8. Paper bag

48 13 8
                                    

Jangan lupa vomment, gapake bayarrr alias gratis!

.
.
.

Keheningan melandanya, dia bingung harus melakukan apa dirumahnya sendiri. Arya sangat-sangat bosan.

"Kamu sibuk ga?" Katanya berbicara dengan seseorang di ujung telepon.

"Enggak, kenapa?"

"Aku pengen ngajak kamu keluar, boleh?"

"Boleh, nanti izin sama papa aku dulu"

"Oke aku otw rumah kamu" Arya lalu mematikan teleponnya dan mengganti pakaian. Sore ini Ia berencana untuk mengajak Lestari jalan-jalan, Ia juga bingung ingin membawa Lestari kemana untuk menghilangkan rasa bosannya.

Arya memasuki kawasan blok rumah Lestari, motornya berhenti didepan rumah yang cukup besar namun terkesan sederhana dan menekan bel rumah, "Den, Arya" sapa seorang yang membukakan pintu. Saking seringnya Arya kerumah ini bahkan wanita paruh baya ini mengenalnya dengan baik.

Arya tersenyum ramah, "Bibi Ida apa kabar?" Wanita paruh baya itu bernama Ida. Dia bekerja sebagai pelayan dirumah Lestari, dia juga sudah dianggap seperti Ibu sendiri oleh Lestari karena Ia yang merawatnya dari kecil hingga besar seperti sekarang, karena Ibu Lestari yang sudah meninggal ketika melahirkan Lestari. Itu adalah kenyataan terburuk yang harus diterima Lestari, ketika membahas Ibunya Lestari akan merasa sangat terpuruk dan rapuh. Itulah sebabnya tidak ada yang pernah membahas soal Ibunya.

"Kabar bibi baik. Aden cari non Lestari ya?"

"Iya, Bi. Lestarinya ada?"

"Ada, Den. Silahkan masuk nanti bibi yang panggilin" Bi Ida berbalik masuk kedalam rumah di ikuti Arya dibelakangnya.

Arya menunggu di ruang tamu, saking dekatnya dengan Lestari bahkan foto Arya terpajang di dinding. Didalam foto berukuran besar itu ada Arya, Lestari dan Kris, Ayah Lestari. Ada juga foto seorang anak laki-laki yang merangkul anak perempuan disampingnya, senyum bahagia terpancar dari foto kedua anak tersebut. Itu foto Arya dan Lestari ketika berusia 10 tahun. Arya mengambil foto itu lalu mengelusnya pelan, memori tujuh tahun yang lalu kembali berputar di pikirannya, anak polos yang menghabiskan waktunya hanya untuk bermain.

"Udah lama, nunggunya?"

Arya mendongakkan kepala, dan melihat Lestari yang sudah siap dengan pakaian santai namun terkesan sopan untuk dipakai diluar rumah. Arya menyimpan kembali bingkai foto itu diatas meja dekat dengan kursi yang Ia duduki. Lestari mengambil posisi duduk di sofa bersampingan dengan Arya.

"Papa mana, Les?" Papa, panggilan Arya untuk Ayah Lestari. Mereka begitu dekat sehingga Arya sudah menganggap Ayah Lestari sebagai papanya sendiri.

"Papa ada dikamarnya, dia baru pulang kerja. Aku udah izin kalo mau jalan sama kamu, kata papa boleh asalkan jangan pulang larut malam"

Arya tersenyum lalu mengangguk. Petang ini Arya akan membawa Lestari ke mall sekaligus bioskop untuk menonton sebuah film favorit Lestari, horror. Sepanjang pemutaran film Lestari hanya sibuk memperhatikan layar bioskop, Ia tak menyadari kalau sedaritadi Arya memperhatikannya.

Arya diam-diam memperhatikan Lestari, entah mengapa dia begitu sayang dengan gadis disampingnya ini. Dia tidak tau perasaan apa yang dirasakannya, yang Arya tau hanyalah Ia bahagia ketika bersama Lestari. Apakah Arya jatuh cinta dengan perempuan yang sudah dianggapnya seperti saudara ini?

"Menurut kamu gimana filmnya?" Tanya Arya yang menggandeng tangan Lestari keluar dari bioskop karena filmnya telah selesai.

Lestari tersenyum begitu manis kepada Arya, "Aku suka, apalagi pemeran utamanya ganteng banget"

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang