15. Berbeda

24 5 0
                                    

Vote dan komen yah:)
.
.
.

"Ada hal lain yang baru kuketahui, bahwa jalan kita menuju rumah Tuhan itu berbeda"
.
.
.
.

Minggu, 6 Mei 2018.

Arya bersama dengan keluarganya dan Lestari bersama Ayahnya mengikuti ibadah di Gereja dengan khidmat. Beberapa sesi telah dilakukan seperti lagu pemujaan hingga firman-firman Tuhan.

Setelah beribadah, Arya dan Lestari akan berkunjung ke rumah Mita. Karena Lestari rindu ingin bermain dengan baby Al.

Ketika sampai di rumah Mita, Arya dan Lestari langsung bermain bersama baby Al di taman belakang. Keduanya terlihat sangat asik bermain dengan Al.

"Kalau aku liat kalian udah kayak suami istri tau gak, ditambah Al sebagai anaknya" Kata Mita yang menyusul mereka ke taman belakang.

Lestari berbalik badan sambil menggendong Al yang badannya sudah mulai berat, "Ah kak Mita bisa aja, oh ia kak makasih oleh olehnya. Aku suka"

"Baguslah kalau kamu suka. Ini makanan buat Al, dia belum makan sedari tadi"

Al turun dari gendongan Lestari, "Mommyyy, You know what? Al sangat bahagia dengan Uncle Alya dan Aunty Lestali, meleka sangat baik" kata Al lalu memeluk Mita yang kebetulan berhadapan dengan Lestari. Perkataan Al tersebut mendapat gelak tawa dari semua orang karena Al yang sangat cerewet dan belum bisa mengucapkan huruf 'r' tersebut.

Arya mengambil piring makan Al dari tangan Mita. Perlahan dan dengan sabar Arya menyuapi makanan kemulut Al yang sangat aktif tersebut.

===

Taman kota, 06.54 pm

Shani sudah duduk dengan dilanda gelisah. Ia yakin orang yang saat ini dia tunggu adalah orang yang tepat dan bisa membantunya dalam menyelesaikan masalah.

Setengah jam berlalu tapi Irin belum juga menunjukkan batang hidungnya. Shani menelepon nomor Irin dengan harap-harap cemas dapat di angkat dengan cepat.

Pada dering kelima telepon pun diangkat, "Gue udah di taman kota, sorry gue telat. Lo pake baju apa? Nanti gue cari"

"Pake boomber army celana hitam" kata Shani lewat telepon.

"Oke, tunggu" kata Irin lalu menutup teleponnya. Tidak membutuhkan waktu lama Irin sudah sampai dan duduk di samping Shani, kebetulan taman kota di malam senin ini tidak begitu ramai.

"Sebelumnya makasih kak udah dateng, Shani mau cerita soal Kak Arka"

Irin memandang Shani dengan kasihan, pasti Shani udah tau kelakuan Kakaknya macam apa. "Ceritain semuanya, siapa tau gue bisa bantu"

Shani menceritakan kejadian yang semalam dilaluinya. Tentang dia mendengar Arka yang menggerutu, Arka yang menyesap rokoknya dengan berlebihan, dan tentang perempuan itu, Vanya.

Irin beberapa kali ingin memotong ucapan Shani tapi dia tidak tega. Melihat Shani menangis itu seperti bumerang dalam hatinya. Shani meluapkan beban kakaknya melalui Irin, terdapat rasa pilu yang juga dirasakan Irin.

"Jadi ini semua gara gara Vanya?" Shani mengangguk menanggapi perkataan Irin barusan. "Shit!" Tambahnya.

"Kak Irin bisa 'kan bantuin kakak aku? Aku mohon kak dia itu gak bersalah" kata Shani yang menghapus jejak air mata di pipinya.

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang