"Suka bukan berarti cinta, tapi cinta sudah pasti suka"
-Arya Christian
.
.
.
.
."Aryaaa..."
"Hm"
"Capek"
"Tidak ada kata capek! Selesaikan tugasmu cepat" disinilah Irin berada, di ruang keluarga ditemani dengan Arya disampingnya. Karena les private ini Arya dan Irin semakin dekat, jika sebelumnya mereka setiap hari bertengkar tetapi kali ini tidak. Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi hanya sekedar jika Irin tidak mau belajar, seperti saat ini.
"Tapi aquh ithu chuapek maz" kata Irin yang menampakkan muka memelas dengan perkataan yang alay.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Roni yang tiba-tiba saja ada di ruang keluarga.
"Ini om, Irin. Katanya dia capek"
"Eh enggak, Pi. Wah lu jangan bohong sama Papi gue ya! Ini Irin belajarnya rajin kok" Irin mencubit Arya sebagai kode tapi diabaikan.
"Kamu harus belajar yang rajin supaya pintar seperti Arya" kata Roni.
"Anaknya Papi itu Arya atau Irin sih? Heran deh" Irin menatap Roni dan Arya bergantian.
"Kalian itu anak Papi berdua, sudahlah lanjutkan belajarnya" ucap Roni lalu meninggalkan Arya dan Irin di ruang keluarga.
Irin menatap Arya lekat-lekat. "Kenapa kamu liatnya begitu?"
"Papi udah anggap lo sebagai anaknya. Lo pake pelet apaan?" Arya hanya menggelengkan kepalanya mendengar Irin sudah berbicara ngelantur.
Arya mengeluarkan buku pelajaran dari tas sekolahnya. Sambil Irin beristirahat Arya berinisiatif untuk mengerjakan PRnya saja. Arya mengerjakan PRnya dengan serius sesekali terlihat menghitung atau membolak balik bukunya.
Irin menatap Arya dari samping. "Lo jomblo?" Pertanyaan tak terduga itu keluar begitu saja dari mulut Irin. "Kenapa? Berminat?" Arya balik bertanya tanpa melihat Irin.
"Arya.."
"Um?"
"Menurut lo pacaran itu gimana?"
"Pacaran itu saling percaya, saling mengasihi, dan saling cinta tentunya."
"Kalau suka itu cinta bukan sih?" Tanya Irin lagi.
"Suka bukan berarti cinta, tapi cinta sudah pasti suka. Lagian pertanyaan kamu, emangnya kenapa sih? Kamu suka sama seseorang?" Kata Arya yang menyudahi acara mengerjakan PRnya.
"Kayaknya"
"Siapa?"
"Elo"
Arya tertegun dengan ucapan Irin barusan. Sedetik kemudian Irin tertawa terbahak-bahak "HAHAHAHA Lo percaya aja sama omongan gue, aduh. Eh tunggu dulu gue ambilin kue di kulkas."
Irin lalu beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil kue yang dimaksud. Arya membuang napasnya secara kasar, jantungnya hampir saja meledak mendengar perkataan Irin tadi.
"Itu hanya candaan, kenapa rasanya aku kecewa. Aneh" batin Arya.
===
"Anairin!" Irin mengangkat kepalanya ketika namanya disebut. Ibu Nis memanggilnya dengan sangat lantang sehingga semua orang di kelasnya mendongak menatap Irin dan Ibu Nis bergantian.
Dengan langkah hati-hati Irin maju menuju meja guru. Ia meremas ujung seragamnya untuk menghilangkan sedikit ketakutannya. "Iya bu?"
"Bagaimana les kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Novela Juvenil"Ini tentang sebuah perbedaan, bukan salah siapa-siapa karena memang kita diciptakan tidak untuk bersama." Anairin Muzaika Sultan. --- Anairin Muzaika Sultan, orang berpengaruh di geng Vandals. Siapa yang berani melawan dia, yah siap-siap saja untuk...