Sebotol yogurt di tumpukan karton properti membuat Deev tak berhenti tersenyum. Bukan yogurt-nya, melainkan note kecil yang tertempel di sana. Saat Deev kembali dari toilet, minuman yang masih dingin itu sudah berada di meja ruang properti yang berantakan.
Jangan diminum! Ini punya Deev.
Tn. Ensiklopedia.
Deev meraih ponselnya, membuka kolom pesan yang tak pernah ia kunjungi beberapa hari ini. Terima kasih yogurtnya sampai dengan selamat. Nn. Daisy. Begitu yang ia tulis. Ia lalu menenggak isi botol itu dengan pelan. Ya ampun Deev, ini cuma yogurt. Nggak usah baper. Ia akan menyimpan botol itu, ia tidak mau kepingan kecil memorinya berakhir di tempat sampah.
"Kenapa sih senyum-senyum nggak jelas." Aline dan Yasmin datang dengan gulungan kertas warna-warni dan beberapa potong kardus bekas. Deev mengangkat botol yogurt miliknya.
"Dari Shakeel?"
"Iya lah Yas, emang siapa lagi coba. Ya nggak Deev?" goda Aline sambil memotong kertas berwarna perak. Deev tersipu sambil menahan senyumnya.
"Eh, itu orangnya!" celetuk Aline saat Shakeel dan Sam masuk ke ruang properti.
Shakeel sedang bercakap dengan beberapa anak yang menyiapkan kostum. Sam hanya mengamati keadaan sekitar dengan tatapan bosan. Dapat dipastikan sepertinya anak itu dipaksa untuk ikut ke sini. Deev mengamati laki-laki itu dari kejauhan. Kamu selalu bilang aku itu perempuan bertopeng, padahal kamu sendiri bangun benteng yang nggak seorang pun bisa masuk ke hidup kamu. Apalagi aku, Keel. Deev tersenyum kecut, lalu mengalihkan pandangan saat matanya bertemu dengan yang ditatap. Dua orang itu berjalan mendekat.
"Deev, mereka kesini," cicit Yasmin sambil menggoyang-nggoyangkan lengan Deev.
"Dia nyamperin lo, Deev!" Aline semakin heboh.
"Kalian bisa nggak biasa aja? Paling juga cuma mau nanyain propertinya udah sampai mana."
Shakeel dan Sam sudah berdiri di hadapan mereka bertiga. Shakeel membaca naskah drama sekilas, lalu mengamati tumpukan properti yang ada di sana.
"Properti buat scene 3 udah siap kan?" tanya Shakeel sambil menatap ketiga perempuan itu bergantian.
"Belum seratus persen, tapi kayanya hari ini selesai," jawab Yasmin mewakili tim mereka.
"Oke, ya udah kita duluan ya." Shakeel dan Sam berjalan ke luar ruangan setelah itu.
"Gue bilang juga apa, kan. Makanya nggak usah heboh dulu," sungut Deev sambil meminum yogurt-nya kembali.
"Kok diminum, Deev?" tanya Aline yang membuat Deev mengerutkan keningnya.
"Ya emang kenapa sih, Lin? Masa dikasih mau didiemin aja," Yasmin menimpali.
"Ya kan biasanya kalau cewek dikasih makanan atau minuman dari orang yang mereka suka, mereka bakal nyimpen itu sampai kadaluarsa."
"Hidup lo kebanyakan nonton drama korea, Lin," ujar Yasmin datar lalu kembali memotongi kertas peraknya.
Deev mengambil krayon untuk mewarnai karton. "Mubazir, mending botolnya yang gue simpan."
"Iya deh terserah kalian," jawab Aline pasrah membuat Deev dan Yasmin terkekeh.
***
Deev pulang dengan Raga hari ini. Sebenarnya rumah Deev dan Raga tidak terlalu jauh. Setiap berangkat dan pulang sekolah, Raga selalu lewat di depan kompleks rumah Deev, jadi mereka sering berangkat dan pulang bersama. Laki-laki itu sudah duduk di atas motornya dengan wajah bosan.
"Maaf lama, tadi harus selesain urusan drama dulu."
"Nggak apa udah biasa abang mah," jawabnya sambil menyerahkan helm kepada Deev.
"Itu botolnya nggak mau dibuang dulu? Buat apa di bawa-bawa kaya gitu Deev?"
"Enggak, mau gue simpen di kotak rahasia."
"Emang kotak rahasia lo masih ada? Itu kan udah dari SD, Deev."
"Masih dong, mainan power ranger dari lo aja masih ada di sana. Mau liat?"
"Serius masih ada?"
"Iya, Ragaaaa."
"Oke gue mampir."
Deev segera naik ke motor, lalu melesat meninggalkan parkiran yang masih ramai. Tanpa Deev tahu, dari tadi ada dua laki-laki yang memperhatikan mereka dari kejauhan.
"Cemburu?"
"Enggak lah, itu kan sahabatnya," jawab Shakeel datar.
"Banyak kali yang dari sahabatan jadi saling suka."
"Apaan sih Sam, udah ah yuk balik."
"Hati-hati kesalip duluan, yang istimewa kadang kalah sama yang selalu ada."
"Udah ayo balik, Milan di bawa pulang kan hari ini?" Sam mengangguk.
Sepanjang jalan menuju vespanya terparkir, Shakeel terus mengulang perkataan Sam dalam hatinya. Yang istimewa kadang kalah sama yang selalu ada. Shakeel mencoba menepis kalimat yang terus terputar di kepalanya.
"Udah nggak usah dipikirin, lo bisa kok jadi yang istimewa dan selalu ada," teriak Sam dari kejauhan membuat Shakeel melotot karena parkiran masih ramai.
Percuma jadi istimewa dan selalu ada, kalau ada yang jauh istimewa dan nggak pernah pergi dari peredarannya. Dan sialnya, itu bukan gue. Batinnya lalu pulang dengan vespa biru pastel kesayangannya.
Author Note :
Hai haiii.. gue bakal up 3 part sekaligus malam ini. Ehehe, jadi, kalian tim siapa?
Shakeel?
atau
Raga?
![](https://img.wattpad.com/cover/121611153-288-k157266.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncountable Memories
Подростковая литератураMenurut kamu, memori itu sebuah hal yang bisa terhitung atau tidak? Shakeel terbiasa hidup dengan memori yang penuh luka. Jika didefinisikan dengan warna, hidupnya yang semula indah seperti ketika warna pelangi disatukan, tiba-tiba menjadi hitam sec...