Satu

31 3 0
                                    

Setelah mendengar seluruh penjelasan ayahnya tadi malam, hatinya mulai membaik. Setidaknya, pertanyaan-pertanyaan yang bertahun-tahun bersarang di otaknya itu, akhirnya menemukan jawaban yang pasti. Ia bersyukur, semesta kali ini mau baik padanya.

Bu, sekarang Deev lega. Deev sudah menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan yang bertahun-tahun ini selalu Deev cari jawabannya. Deev sama sekali nggak akan menyalahkan atau membenci Ayah. Deev akan bantu menguatkan Ayah untuk melawan semesta yang kadang nggak berada di pihak kita. Ibu bahagia kan di sana?

Air mata gadis itu kembali menetes kecil. Ia bahagia, sekaligus rindu. Ia rindu ibunya.

“Hai,” sapa seseorang mengagetkannya. Deev hanya tersenyum, membiarkan laki-laki itu duduk cukup jauh darinya, seperti biasanya.

“Makasih karena waktu itu udah nemenin aku kabur dari rumah,” ujar Deev sambil terkikik.

“Semua baik-baik aja kan?”

“Nggak pernah lebih baik dari ini.”

“Aku nyesel hari itu malah kabur.”

“Kita nggak boleh menyesali sehari pun di hidup kita, Deev.”

“Kenapa nggak boleh? Kalau semesta lagi jahat sama kita, juga nggak boleh?”

“Nggak boleh. Hari yang baik memberi kebahagiaan sekaligus kenangan. Hari yang buruk memberi pelajaran sekaligus pengalaman. Buat apa kita menyesal?”

“Kalau hari di mana kamu ketemu aku pertama kali, itu hari yang bagaimana?”

Shakeel menoleh menatap manik mata perempuan itu.

“Hari yang biasa aja.”

“Kok cuma biasa aja?”

“Tapi hari-hari setelahnya jadi luar biasa semenjak semesta mengenalkan saya sama kamu.”

Sontak Deev tersenyum sambil mengalihkan arah pandangnya ke bagian depan taman sekolah. Tepat di mana bunga mawar sedang merekah merah. Sama seperti perasaannya.

“Deev, kamu mau dengar dongeng ayah saya?”

“Dongeng apa?”

“Katanya, kalau hujan reda, lalu ada pelangi, kita boleh minta tiga permintaan.”

“Ya ampun Shakeel, itu kan cuma dongeng. Jangan dipercaya.” Deev tertawa sampai sudut matanya menyipit.

“Tapi saya tetap akan buat permintaan.”

“Tapi kan sekarang nggak ada pelangi.”

“Ya anggap aja sekarang ada pelangi.”

Deev geleng-geleng kepala.

“Memangnya kamu mau minta apa sih?”

“Minta hati kamu.”

Bibir Deev terkunci rapat. Rasanya baru saja ada bom yang meledak di hatinya. Iya, rasanya seluar biasa itu!

“Ma..maksud kamu?”

“Kamu udah tahu maksud saya. Boleh nggak?”

“Boleh apa?”

“Minta hati kamu lah.”

“Terus kalau aku kasih nanti terus gimana?”

“Ya kamu jadi pacar saya,” jawab Shakeel ringan sambil terkekeh.

Semesta, ini bukan mimpi kan?

“Gimana? Mau ngasih nggak?”

“Kalau aku kasih, dijaga nggak?”

“Ya dijaga dong.”

“Ya udah.”

“Ya udah apa?”

“Ya..ya udah.”

“Dikasih?”

“Ya..iya.”

Shakeel tertawa mendengar jawaban itu. Akhirnya luka itu sembuh. Akhirnya Deev benar-benar menjadi penyembuhnya. Semoga akan selalu seperti itu.

Waw.. Jadian nih gaes wkwk

Uncountable MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang