ee = i
Shakeel & Deev
Orang bilang, melepaskan seseorang itu seperti ketika kita sedang mencabut gigi. Ketika gigi itu berhasil tanggal, rasanya akan nyaman, tak ada lagi yang mengganggu. Namun, pernahkah kamu menghitung berapa kali lidahmu menelusup ke tempat gigi yang telah tanggal itu? Mungkin dalam satu hari saja, bisa ratusan kali kamu melakukan itu. Hanya karena kamu telah melepaskan sesuatu, bukan berarti kamu tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda.Gigi yang tanggal itu meninggalkan celah pembatas yang sangat kentara, dan kadang kamu akan merindukan bagian yang kosong itu dengan amat sangat. Kamu akan butuh waktu untuk beradaptasi dengan kondisi barumu, mencoba menahan agar lidahmu tak berkunjung ke tempat yang sama untuk ke sekian kali.
Lalu, apa seharusnya kamu tak usah menanggalkan gigi itu saja? Tidak, bukan seperti itu, teman. Karena ketika kamu mempertahankannya, sakit yang ditimbulkan akan semakin menjadi-jadi.
Pilihan yang terbaik adalah mengikhlaskan apa yang seharusnya dilepas. Sama dengan ketika kamu ingin melepaskan seseorang. Karena hidup akan terus berjalan, tak peduli seberapa patah hatimu atau seberapa rapuh jiwamu. Jadi, lepaskan dan katakan kepada semesta bahwa kamu mampu memulai awal yang baru dengan lebih sempurna.
Suara jari yang beradu dengan keyboard berwarna putih masih terdengar. Pandangan laki-laki dengan kaos polo warna hitam belum juga beralih dari layar laptop yang masih terus menyala. Padahal, jam weker di nakas telah menunjukkan pukul 23.15 WIB tetapi belum mampu membuat laki-laki itu memejamkan matanya.
Salah satu spesies manusia kalong yang hobi menulis. Manusia sedingin batu es yang lebih suka dengan dunianya sendiri. Manusia misterius yang susah ditebak tetapi punya sejuta pesona. Lebih banyak bicara di ruang virtual daripada di dunia nyata. Namanya Shakeel Keano Adhitama. Biasa dipanggil Shakeel, laki-laki dengan alis tebal dan rambut yang dipotong rapi. Punya empat sahabat yang sama-sama anehnya. Bedanya, mereka punya derajat dan taraf keanehannya masing-masing.
Pertama, Milano Rizki. Biasa dipanggil Milan. Blasteran Jerman-Jogja, tapi nggak tahu kenapa namanya Milan. Milan itu, hm, tinggi, kulitnya putih, warna rambutnya cokelat gelap. Bule super aneh yang suka makanan pedas dan selalu tebar pesona. Yah, tahu kan, kalo blasteran Jawa-Eropa itu gantengnya kaya apa. Selalu makan ramen dengan level pedas paling tinggi di antara Shakeel, Ghani, Dirman, dan Sam.
Ghani? Lengkapnya Muhammad Ghani Aziz. Laki-laki berkulit gelap dengan otak yang paling tinggi kapasitasnya di antara lima sekawan itu. Rambutnya ikal dengan kacamata tebal berwarna hitam. Paling jago dalam hal ingat-mengingat. Tapi kadang kalau sedang kumat, suka joget-joget sendiri kalau Dirman nyanyi lagu dangdut favoritnya.
Oh iya, Dirman. Namanya Dirman Dwi Wicaksana. Asli Jawa Tengah yang tinggal dengan pamannya di Jakarta. Rambutnya sedikit gondrong, tubuhnya gempal. Pecinta musik dangdut bahasa jawa tapi paling bijak di antara mereka berlima. Suka nyanyi-nyanyi nggak jelas sembari mengganggu Sam main game.
Terakhir, Samudera Rezvano. Games addict yang takut kecoa terbang. Paling sebal jika Dirman mengganggunya main game. Paling jago kalau soal urusan tonjok-menonjok. Coba bayangin, wajah sangar Sam ketika lihat kecoa terbang, pucat pasi. Sangar-sangar gini, Sam itu orangnya baperan. Alhasil, Dirman selalu jadi penasihat sejati Sam. Sam itu, dia tipe laki-laki yang selalu menjadi sasaran empuk siswi SMA Sanjaya. Namanya yang terlanjur naik daun di sekolah ditambah sifatnya yang sedikit bandel layaknya laki-laki yang diidam-idamkan remaja zaman sekarang.
Lima sekawan yang dipertemukan pertama kali dalam masa orientasi sekolah karena sama-sama datang terlambat di hari pertama MOS. Sama-sama dihukum untuk menyapu halaman belakang sekolah yang katanya banyak dedemitnya. Ternyata, itu adalah awal dari persahabatan mereka. Takdir Tuhan selalu bekerja, nyatanya lima orang dengan kepribadian yang jauh berbeda itu bisa disatukan dalam ikatan persahabatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncountable Memories
Novela JuvenilMenurut kamu, memori itu sebuah hal yang bisa terhitung atau tidak? Shakeel terbiasa hidup dengan memori yang penuh luka. Jika didefinisikan dengan warna, hidupnya yang semula indah seperti ketika warna pelangi disatukan, tiba-tiba menjadi hitam sec...