Happy reading guys:)
Enjoy yah"Mata kamu sipit, lucu"
-Anairin
.
.
.
.
."Sorry soal yg tadi"
16.23Sudah sedari tadi Irin melihat pesan itu namun tidak ingin dia read. Dia marah kepada Arya karena telah membuang-buang waktunya.
"Sorry sorry. Apaan dah" Setelah Irin mengomel ia melemparkan hpnya di tempat tidur lalu dia keluar menuju ruang keluarga untuk menonton tv sambil menunggu Maminya yang masak untuk makan malam nanti.
"Bang" tegur Irin yang ketika melihat Rey keluar dari kamarnya di lantai dua. "Apaan?"
"Pinjam novel lo dong. Boring nih"
"Berani bayar berapa? Baru gue pinjemin"
"Mamiii... masa Rey minta bayaran sama Irin gara-gara cuma mau pinjam novel" Irin meneriaki Maminya dari ruang keluarga menuju dapur. "Reyyy gak boleh gitu. Pinjamkan adikmu dulu sayang" balas teriakan Sarah dari dapur.
"Mampus lu! Gue ambil di kamar lo yah. Tengkyuuuuuu...." katanya lalu berlari menaiki tangga menuju kamar Rey. "Awas aja kalo novel gue ada yang hilang atau sobek nanti gue suruh ganti 10x lipat"
"Iya bawel!"
Irin memasuki kamar abangnya. Ia dapat melihat jejeran novel yang tersusun rapi hingga tiga rak. Sangat banyak untuk koleksi anak laki-laki.
Irin dan Rey memiliki hoby yang sama, yaitu sama-sama gemar membaca novel hanya saja Irin tidak bermodal untuk mengoleksi novel sebanyak Rey. Katanya "Buat apa beli novel toh cuma sekali baca. Mending pinjam novelnya Rey" Pelit sekali memang dasar.
Irin mejelajah tiap rak sambil membaca judul disamping buku. Matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah novel yang berjudul "Love or religion(?)". Irin sudah menebak akhir dari novel ini, yah pasti sad. Karena cinta dan agama bukanlah sebuah pilihan, jika memang harus memilih tentulah kita harus memilih agama. Rumit sekali memang.
Lembar demi lembar ia baca, halaman demi halaman, dia membaca novel itu dengan fokus yang tinggi untuk menghayati. "Woy sholat maghrib!"
"Astagfirullah al adzim Ya Allah Ya Karim. Dirimu memperkagetkan diriku yang sedang membaca novel Reyhan Pratama Sultan!!!!"
"Hehehe maafkan abangmu yang teramat ganteng ini. Because Papi udah pulang kantor jadi Mami mau sholat maghrib berjamaah ini"
"Bodo! Gue gak pernah punya abang modelnya begini"
"Emang lo adek gue?" Canda Rey.
"Astagfirullah, gue ngadu sama Papi yah. Papiiiii....."
===
Terdengar dentingan sendok, garpu dan piring beradu. Mereka larut dalam makan malam yang hening, hingga Sarah memecahkan keheningan yang terjadi. "Bagaimana les kamu, Irin?"
"Yah gitu-gitu aja,Mi. Nothing special"
"Memangnya sejak kapan kamu les?" Tanya Roni-- Papinya.
"Sejak ibunda ratu menyerang negara api. Ibu Nis ngasih tugas tambahan gitu buat les fisika padahal 'kan Irin anak IPS"
Roni mengagguk seperti paham sesuatu, "Arya bukan?"
"Papi tau?" Ucap Irin yang hanya mendapat anggukan dari Papinya.
Rey langsung mendongak ketika mendengar nama Arya, "Arya yang waktu itu kecelakaan sama kita?" Irin mengagguk. "Woah tanda-tanda jodoh ini mah"
Irin menatap Rey dengan wajah cemberutnya, "Diem lu cumi!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Tienerfictie"Ini tentang sebuah perbedaan, bukan salah siapa-siapa karena memang kita diciptakan tidak untuk bersama." Anairin Muzaika Sultan. --- Anairin Muzaika Sultan, orang berpengaruh di geng Vandals. Siapa yang berani melawan dia, yah siap-siap saja untuk...