4. Sidang Hukum Sekolah?

61 13 14
                                    

Kringggg.....
Kringggg.....

"Halo, Assalamualaikum"

"..."

"Iya, dengan saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu pak?"

"Maaf jika kami mengganggu tapi bisakah Ibu Sarah datang ke SMA Wijaya sekarang juga? Ada sedikit masalah dengan Anairin"

"Astagfirullah, Irin kenapa pak?"

"..."

"Baiklah saya akan segera kesekolah. Assalamualaikum"

Sarah langsung menutup telepon dan bergegas ke kamarnya untuk bersiap-siap. Dia terus berdoa dalam hatinya agar Irin tidak apa-apa. Tak lupa Sarah membawa dompet karena Ia berencana naik taksi.

Belum juga Sarah mengunci pintu terdengar suara mobil yang baru saja datang dan terparkir didepan rumahnya. Sarah mengenali mobil itu, itu adalah mobil Rey. Pada saat itu juga Rey turun dari mobil melihat Maminya yang terburu-buru.

"Mami mau kemana? Buru-buru banget keliatannya" tanya Rey melepas kacamata hitamnya lalu menyalami tangan Maminya itu.

"Rey, anterin Mami ke sekolah adik kamu. Cepat!" Sarah menarik tangan Rey agar masuk ke mobil. Dengan cepat Rey  melajukan mobilnya menuju sekolah Irin. Rey menebak-nebak kenapa Maminya sampai terburu-buru seperti ini. Lalu ingatannya kembali dengan adik perempuannya yang memang suka membuat onar tersebut.

Sarah menjelaskan apa yang terjadi kepada Rey. Setelah mengetahui bahwa Irin bertengkar dengan temen cowoknya, Rey merasa panas mendengar Irin babak belur.

Sarah juga sempat bertanya kepada Rey karena tidak biasanya dia pulang cepat. Rey menjelaskan bahwa ada rapat guru dan antar ketua jurusan sehingga memulangkan siswa siswinya dengan cepat. Sebenarnya hari ini Rey memiliki jadwal ekskul basket, tapi dirinya mungkin izin untuk hari ini.

'Anairin Muzaika Sultan, kali ini lo berhasil buat gue deg-degan. Sebrengsek-brenseknya lo tetep adek perempuan gue. Apapun alasannya gue bakalan abisin orang yang udah buat adek gue babak belur!' Batin Rey.

Mobil Rey terparkir asal di halaman sekolah yang bertuliskan 'SMA WIJAYA' itu. Rey dan Maminya berlari terburu-buru untuk menuju ruang BK. Rey yang masih menggunakan seragam SMK menjadi pusat perhatian namun Rey tidak memperdulikan tatapan itu, yang ada dipikirannya kali ini adalah adiknya yang babak belur.

"Selamat siang Ibu Sarah" sapa Pak Sato kepada orang yang baru saja memasuki ruangannya. Seketika Irin, Arka dan Dimas yang berada dalam ruangan itu berbalik menghadap pintu ruangan.

"Mami kenapa datang sih" omel Irin kepada Maminya yang terdengar seperti bisikan.

"Irin? Astaga kamu... Kenapa bisa jadi begini pak?" Sarah hanya menatap Irin singkat lalu duduk didepan meja Pak Sato. Sarah dan Pak Sato melanjutkan percakapannya dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi diluar ruang BK sehingga membiarkan tiga murid itu diam dan memahami kesalahannya masing-masing.

Suara derap langkah semakin terdengar dekat dan seperti memasuki ruangan BK itu. Irin hanya menunduk dan berdoa dalam hati agar Ia tidak mendapat ceramah Mami dan Papinya. Irin melihat sepatu yang begitu familiar dimatanya. 'Kayaknya gue kenal deh sama sepatu ini, kayak sepatunya....' Irin tidak melanjutkan perkataan dalam hatinya dan segera mendongakkan kepala.

Irin kaget dan tidak bisa berkata-kata ketika melihat abangnya berada didalam ruang BK. "A.. Abang? nga..ngapain disini? Tumben Abang pulang cepet biasanya kan lo---"

"Siapa yang udah bikin lo babak belur?" Tanya Rey dengan wajah datarnya.

"Enggak, Bang. Gue udah baikan kok. Ehehe" Irin berdiri dan berusaha tertawa di depan Abangnya walaupun sudut bibirnya terasa perih.

"Diantara lo berdua, siapa yang udah bikin Irin kayak gini?" Kata Rey menunjuk Dimas dan Arka bergantian. "Gak ada yang ngejawab? Berarti lo berdua yang bikin adik kayak gini? Hah?!" Rey menarik kerah baju keduanya, tangannya mengepal kuat menahan marah.

"Bukan gue, Kak. Tapi dia" Dimas menunjuk Arka yang menunduk. Rey melepaskan tangannya dengan kasar dari kerah baju Dimas dan Arka. Rey menatap sinis kepada Arka lalu melemparkan senyum mengejeknya.

"Arka Wijoko" Rey mengeja nama Arka pada name tag yang terpasang di seragamnya. "Kenalin, gue Reyhan Sultan kakak dari Anairin, kapten basket SMK Trisakti. Dan setelah ini gue pastiin lo berurusan sama gue!"

"Bang, udah!" Irin menarik bahu Rey saat Rey mengangkat wajah Arka dengan jari telunjuknya. Karena tidak ingin melihat Abangnya membuat keributan akhirnya Irin menarik Rey keluar dari ruang BK.

Irin menuruni tangga sembari menarik tangan Rey. Rey yang ditarik menuruni tangga pun hanya pasrah. Setelah melihat emosi Rey yang sudah mereda Irin melepaskan cekalan tangannya. Kebetulan saat itu Ia bertemu dengan Pak Sato dan Maminya. Rey meminta izin kepada Pak Sato untuk membawa Irin pulang dengan alasan kondisi Irin wajah irin yang masih berdarah itu. Akhirnya Pak Sato mengizinkannya dengan satu syarat, yaitu akan diadakan sidang hukum sekolah yang dimana setiap siswa atau siswi yang melakukan pelanggaran norma sekolah akan di dibahas dalam rapat guru.

Rey dan Sarah menyetujui itu tetapi tidak dengan Irin. Baru kali ini dia akan disidang hukum sekolah. Irin memang suka membuat masalah tetapi tidak sampai diadakan sidang, Irin tidak takut menghadapi sidang tetapi dia takut kalau papinya akan marah besar dengan Irin. Berkali-kali Ia merapalkan doa-doa agar papinya pulang lama atau ada urusan bisnis diluar kota mengingat papi Irin adalah orang yang berpengaruh diperusahaan tempat dia bekerja.

Didalam mobil hanya keheningan yang terjadi. Tidak ada yang berani membuka pembicaraan. Bahkan Irin yang sebenarnya membawa mobil dipaksa Rey untuk ikut bersamanya.

Sarah adalah Mami tercerewet yang anak-anaknya kenal namun kali ini dia hanya diam dan memijat pelipisnya. Ia merasakan pusing sekaligus takut. Penjelasan Pak Sato di ruang guru tadi terus terputar-putar dalam otaknya. Tadi ketika Pak Sato dan Sarah keluar dari ruangan BK Ia diajak ke ruang guru untuk membicarakan apa yang terjadi. Pak Sato sengaja tidak menjelaskannya di ruang BK karena Ia tidak mau penjelasannya disangkal atau terjadi ketibutan lagi dengan ketiga anak itu.

"Sebenarnya Irin ingin membantu Arka, hanya saja caranya yang salah. Bahkan Arka, Dimas, Irin dan komplotan geng nya itu bersahabat. Irin merasakan kecewa terhadap Arka karena memperkosa siswi SMA Angkasa. Bahkan pulang sekolah nanti akan terjadi tawuran karena masalah ini. Tapi kali ini kami akan menindak lanjuti urusan dengan pihak keluarga Arka"

Perkataan Pak Sato itu terus terngiang-ngiang bahkan membuat Sarah menangis. Setelah sampai dirumah Sarah langsung masuk ke kamarnya. Irin meringis melihat maminya yang tidak bicara sepatah katapun kepada Irin. "Ganti baju, terus ke kamar gue" kata Rey lalu meninggalkan Irin sendirian diruang tamu.
.

.

.

.

.

Tbc

Assalamualaikum teman-teman:)

Maafkan author yg terkesan menelantarkan cerita ini:') 

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang