bertengger dipundaknya dan earphone yang senantiasa bersamanya, lelaki itu duduk dibangku dekat dengan lapangan sembari mengedarkan matanya melihat ada beberapa bus yang akan membawa mereka study tour sudah berjejer didekat parkiran. Pikirannya tiba-tiba melayang kembali pada sosok (namakamu),bahkan kemarin malam Iqbaal tak bisa tidur karena terbayang-bayang gadis cantik itu. Hari ini Ia berniat untuk meminta maaf pada (namakamu) karena sudah menghinanya kemarin.
Semua siswa yang ikut sudah pada berdatangan dengan ransel mereka yang penuh berisi dengan jajanan—mungkin—tapi Iqbaal tak kunjung melihat gadis cantik itu memasuki gerbang.
Pas lagi dicariin gak ada, ntar kalo gue lagi bete nongol-nongol tuh cewek gumam Iqbaal dalam hati. Sampai matanya menangkap sosok Karel memasuki gerbang, namun hanya sendiri. Ia heran karena biasanya (namakamu) selalu berdua dengan Karel, eh tidak. (Namakamu) bertiga dengan satu gadis yang Iqbaal tak tahu siapa namanya. Tapi sekarang Karel hanya sendiri, kemana (namakamu)? Apa gadis itu tak ikut? Bukannya dia yang paling antusias dalam study tour ini.
Sebuah tepukan mendarat kencang dibahu Iqbaal membuatnya terkejut. “Ngelamun bae lo! Udah disuruh kumpul noh, ayo buruan” ujar Bastian ternyata.
Iqbaal melirik sinis, lalu Ia mendaratkan tepukan yang sama dibahu Bastian, “Impas!” gumamnya sambil melangkah kelapangan karena mereka akan diabsen sebelum menaiki bus dan melakukan perjalanan.
“Anjir, bales dendam tuh anak. Mana kenceng banget lagi mukulnya. Perasaan gue gak gini-gini amat” ringis Bastian memegangi bahunya lalu berteriak, “Iqbaal kampret sok cantik!!”
oOo
Karel duduk dibangku nomor tiga dibelakang supir bersama dengan Alwan, sambil memengang ponselnya yang sedang videocall dengan sahabat cantiknya. Ia sudah janji akan menghubungi (namakamu) saat dalam perjalanan. Suasana didalam bus sangat riuh karena Alwan yang dengan sikap konyolnya mampu membuat satu bus tertawa, maka dari itu Karel menggunakan handsfree agar suara (namakamu) yang lirih bisa terdengar walaupun suara Alwan masih jauh menembus dan menusuk telinganya.
“Lo mau kita nyanyi lagu apa hm?” tanya Karel pindah ke kursi dekat jendela. Ia agak lega karena (namakamu) sepertinya sudah mulai membaik, karena gadis itu sudah dirawat dirumah dan masker oksigen yang membekap sebagian wajahnya juga sudah berganti dengan selang yang lebih kecil bertengger dihidung (namakamu).
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret | Fanfiction Version
FanfictionSebuah penyesalan yang tiada arti meskipun menangis darah dan meminta maaf untuk kesempatan yang tak akan pernah kau dapat dan ulang kembali. Salahkan berjuang diakhir penyesalan itu? Lantas apa gunanya perjuangan itu jika tiada arti sama sekali? ...