Deev sudah sampai di rumah dan bergegas mengganti seragamnya. Raga masih duduk di ruang tamu dengan satu cup orange juice yang mereka beli di tengah jalan. Beberapa menit kemudian, Deev datang dengan kotak plastik berukuran sedang dengan warna biru.
"Eh beneran masih ada gila," ujar Raga takjub.
Jadi, nama benda itu kotak rahasia. Tempat Deev menyimpan sesuatu yang ia anggap penting sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Ada boneka barbie kado ulang tahun pemberian Bunda, power ranger pemberian Raga, dan masih banyak lagi. Kini, botol yogurt itu akan menambah koleksinya.
"Mana liat power ranger gueee," rengek Raga seperti anak kecil. Entah kenapa, laki-laki yang terlihat cool di mata gadis-gadis di luar sana selalu berubah menjadi absurd dan manja di hadapan Deev. Deev mengeluarkan mainan power ranger biru dan merah muda dari kotak itu.
"Gue selalu ketawa kalau ingat waktu itu, Deev."
"Lo dulu nangis di ayunan, pas gue tanya kenapa katanya karena Andro gangguin lo lagi."
"Terus lo dateng sambil bilang 'Deev nggak boleh nangis, nanti Raga panggilin power ranger buat nonjok Andro deh.' Anak kecil aja pikirannya udah nonjok orang," kekeh Deev bernostalgia.
"Terus paginya gue ngasih power ranger hadiah lotre punya gue," tawa Raga sambil mengelus mainan yang terasa kecil di tangannya.
Deev tersenyum rindu. Ia kemudian memasukkan botol yogurt dengan note kecil yang masih tertempel di sana ke dalam kotak rahasia.
"Yogurt dari Shakeel?" Deev mengangguk malu.
"Udah ngegas aja dia."
Deev meninju lengan Raga pelan. "Apaan sih, Ga. Cuma yogurt kok."
"Kalau cuma aja nggak mungkin botol itu berakhir di kotak rahasia lo."
"Ya kan cuma.."
"Kebanyakan ngeles deh," potong Raga sedikit ketus sambil membuka bungkus permen karet miliknya. Deev mengerucutkan bibirnya, lalu mengembalikan kotak itu ke tempat semula.
***
Raga baru saja sampai di kamarnya. Ia melemparkan tubuhnya yang masih berseragam ke kasur, lalu memejamkan mata beberapa detik. Ia tidak tahu kenapa ia menjadi segusar ini. Padahal sebelumnya semua terasa biasa saja. Dia berhak bahagia. Ia terus mengulang kalimat itu dalam kepalanya. Toh dia dulu biarin gue pacaran sama Nami, gue nggak boleh egois dengan ngelarang Deev untuk dekat sama orang lain. Ia kemudian bangkit, lalu mengambil handuk dan mencoba air dingin bisa ikut mendinginkan pikirannya.
Selepas mandi, laki-laki itu kembali membaringkan tubuhnya. Terpejam tapi tidak tidur. Terlihat tenang, tapi jiwanya berkecamuk. Ia tidak tahu apa yang terjadi, semua terlihat abu-abu. Gue kenapa sih? Raga, lo nggak boleh egois. Dia udah terlalu banyak mengalami hal berat, harusnya gue seneng dia bisa sebahagia itu. Raga mengambil ponselnya, lalu membuka obrolannya dengan Deev. Ia mengetikkan sesuatu di sana.
Deev, salah nggak sih kalau gue merasa lo akan ninggalin gue kalau udah ada yang lain?
Mereka selalu seperti ini. Saling terbuka satu sama lain untuk menyelesaikan masalah. Raga pun tahu ia adalah orang yang dipercaya Deev untuk menjaga segala rahasia perempuan itu. Deev juga satu-satunya perempuan yang mampu membuatnya menjadi dirinya sendiri. Beberapa menit kemudian, pesan balasan masuk.
Semuanya akan baik-baik aja. Lo percaya kan sama gue? :)
Raga kembali memejamkan matanya, lalu menghembuskan nafasnya pelan. Deev benar, semua akan baik-baik aja. Mungkin gue aja yang terlalu egois. Tapi semua nggak baik-baik aja ketika gue ngebayangin kemungkinan terburuk itu. Gimana kalau Deev menjauh? Gimana kalau Deev jadi jarang ngehabisin waktu sama gue? Raga kembali menghembuskan nafas. Sebagian dari dirinya berkata lain, seperti menghujat dirinya sendiri. Emang lo nggak inget, waktu lo deket sama Nami, lo biarin Deev ngerasain itu semua.
"Sialan!" umpatnya lalu berusaha tidur. Membiarkan pikiran-pikiran tak masuk akal itu lenyap bersama rasa kantuknya.
Author Note :
Duh, kenapa gue jadi bingung mau masuk tim siapa? >,<
Btw, sebenarnya kotak rahasia itu benar-benar ada di real life gue, ehehe. Jadi kaya yang gue ceritain, gue mungkin tipikal cewek aneh yang nyimpen barang-barang nggak penting, bahkan sampai barang yang orang lain anggap sebagai sampah.
Gue punya sahabat cowok yang bahkan sampai bilang 'jijik' karena gue nyimpen bungkus creamer wkwk. Tapi bungkus creamer itu adalah pengingat gue akan suatu momen, atau mungkin seseorang /eh udah panjang ntar/
Nanti gue up lagi, dadahh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncountable Memories
Teen FictionMenurut kamu, memori itu sebuah hal yang bisa terhitung atau tidak? Shakeel terbiasa hidup dengan memori yang penuh luka. Jika didefinisikan dengan warna, hidupnya yang semula indah seperti ketika warna pelangi disatukan, tiba-tiba menjadi hitam sec...