5. Sakit

54 16 12
                                    

Rey telah mengganti seragam sekolahnya dengan baju santai. Hari ini dia tidak memiliki rancana apa-apa yang Ia pikirkan hanya Irin yang terancam DO dari sekolahnya. Disamping itu Rey berpikir bagaimana menyelamatkan Irin dari papinya yang emosional. Rey memang sering bertengkar dengan Irin tapi dibalik itu Rey adalah sosok orang yang peduli, terlebih terhadap adik satu-satunya itu.

Irin berjalan hati-hati ke kamar Abangnya, ketika ingin mengetuk pintu Irin mengatur napasnya. Irin memang sering bertengkar dengan Rey tetapi ketika Rey marah itu adalah bencana bagi Irin.

"Assalamualaikum, Bang" Irin mengetuk pintu, bahkan mengucapkan salam saking gugupnya. Sebelumnya Irin memang pernah masuk dikamar Abangnya tapi tidak begitu sering. Mendengar tidak ada jawaban dari ketukan pintu itu Irin masuk dengan hati-hati.

Irin melihat sekeliling kamar 'Widih kamarnya Abang rapih juga, woahh banyak novelnya lagi. Nanti gue izin buat pinjam ah' batin Irin. Rey duduk dipinggir tempat tidurnya memegang gitar. Irin mengambil posisi duduk di depan Abangnya dengan menggeser tempat duduk belajar yang ada di dekatnya.

"Gu...gue minta maaf" kata Irin membuka percakapan.

"Jelasin sama gue" Kata Rey yang masih memangku gitarnya. Irin menjelaskan semuanya dari awal, ketika Ia mendapat info dari salah satu anggota geng vandals sampai terjadinya baku hantam dikantin. Rey menyimaknya.

Rey mengacak-acak rambutnya pusing, "Lo gegabah tau gak? Lo udah bikin mami nangis! Terus lo gimana mau hadepin papi, tau sendirikan papi orangnya gimana?"

"Ya..yah gitu deh" Ini adalah jawaban terbodoh yang Irin berikan kepada Rey.

"Irin! Lo bisa sehari aja gak bikin orang rumah pusing? Lo cuma mikirin apa yang terlintas dipikiran lo! Lo ga pernah mikirin perasaan mami sama papi. Lo itu cewek gak usah belagak jadi pahlawan, urusin urusan lo sendiri dan gak usah ikut campur masalah orang lain! Paham?" Irin mendongak dan menatap tajam mata Rey, Rey kaget melihat Irin menangis dan Ia merutuki dirinya yang berkata kasar disaat perasaan Irin juga hancur.

"Oke gue emang salah, gue salah! Puas lo?" Nada bicara Irin meninggi, Ia berdiri dan mengembalikan kursi belajar itu dengan sedikit membantingnya. Ia menutup pintu kamar Rey dengan kasar lalu berjalan menuju kamar dan menguncinya.

Irin merasa sedih dengan apa yang Abangnya bilang. Ia merasa dirinya adalah orang yang sangat buruk, dia juga menyalahkan dirinya akan hal ini. Karena lelah menangis Irin tertidur dengan mata sembab khas orang yang habis menangis. Bahkan Irin tidak turun dari kamarnya setelah makan malam.

Sebenarnya Sarah telah menjelaskan apa yang terjadi dengan Irin, pada awalanya Roni sangat marah tetapi Rey meyakinkannya agar tidak memarahi Irin. Roni pun memaklumi tindakan Irin karena sebagai perempuan dia khawatir dengan temannya.

===

Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. Sarah melangkahkan kakinya menuju kamar Irin untuk membangunkannya ke sekolah. Sarah heran baru kali Irin terlambat bangun bahkan Sarah tidak menemukan Irin di ruang sholat waktu subuh, tak seperti biasanya karena Irin adalah orang yang tepat waktu dengan ibadahnya walaupun bisa disebut kalau dia itu preman. Karena merasa ada yang tidak beres dengan Irin Sarah membuka pintu kamar Irin dengan kunci cadangan, karena dari semalam kamar Irin terkunci.

Sarah melihat Irin masih tertidur, wajah Irin sangat pucat dibalut dengan selimut tebal. Sarah mendekati anak bungsunya itu dan berusaha membangunkannya tetapi Sarah merasa suhu tubuh Irin tidak normal. "Rey! Cepetan kesini" teriak Sarah dari dalam kamar Irin. Karena kebetulan kamar Irin bersebelahan dengan kamar Rey, Ia mendengar suara maminya yang terdengar khawatir.

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang