10. Insiden Ruang Guru

51 12 0
                                    

Kali ini Arya sibuk membawa buku-buku tugas temannya. Seperti biasa ini adalah tugas seorang ketua kelas, tugasnya. Dengan sedikit pincang karena luka yang semalam di dapatnya dari kecelakaan itu membuat lututnya harus di perban. Dari kejauhan Lestari berterik heboh disepanjang koridor untuk menyusul Arya.

"Arya jeleeeeeeekkkkk..... sini aku bantuin ih, kaki kamu masih sakit"

Tanpa membalikkan badan Arya hanya menjawab, "Udah, aku bisa bawa ini sendirian kok. Kamu tunggu di parkiran aja"

Tanpa Arya sangka Lestari merebut sebagian buku yang ada di tangannya. Dengan gerakan tiba-tiba itu membuat Arya kaget namun hanya dibalasan dengan cengiran iseng Lestari. "Kamu harus hati-hati, lutut kamu 'kan masih sakit"

Arya tersenyum lalu menyenggol pelan lengan Lestari yang terlihat cukup pendek di dekatnya, "Kamu perhatian banget sih"

"Arya apaan sih, jangan jadi manusia alay deh" Beginilah sifat asli dari seorang Arya, sangat jail dengan orang terdekatnya. Tapi seketika menjadi 'es batu' jika berhadapan dengan orang lain.

===

"Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh" Ucapnya ketika membuka pintu ruang guru.

"Rasanya adem banget di ruang guru, banyak AC-nya. Kalo bawa kasur sama guling gue nyaman kali yak? Haha goblok banget. ngayal lo, Rin" Celotehnya terhadap dirinya sendiri.

Dia berjalan melawati beberapa meja guru, kali ini ruang guru benar-benar kosong karena para guru sedang melaksanakan acara arisan bulanan antar guru yang sedang dilaksanakan di aula sekolah. Irin meletakkan buku tugasnya di atas meja yang terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan 'Hj. Nisma wati M.Pd'

"Woah, ternyata Ibu Nis udah naik Haji. Nanti kalo sukses gue bakalan naikin Haji Papi sama Mami. Kan keren 'Hj. Sarahwidya' sama 'Bapak H. Roni Sultan'. Udah gak bisa dipungkiri Mami sama Papi aja kece apalagi anaknya" Lagi-lagi ia berbicara sendiri dan memuji dirinya.

Setelah meletakkan buku tugasnya ia berjalan untuk keluar dari ruang guru tapi langkahnya terhenti ketika ia menginjak tali sepatunya. Dengan malas Irin sedikit berjongkok untuk mengikat tali sepatu, baru saja ia ingin berdiri kepalanya yang masih terlilit kain kasa itu terbentur dengan sesuatu yang cukup keras.

"Ssstttt aw" itu suara ringisan, tapi buka dari Irin tapi dari orang di depannya. Irin langsung berdiri dan mendapati sosok cowo yang cukup tinggi darinya.

"Kamu?"

"Elo?"

Lestari yang melihat Irin langsung menengahi mereka yang hampir berselisih, "Bukannya kamu Irin yah? Kamu udah baikan? Kepala kamu gimana?" Saking khawatirnya Lestari mengelus perban di kepala Irin lalu memeriksa lengan bahkan kaki Irin untuk mengecek apakah ada luka lain atau tidak.

"Ih lo apa-apaan sih? Sok kenal banget!" Irin mendorong pelan Lestari karena risih. Lestari yang tidak siap menerima dorongan Irin terjatuh dan menimpa pintu. Buku-buku tugas yang sebelumnya dipegang Lestari terjatuh dan ada luka goresan di tangan kanan akibat tergores pada heandle pintu.

"Kamu apa-apaan sih? Sampe dorong Lestari segitunya. Lestari 'kan udah baik sama kamu, dia khawatir gara-gara kecelakaan semalam. Jadi orang ga ada rasa terima kasihnya. Punya hati gak sih?" Arya membantu Lestari berdiri, membereskan buku-buku tugas lalu menyimpannya diatas meja guru. Sedangkan Lestari sibuk membersihkan luka goresan ditangannya.

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang