2. Insiden Bola basket

104 23 14
                                    

"Ini sekolah apa kuburan si, sunyi banget. Eh iya lupa kan masih jam pelajaran. Mau ke UKS buat tidur tapi ngantuknya udah hilang, pengen ke kantin tapi gak lapar, Irin yang imut ini harus kemana yah? Ehm, mendingan ke perpustakaan ah" selama berjalan menyusuri koridor Irin berbicara sendiri untuk dirinya. Setelah sampai di depan perpustakaan Irin dilanda kebingungan, dia bingung ingin melakukan apa di perpustakaan. Mungkin baca buku?

Seketika langkahnya terhenti di depan perpustakaan namun tatapannya mengarah pada satu benda, bola basket. Dengan mata berbinar dan sedikir berlari Irin mengambil bola yang tergeletak di samping lapangan. Dia mendribble bola hingga berdiri di depan ring basket.

Ia terus berusaha memasukkan bola kedalam ring basket. Dari sepuluh kali percobaan hanya dua bola yang berhasil masuk. Karena kesal Irin melempar bola basket ke ring dengan keras hingga terpantul kearah koridor.

BUUKK...

"Aww" Irin mendengar suara rintihan ketika mengelap puluh di keningnya akibat kelelahan main basket tadi. Ia membalikkan tubuhnya dan segera berlari ke koridor dekat perpustakaan.

Buku-buku cetak bersampul sejarah itu tergeletak dan berserakan dilantai. Dengan cepat Irin membereskan buku yang telah terjatuh, "Lu jalan pake mata dong, liat nih bukunya jadi berantakan. Hati-hati makanya" omel Irin kepada lelaki yang ada di depannya saat ini.

"Jalan itu pakai kaki bukan pakai mata. Jelas-jelas kamu yang lempar bola basket tadi terus ngejatuhin buku-buku ini dari tangan saya. Harusnya kamu minta maaf bukan balik menyalahkan." Balas cowok itu sembari memperbaiki letak kacamatanya dan merapihkan buku-buku yang berserakan. Cowok itu tetap membela dirinya karena jelas-jelas dia adalah korban dari kekesalan Irin bermain bola basket tadi.

"Kok lo nyolot sih?"

"Siapa yang nyolot? Saya bicara soal fakta kok. Kenapa juga ada siswi yang diluar kelas saat jam pelajaran."

"Apaan sih lo, yah terserah gue dong mau diluar kelas kek, mau jungkir balik kek bukan urusan lo!"

"Susah memang kalau nomong sama tembok" telak cowok itu yang seketika membuat Irin melototkan matanya kesal.

Irin meletakkan buku-buku yang sebelumnya dia pungut ke tumpukan buku yang ada di tangan cowok itu dengan kasar. Setelahnya cowok itu berjalan dan meninggalkan Irin yang masih berdiri di koridor dekat dengan perpustakaan.

"Baru kali ini ada yang berani lawan gue. Dasar cupu!" batin Irin menyumpahi cowok itu.

===


Kakinya berjalan santai di koridor lalu langkahnya terhenti ketika ingin memasuki kelas, ia menarik nafas dan memasuki kelas yang betuliskan XI IPA 1 "Permisi, maaf pak kelamaan ambil bukunya karena tadi ada masalah sedikit di perpustakaan"

"Baiklah tidak apa-apa, Arya. Tolong langsung dibagikan saja bukunya" ucap guru laki-laki yang dimana adalah guru sejarah yang melangsungkan pelajarannya dikelas XI IPA 1 tersebut. Jangan tanyakan mengapa anak IPA belajar sejarah, karena adanya 'lintas minat' oke?

"Baiklah anak-anak kita akan melanjutkan pelajaran, silahkan buka halaman 24 dan kerjakan tugas pilihan ganda tersebut. Mengerti?" Ucap Pak Arsyad.

"Mengerti, pak" ucap siswa berbarengan.

45 minutes later

Kringggggg......

Berhubung bel istirahat sudah berbunyi, Pak Arsyad memerintahkan tugas tadi menjadi PR. Hal itu membuat kelas menjadi riuh karena senang hanya diberikan PR.

"Arya anaknya papa Bima Christian yang gantengnya selangit, ke kantin yuk? Tuan putri lapar nih" rajuk cewek berambut panjang dan berponi itu.

"Memangnya kamu mau makan apa, tuan putri Lestari?" Pertanyaan itu tidak mendapatkan tanggapan, Lestari hanya langsung menarik tangan Arya untuk ke kantin.

Lestari adalah sahabat kecil Arya, mereka menjalin persahabatan ketika usia mereka kanak-kanak. Mereka berdua sudah seperti surat dan perangko, dimana ada Arya pasti ada Lestari maupun sebaliknya. Orang tua mereka juga saling mengenal dan sangat dekat karena urusan bisnis, saking dekatnya Lestari bahkan memanggil papanya Arya dengan sebutan papa Bima.


===


Setelah mendengar bunyi bel jam istirahat, Irin keluar dari perpustakaan. Sedari insiden bola basket tadi Ia menghabiskan waktu diperpustakaan untuk membaca novel. Kali ini Irin bergegas ke kelas untuk mencari sahabatnya, Mika. Tetapi langkahnya berhenti ketika Ia mendengar namanya terpanggil.

Irin membalikkan badan dan melihat sosok laki laki dengan baju seragam yang keluar dan rambut yang berantakan menghampirinya. "Irin, gawat Rin. Hu... huft gawat, Rin" ucapnya terbata-bata karena kelelahan berlari mengejar Irin.

"Eh selow-selow tarik napas dulu. Kenapa lo? Ruang guru kebakaran?" Tanya Irin heran.

"Bukan!"

"Kucingnya Mpok Mia lahiran? Alhamdulillah, laki atau perempuan? Terus yang hamilin siapa? Jangan-jangan lo lagi" tanya Irin lagi dibarengi muka dungunya.

"BUKAN!"

"Anak-anak kepergok ngerokok--"

"SMA ANGKASA BAKALAN NYERANG PAS PULANG SEKOLAH!" Kata cowok itu memotong perkataan Irin yang sedaritadi memang ngelantur.

"BRENGSEK!" Irin yang geram dengan perkataan cowok yang ada di depannya ini langsung berlari dan menghiraukan orang-orang yang berjalan dikoridor, siapapun yang ditabrak oleh Irin tidak berani menegurnya mengingat Irin yang bisa dibilang preman sekolah itu.

"Irin lo mau kemana?" Teriak cowok yang sebelumnya berbicara dengan Irin itu lalu hanya dibalas teriakan tanpa menoleh "basecamp!" Lalu cowok itu berlari mengikuti Irin ketempat yang disebut basecamp tersebut.








Tbc

Assalamualaikum teman-teman :)

Huh, baru sempat upload cerita karena dua minggu lalu cerita yang sudah saya ketik di draf tiba-tiba menghilang dan ada beberapa part yang gak nyambung karena teracak:" pas ngecek wp tengah malam trus ngeliat ketikan di draf teracak itu rasanya pengen nangis, sumpah.


Ohiya terima kasih sudah membaca cerita hasil dari kegabutan + imajinasi liar saya ini. Jangan lupa vote, comment dan share cerita ini ke teman-teman kamu yahh...

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang