Perempuan Bertopeng

201 15 1
                                    

Kamu tahu hal istimewa dari daisy? Pesona daisy mungkin tak sekuat mawar, daisy juga tak sememikat lili, apalagi seabadi edelweiss. Daisy hanya bunga biasa, tumbuh di rerumputan liar, dengan bundaran lebarnya yang dikelilingi petal-petal. Tapi, daisy adalah bunga paling tulus. Ia mekar bersama fajar yang menyambut pagi datang, dan kuncup bersama senja yang mengantar sore pulang. Ia mengawali dan mengakhiri hari dengan indah.

Tak peduli mendung menggantung di angkasa, daisy tetap berdiri kokoh memberi sarinya kepada lebah yang hinggap. Daisy adalah simbol dari pembawa harapan baru, kemurnian, dan ketulusan.

Ia seperti kamu, tak peduli sesulit apa pun semesta mengujimu, kamu tetap membawa keceriaan untuk orang lain. Bahkan ketika topeng senyum itu memaksa untuk luruh, kamu tetap mencengkramnya erat agar tak lepas. Mencoba bersorak tak peduli seberapa sakit hatimu kala itu. Ketulusan, kebahagiaan, serta tawa yang membalut lara.

Mungkin suatu saat topeng bahagiamu akan luruh, senyummu akan hilang, hatimu akan rapuh. Kamu akan mengutuk semesta dengan semua hal menyebalkan itu. Kamu mungkin akan jatuh dan mengumpulkan kekuatan untuk bangkit kembali. Tapi ingat, daisy bukan bunga yang mudah menyerah, begitu pula kamu. Terbitkan senyum selebar mungkin, katakan kepada semesta bahwa kepedihan yang ia berikan tak mampu membuatmu runtuh. Karena kamu adalah daisy. Kamu kuat.

Ya?

Tulisan itu ada di halaman terakhir ensiklopedia daisy yang baru saja ia selesaikan. Ditulis dengan tulisan tangan pada lembar kosong. Deev tersenyum nanar, atau mungkin hampir menangis? Kenapa Shakeel tahu? Kenapa Shakeel bisa melihat topeng itu? Kesedihan yang tertutup oleh portal keceriaan, kenapa Shakeel paham? Kenapa? Sebelumnya, hanya Raga yang tahu topeng itu. Hanya Raga yang tahu betapa menyedihkan kehidupan Deev. Tidak mengenal orang tuanya meskipun ayahnya masih ada, tidak pernah merasakan usapan tangan lembut ibunya, atau pelukan hangat ayahnya. Kenapa Shakeel tahu ada sesuatu yang ia sembunyikan di balik topeng cerianya? Semesta, terlalu banyak kenapa lainnya di kepala Deev. Semesta, apa kau tahu jawabannya?

Deev memeluk lututnya, menjadikannya sandaran untuk menangis. Topeng bahagia itu kembali luruh. Deev rindu ibu dan ayahnya sekalipun ia tak pernah melihat wajah mereka. Ia sudah terlalu lelah bertanya kepada Bunda di mana keberadaan ayahnya. Yang bisa ia lakukan hanya pergi ke makam ibunya, bercerita bagaimana harinya berjalan, lalu kembali menangis. Setelah itu, kembali memasang topeng bahagianya dengan rapi, dan tersenyum kembali. Deev meraih handphone miliknya. Lalu, menelepon seseorang yang paling ia butuhkan di saat-saat seperti ini.

"Ga, ke sini sekarang ya."

"..."

"Hati-hati."

Deev memutus sambungan, lalu duduk di depan cermin. Mengusap air mata yang entah sejak kapan jatuh, dan memasang senyumnya kembali. Hidup memang begitu, bukan? Ada kalanya senyum palsu lebih dibutuhkan daripada menunjukkan air mata kita kepada mereka yang kita sayangi.

***

Deev dan Raga duduk di sebuah kafe tak jauh dari sekolah mereka. Dua cup americano dingin dan kentang goreng sudah ada di atas meja. Deev menghela nafas, seolah makanan itu tak lagi menarik di matanya.

"Ada masalah lagi?" tutur Raga lembut, lalu menyesap es americano miliknya.

"Nggak, cuma lagi ingat ayah sama ibu aja. Nggak tahu, gue selalu aja nangis, tapi nggak tahu apa sebenarnya yang gue tangisin. Gue udah capek nanya ke Bunda dan nggak pernah sekali pun dapat jawaban. Semua abu-abu, Ga. Gue capek."

"Sssh..udah nggak usah nangis di sini, diliatin banyak orang. Dikira nanti gue ngapa-ngapain lo lagi." Deev menjitak kepala Raga.

"Tau ah, sebel gue." Deev melipat kedua tangannya di depan dada, lalu mengerucutkan bibir.

"Gitu aja ngambek, ih," goda Raga sambil menoel pipi tembamnya.

"Apaan sih."

"Nggak usah sedih. Masih ada banyak orang yang sayang sama lo. Bunda, Mbak Pipit, gue, dan masih banyak lagi. Gue janji, gue akan selalu ada di sini setiap topeng lo itu jatuh."

Raga tersenyum seperti biasanya. Menenangkan perempuan yang mengisi hampir setiap hal baru dalam hidupnya. Sebagian lebih usianya ia habiskan dengan Deev. Selama itu pula, ia tahu, Deev adalah si lemah yang selalu berusaha menjadi kuat. Si gadis bertopeng suka dibalik lara. Sejak saat itu pula, ia jadi tahu, Deev adalah salah satu manusia yang harus ia jaga.

"Makasih ya, Ga. Lo selalu siap jadi tempat gue pulang ketika gue merasa sendirian di keramaian. Janji ya, kita akan terus sahabatan kaya gini."

Raga mengangguk, lalu mengacak rambut sahabatnya sambil tersenyum

"Udah yuk pulang, nanti Bunda nyariin."

"Bungkusin burger ya, Ga?" Deev terkekeh sambil menggoyang-nggoyangkan tangan sahabatnya.

"Ya Tuhan, duit gue musnah," raung Raga setengah bercanda.

"Raga kan baik.. Ya..ya?"

"Iya berisik."

Deev menunggu di parkiran motor selagi Raga memesan burger untuk dibawa pulang. Entah kali ke berapa, Deev mengucap syukur kepada pemilik semesta karena telah mengirim laki-laki itu menjadi sahabat terbaiknya.

Author Note :

Jadi.. Shakeel atau Raga? >.<

Aku mah dia aja lah *eh

Uncountable MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang