Vote dan comment jangan lupa:)
.
.
.
.
.
"Kita udah kayak maling tau gak" kata Irin sebal."Ussstt"
Irin memutar bola matanya sebal. Saat ini Irin, Frans, Dimas, dan Mika berada di sebuah kios kecil di depan SMA Angkasa. Karena kebetulan hari kamis ini semua jadwal pelajaran hanya tiga, walau berbeda kelas. Jadilah mereka menguntit Vanya hari ini.
Dilain sisi Vanya terlihat jalan bersama teman perempuannya, lebih hebatnya lagi Vanya terlihat biasa-biasa saja di sekolahnya setelah skorsing satu minggu dan 'berita' tentang dirinya menyebar. Skorsingnya sudah dicabut sembari menunggu sidang hukum SMA Wijaya.
Vanya berjalan beriringan bersama Ratna. Hari ini Vanya berencana untuk berkunjung ke rumah Ratna untuk sekedar bersantai disana.
Setelah sampai di rumah Ratna, Vanya disambut hangat dengan mamanya Ratna dan sedikit bercerita di taman belakang. Tak lama kemudian Ratna menyusul dengan membawa pisang nugget coklat yang sudah dilumuri kacang. Setelah Ratna kembali mamanya pun pergi meninggalkan mereka berdua.
"Jadi tindakan lo selanjutnya apa, Van?" Tanya Ratnya mencomot makanan di depannya itu.
"Gue sisa tunggu sidang hukum SMA Wijaya. Gue yakin Arka bakalan di Drop out dari sekolahnya"
"Segitu bencinya lo sama Arka?"
"Sebenarnya gue cinta banget sama dia, tapi saking gue cintanya sampai dia nolak gue mentah-mentah di depan anak-anak pas gue SMP. Lo tau malunya gimana? Gue malu banget. Sekarang ini balasan buat rasa malu gue itu" Vanya bercerita dengan kilatan amarah di matanya.
"Terus lo apain Arka.. malam itu" Tanya Ratna hati-hati.
Vanya tersenyum meremehkan, "Gue campurin obat di minumannya, dia kalap dan grepe-grepe. Yah namanya cinta gue terima-terima aja. Gue cinta! Cinta banget sama dia, Ra!" Nada bicara Vanya meninggi dan sedikit mengeluarkan air mata.
Ratna beralih merangkul Vanya, "Sabar Van, sabar"
"Gue gatau jalan hidup gue gimana. Hidup gue hancur banget! Gue gak bisa jadi orang baik. Dari kecil gue udah liat nyokap bawa laki-laki gajelas di dalam rumah, denger nyokap yang menjerit, terus gak lama laki-laki itu keluar dari kamar tinggalin nyokap yang nangis di pinggir ranjang. Waktu itu gue masih kecil dan gue gatau apa-apa. Sekarang gue udah sadar, itulah hidup seorang pelacur. Nyokap gue pelacur, Ra!" Vanya bercerita sambil menangis dan menjerit kepada Ratna, untung saja jeritannya tidak terdengar kedalam rumah karena mereka sedang berada di taman belakang.
===
Irin, Frans, Dimas dan Mika mengikuti kemana Vanya pergi. Rupanya mereka sampai di sebuah rumah sederhana yang memiliki banyak tanaman bunga-bunga.
"Ini rumanya Vanya? Bukannya dia ngekos yah?" Tanya Mika.
"Kayaknya bukan rumahnya Vanya deh, tapi rumah temennya itu" Tambah Frans yang melihat Ratna memasuki rumah tersebut.
Mereka menguntit hingga ke taman belakang, sebetulnya rumah ini memiliki pagar besi yang cukup tinggi sehingga mereka menguping percakapan Vanya dan Ratna dari luar.
Percakapan itu sedikit samar mereka dengarkan, tetapi terdengar sangat jelas ketika Vanya bercerita dengan suara sedikit besar. Mereka semua saling melempar tatapan mendengar pengakuan terakhir dari Vanya.
"Jadi Vanya itu pelacur?" Tanya Irin dengan suara yang sangat pelan.
"Yang pelacur itu mamanya, goblok!" Kata Mika yang gemas karena Irin menanyakan hal yang bodoh karena jelas-jelas mereka mendengar penjelasan Vanya sama sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Teen Fiction"Ini tentang sebuah perbedaan, bukan salah siapa-siapa karena memang kita diciptakan tidak untuk bersama." Anairin Muzaika Sultan. --- Anairin Muzaika Sultan, orang berpengaruh di geng Vandals. Siapa yang berani melawan dia, yah siap-siap saja untuk...