Seperti rutinitas biasanya, Arya berangkat ke sekolah menggunakan motor sport hijaunya bersama Lestari. Arya sendiri sudah seperti ojek pribadi bagi Lestari, mengantarnya kemanapun termasuk mengantar-jemput Lestari ke sekolah. Wajar saja karena sekolah mereka sama. Setiap pagi Arya menjemput Lestari dirumahnya yang kebetulan hanya beda dua blok dari rumah Arya.
Ketika memasuki pelataran parkiran, Arya memarkirkan motornya dibawah pohon yang cukup rimbun, alasannya jika matahari cukup terik maka motornya tidak kepanasan. Konyol.
Lestari turun dari motor dan berusaha membuka pengait helmnya, "Arya, helmnya macet. Gak bisa kebuka"
"Macet? Banyak kendaraan kali jadinya macet" kata Arya sekenanya sambil membetulkan rambutnya yang berantakan ketika membuka helm.
Lestari memukul bahu Arya cukup keras, "Serius Arya! Gak bisa kebuka, ih"
"Coba aku liat, huuu anak manja" Arya mengatai Lestari anak manja ketika membuka pengait helm Lestari dengan mudah.
"Wah kamu emang hebat. Helmnya pilih kasih" Lestari memukul helmnya sendiri kemudian meletakkan di sisi kiri spion motor Arya. Arya yang melihat tingkah konyol Lestari itu hanya tertawa dan mengacak pelan rambut Lestari.
"Arya tau ga---" ucapannya langsung dipotong oleh Arya dengan jawaban konyol "Ga tau" yang membuat Lestari menarik pelan rambut Arya.
"Belum dikasi tau, ih Arya"
Arya terkekeh, "Yaudah kasi tau sekarang"
"Tas aku berat, hari ini pelajarannya ribet sama buku cetak. Makanya berat" Arya yang mendengar keluhan Lestari tadi langsung mengambil tas Lestari lalu memakainya di punggung, sedangkan tasnya sendiri hanya di tenteng.
"Arya jangan pakai tas aku, kamu gak malu? Warnanya pink" bisik Lestari lalu ingin mengambil tasnya.
Arya menahan tangan Lestari, "Gak usah, aku aja yang bawain. Kalo warnanya pink kenapa? Orang-orang juga tau kali ini tas kamu, bukan tas aku"
Lestari tersipu malu dengan ucapan Arya. Arya memang begitu, selalu menggodanya. Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju kelasnya karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
XI IPA 1, Smart class, kelas yang tidak pernah bermasalah dan selalu tertib. Itu karena ketua kelas yang menjadi contoh dikelas itu, Arya Christian. Cowok tinggi, putih, dan berkacamata. Sebagian orang beranggapan bahwa orang yang berkacamata itu cupu, tetapi tanggapan itu akan hancur jika melihat Arya. Sosoknya yang cerdas dan tampan membuatnya kadang menjadi perbincangan di sekolah. Berbagai lomba dan olimpiade IPA yang dimenangkan oleh Arya membawa nama baik SMA Wijaya dimata sekolah-sekolah lain.
Tak jarang juga Arya mendapat hadiah di loker dari fans rahasianya. Hadiah yang dimaksud seperti bunga, coklat atau barang-barang seperti jaket dan jam tangan. Jaket dan jam tangan itu tidak mahal dan tidak juga murah, pas untuk ukuran uang jajan anak SMA. Terakhir Arya memenangkan Olimpiade Sains Se-Indonesia yang diadakan di Jakarta dan mendapat juara pertama. Hadiahnya cukup membuat Arya puas atas pencapaiannya yaitu piagam penghargaan, medali, bebas tes untuk mendaftar di Universitas Indonesia dan uang tunai senilai Rp 20.000.000,00.
Arya cukup bangga dengan hasilnya namun tak membuatnya berpuas diri, karena Ia percaya bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Itulah yang dia tanamkan dari dalam dirinya. Bebas tes di Universitas Indonesia, kampus idola dan ia idamkan dari dulu. Uang tunai? Ia menyumbangkan setengah uang itu kepada bendahara sekolah untuk dipergunakan dalam urusan mensejahterakan sekolah. Sisanya dia berikan kepada mamanya, tapi mamanya menolak. Mamanya berkata bahwa itu adalah uang hasil kerja keras Arya dan itu uang hak Arya, jadi terserah Arya ingin mengemanakan uang itu, tetapi harus digunakan sebaik mungin dan bermanfaat untuk orang lain.
===
Rey tidak fokus dengan pelajarannya. Dia terus memikirkan bagaimana kondisi Irin saat ini. Ia terus menunggu bel istirahat untuk menghubugi Irin, karena tidak ada jam kosong dan guru selalu tepat waktu masuk dikelas Rey. Ketika bel istirahat berbunyi dan guru mata pelajaran produktif meninggalkan kelas, Rey langsung mengabari adiknya. Karena tidak ada balasan Rey mengirimkan spam kepada Irin.
Dilain tempat Irin mendengar dan merasakan getaran hpnya. Tetapi Irin mengabaikannya karena tuganya masih banyak, karena bergetar terus Irin akhirnya membuka handphonenya ternyata pesan WA dari Abangnya.
To: Bulu ketek cumi
"Kenapa, bang?"Send
From: Bulu ketek cumi
"Angkat video call gue"Belum sempat Irin membalas, panggilan video call dari Abangnya masuk.
"Gimana kabar lo? Udah mendingan?"
"Lumayan sih. Tumben perhatian"
"Tadi pagi tuh lo demam, makanya gue khawatir. Udah makan belom?"
"Kalo makan pagi udah, tapi makan siang belom"
"Mau gue bungkusin makanan?"
"Gak usah, gue udah nitip sama Mika"
"Yaudah gue beliin cemilan mau?"
"Mauuuu ehehe "
"Yaudah nanti gue beliin, dah"
Lalu sambungannya terputus. Irin merasa senang jika diperhatikan seperti ini. Entah mengapa semua orang tampak perhatian dengannya.
===
"Assalamualaikum, Irin!" Teriak seorang dari luar rumah sembari mengetuk pintu. Mendengar ketukan pintu, sarah beranjak dari ruang tv untuk melihat siapa yang datang.
"Waalaikumsalam, eh Mika" Jawab Sarah yang membukakan pintu.
Mika menyengir, "Hehehe, iya tante. Mika kesini bawaiin titipan Irin, ada ayam bakar sama nasi goreng" katanya menunjukkan tentengan kantong plastik ditangannya.
"Banyak banget, pasti Irin ngerepotin kamu?"
"Irin emang selalu ngerepotin, tante. Gak usah ditanya lagi"
Sarah dan Mika hanya tertawa, Mika lalu dipersilahkan masuk dan langsung menuju kamar Irin. Tanpa mengetuk pintu Mika langsung masuk. "Astagfirullah haladzim, Irin. Ini kamar atau sarang kecoa? Berantakan banget" Mika mengedarkan pandangannya mencari Irin dan menemukannya sibuk mencatat sesuatu di meja belajar.
"Entar kamarnya gue rapihin, gue sibuk ngerjaiin tugas dari Ibu Nis. Btw itu makanan titipan gue yah?"
"Iya, seleseiin dulu tugas lo. Terus makan"
Irin semakin mempercepat cara menulisnya karena hampir selesai, "Udah kok. Huwaaaaa laperrrr!"
Irin merogoh bungkusan yang dibawa Mika tadi lalu melahap habis nasi gorengnya. Mika membeli dua bungkus nasi goreng, satu untuknya dan satunya lagi untuk Irin. Mika menyendok nasi gorengnya secara perlahan namun tidak dengan Irin. Kecepatan Irin dalam makan tidak terelakkan lagi. Perutnya seperti karet yang bisa menampung begitu banyak makanan. Baru saja Mika memasukkan suapan kelima di mulutnya, Irin sudah merogoh kantongan ayam bakar. Itu berarti nasi gorengnya sudah habis, Mika yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala.
Setelah makan dan mengobrol banyak hal, Mika berpamitan kepada Irin untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Tak lupa juga Mika berpamitan kepada Sarah.
Tbc
.
.
.
.
.Assalamualaikum teman-teman:)
Makasih sudah baca, jangan lupa vote dan comment. Tqu😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Dla nastolatków"Ini tentang sebuah perbedaan, bukan salah siapa-siapa karena memang kita diciptakan tidak untuk bersama." Anairin Muzaika Sultan. --- Anairin Muzaika Sultan, orang berpengaruh di geng Vandals. Siapa yang berani melawan dia, yah siap-siap saja untuk...