23. Cafetarian

13 4 0
                                    

"Kamu hati-hati bawa mobilnya, jangan sampai jidat kamu luka lagi."
-Arya Christian
.
.
.
.
.

Irin melanjutkan membaca novel yang dipinjamkan Rey. Saat ini ia berada di kamar Rey dan tiduran diatas kasur empuknya.

"Itulah akhir dari sebuah ikatan cinta yang memiliki perbedaan keyakinan. Jika kau ingin memilih cinta disatu sisi kau akan menghianati keyakinmu dan jika kau memilih keyakinmu maka bersiaplah kehilangan cintamu."

"Love and religion, is not an option" Kata Irin dan Rey bersamaan membaca kata terakhir dari novel yang berjudul 'Love or Religion(?)'

"Gue masih bingung sama endingnya, sedikit sad tapi lebih banyak menggantungnya" kata Irin yang menutup novel itu lalu menyimpannya diatas nakas.

Rey yang memetik gitarnya di pinggir ranjang langsung beralih menatap Irin, "Menurut gue ending dari novel itu bisa kita simpulkan menurut kita masing-masing. Dan menurut penulisnya itu udah mentok endingnya"

"Kasian ceweknya" lirih Irin.

"Lebih kasian cowoknya" kata Rey lalu berjalan meninggalkan kamarnya.

"Rey pinjam novel baru yah"

"Ayam bakar dulu" kata Rey lalu menutup pintu kamarnya.

"Abang Rey-ku yang paling gantengggg. Pinjam yah!!" Teriak Irin lebih lantang.

"Kaga!" Balas Rey lebih lantang dari luar.

Tidak menghiraukan perkataan Rey, Irin mengotak-atik rak novel milik Rey untuk mencari novel baru untuk dibacanya.




===




Arka duduk di ruang tengah di rumah barunya. Hubungannya dengan Ayahnya mulai membaik walaupun sedikit canggung dan utang-utangnya pun sudah lunas semua.

Hanya satu masalah yang dipikirkan Arka, yaitu masalah Vanya. Dengan pindah sekolah mungkin bisa memperbaiki, tapi adakah sekolah yang ingin menerima siswa 'bermasalah' sepertinya?

Ia melirik kalender, skorsnya hampir selesai dan sidang hukum sekolah sebentar lagi akan dilaksanakan. "Kakak kenapa melamun?" Shani datang dan duduk di samping Arka.

Arka menghela napas beratnya, "Sidang hukum sekolah tinggal berapa hari lagi, berarti skornya juga udah berakhir. Pasti bakalan di DO dari sekolah."

"Enggak, kakak gak bakalan di DO. Percaya sama aku"

Arka hanya mengangguk memberikan senyum tulusnya. Dia sangat menyayangi adiknya yang satu ini. Setiap dia merindukan ibunya pasti dia akan melihat Shani, karena Shani sangat mirip dengan ibu mereka.

"Anak-anak Ayah lagi bikin apa, nih?"

"Ehm hai Ayah. Hanya duduk-duduk saja" kata Arka canggung.

"Ayah, jalan-jalan yuk. Shani lagi bosan di rumah"

"Kita makan malam di luar aja, abis itu kita nonton!" Seru Arka yang terlihat bersemangat.

"Yey nonton! Shani ganti baju dulu yah. Tungguin!!!"

"Enggak ah. Kakak mau tinggalin kamu"

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang