VOTE SEBELUM BACA
BEBAS BERKOMENTAR!Sehabis Mika pulang, Irin bergegas untuk membersihkan kamarnya yang sangat berantakan. Ia pusing sendiri membersihkan kamarnya yang penuh dengan bungkusan cemilan itu. Setelah merasa kamarnya bersih, sekarang Ia membersihkan diri dikamar mandi. Seperti biasanya, Irin hanya memakai celana pendek diatas lutut berwarna hitam dan baju kaos yang cukup kebesaran di tubuhnya berwarna hijau. Sedangkan rambut basahnya hanya dibiarkan terurai.
Irin keluar dari kamarnya untuk menuju ke ruangan makan. Ternyata disitu sudah ada mami, papi dan kakaknya, Rey. "Irin kamu udah baikan?" Tanya Roni yang memegang dahi Irin.
Irin tersenyum, "Udah, Pi. Sekarang Irin cuma lapar". Keluarga yang pengertian, Irin bersyukur tidak ada yang membahas tentang masalah di sekolahnya.
"Palingan si kutu monyet cuma akting, pi" Kata Rey yang memandang Irin dengan muka jahilnya. Irin yang mendengar itu hanya melemparkan tatapan tajam kepada Rey.
"Udah-udah, sekarang waktunya makan malam. Papi gak mau ada keributan, oke?"
"Oke papi" jawab Irin dan Rey bebarengan.
Setelah makan malam selesai, Irin membantu maminya untuk membereskan meja makan. Sedangakan Rey dan papinya menonton tv. Selesai membereskan dan mencuci piring, Sarah dan Irin bergabung di ruang tv.
Mereka saling melemparkan lelucon bahkan Sarah dan Roni menceritakan masa mudanya ketika berpacaran. Irin dan Rey menyimaknya dan sesekali tertawa membayakan Papi dan Maminya waktu berpacaran. Irin berhenti tertawa ketika mengingat sesuatu.
"Woy! Cemilan gue mana?" Kata Irin kepada Rey yang sebelumnya masih sibuk mendengar cerita papinya.
Rey langsung berdiri dan masuk di kamarnya, tak lama Rey keluar dengan memegang kantongan plastik yang berlogokan sebuah mini market. Mata Irin berbinar melihat kantongan itu.
Rey menyodorkan kantongan plastik itu dan dengan senang hati Irin menerimanya, "Tadi siang pas pulang sekolah gue mau ngasih ini sama lo, cuma mami bilang ada temen lo yang datang, jadi gak sempet."
"Tumben, akur" sela papinya yang membuat senyuman Irin memudar. "Papi gimana sih? Berantem dimarahin, lagi akur ditegur juga"
"Ga, Pi. Kemarin Rey marahin Irin sampai dia nangis. Anggap aja ini permintaan maaf" Sarah dan Roni saling memberikan kode dan menahan tawanya.
"Btw ini buat gue semua? Banyak banget" Kata Irin bingung.
"Ga papalah. Buat stok ngemil lo doang sih"
Irin merubah posisi duduknya di sofa sehingga berhadapan dengan Rey. Tanpa aba-aba Irin memeluk Rey, Rey yang menerima pelukan Irin menaikkan satu alisnya heran. Baru kali ini Irin bersikap normal kepada Rey, biasanya mereka hanya bertengkar. "Makasih yah, bang. Gue sayang banget sama lo, walaupun kita sering berantem tapi gue percaya kalo lo itu abang yang paling baik sedunia"
Rey melepas pelukannya secara perlahan bahkan Ia hanya berdua dengan Irin di ruangan tv, karena sebelumnya mami dan papinya pergi ke kamar, "Lo salah makan atau gimana sih? Kok aneh gini?"
Irin menoyor pelan kepala Rey, "Gue jadi adek romantis lo bilang aneh, lo tuh yang aneh"
"Kok gue?"
"Iya elo. Gue udah kasi kode kalo mau dibeliin cemilan lagi!"
Rey memutar matanya mendengar jawaban Irin. Rey beralih melihat jam tangannya 08.00 malam, berarti masih ada waktu untuk keluar. "Rin, mau ikut gue ga?"
"Emang mau kemana?"
"Udah, ikut aja" Satu kata yang dilontarkan Rey kemudian Ia mengambil jaketnya yang tersampir di gantungan dekat dengan meja tv, kemudian Ia menarik Irin keluar rumah. Ketika ingin menutup pintu Rey baru memperhatikan pakaian Irin, Rey menggeleng dan menyuruh Irin naik ke kamarnya untuk berganti baju dan dengan polosnya Irin mengikuti perintah Rey.
Irin mengganti bajunya dengan kemeja kotak-kotak yang dibiarkannya tidak terkancing dengan dalaman berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru gelap senada dengan kemejanya. Rambutnya yang tadi dibiarkan terurai kini dikuncir kuda olehnya.
Tidak butuh waktu lama Irin telah selesai dengan gayanya yang terlihat tomboy . Rey melihat pakaian Irin lalu kembali menggelengkan kepala, Irin yang melihat tingkah Rey itu langsung membuka suara. "Pakaian gue jelek yah?"
Rey mendongak dan tersenyum kearah Irin, "Enggak, pakaian lo bagus. Tapi lo yakin gamau ganti sendal?"
Irin beralih melihat sendalnya, benar saja Ia masih menggunakan sendal rumahnya yang bermotif doraemon. Irin menyengir dan kembali masuk kedalam rumah untuk mengganti sendal santainya dengan sendal berwarna hitam dengan merk eiger itu.
Rey dan Irin memakai helm masing-masing. Kali ini Rey memang mengajak Irin keluar dengan menggunakan motor. Rey melajukan motornya dengan kecepatan sedang membelah jalanan Jakarta yang cukup padat. Rey berencana untuk membawa Irin ke tempat tongkrongan disebuah cafe langganannya.
Ketika sampai di cafe Rey memarkirkan motornya dan langsung memasuki cafe tersebut, Rey mengedarkan pandangannya dan menemukan sekumpulan anak muda yang sedang nongkrong. Rey menghampiri sekumpulan itu diikuti dengan Irin dibelakangnya.
"Eh Rey" Sapa seseorang yang berdiri dan menghampiri Rey. Cowok yang menyapa Rey tadi memperhatikan Irin dari bawah sampai atas, Irin yang melihat tatapan itu merasa risih. "Lo lumayan juga" kata cowok itu dan memberikan tatapan nakalnya kepada Irin.
Plak
Irin memberikan satu gamparan kepada cowok yang berani menggodanya tadi, cowok itu meringis. "Lo kalau ngomong lagi gue tonjok" Cowok itu menatap Irin dengan hati-hati, dia langsung takut untuk melihat Irin dan segera mundur.
"Jangan macem-macem, dia adek gue"
"Sorry" ucap cowok yang sebelumnya ditampar oleh Irin. Irin tidak menanggapi dan hanya mengunyah permen karet dimulutnya.
"Gue kesini mau minta bantuan sama lo, Raka. Terutama anggota geng lo" Ucap Rey to the point kepada cowok yang ditampar Irin tadi, ternyata namanya Raka.
Raka mengernyit, "Bantuan apa?"
"Gue lagi cari seseorang"
===
Rey kembali melajukan motornya di tengah malam ini, kali ini jalanan cukup lancar karena kurangnya pengendara. Ketika diatas motor Irin menyuruh Rey untuk singgah disebuah mini market untuk mentraktirnya cemilan. Rey pun berpasrah dan menuruti keinginan Irin untuk singgah membeli cemilan. Bahkan Rey menggunakan kartu kreditnya karena tidak membawa uang tunai, untung saja mini market itu menerima pembayaran via kartu kredit.
Irin cukup memborong dua kantongan sedang yang berlogokan mini market tersebut, setelah selesai berbelanja Rey kembali keparkiran mengambil motornya.
"Udah semua, 'kan? Udah puas habisin duit gue?" Kata Rey memakai helm full facenya.
Irin terkekeh, "Hehe udah. Yuk balik, gue capek. Lo juga tadi kenapa gak minta izin sama mami buat keluar?"
"Tenang aja kalo urusan izin, selagi lo sama gue pasti aman"
"Terserah lo aja Rey" Ini adalah salah satu keunikan Irin, kadang Ia memanggil Rey dengan sebutan abang atau namanya saja. Aneh.
Rey mengendarai motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi, Rey merasa handphone didalam saku celananya bergetar. Rey beralih mengambil handphonenya dan masih melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi.
"REYYY!! AWAS!!"
Terlambat,
Motor sport yang berwarna merah itu hilang kendali dan terjatuh dijalan raya yang sudah mulai sepi.
.
.
.
.
.
.
.Tbc
.
.
.
.
.
.Assalamualaikum teman-teman:)
Makasih sudah baca sejauh ini, makasiii bgttt❤
Votenya jangan lupa yaaaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Teen Fiction"Ini tentang sebuah perbedaan, bukan salah siapa-siapa karena memang kita diciptakan tidak untuk bersama." Anairin Muzaika Sultan. --- Anairin Muzaika Sultan, orang berpengaruh di geng Vandals. Siapa yang berani melawan dia, yah siap-siap saja untuk...