Jeno's Cute

24K 1.9K 63
                                    

Story : Jeno's Cute

.

.

Doyoung menghela nafas pelan saat dirinya membuka pintu kamar dan menemukan Jaehyun sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Langkah kakinya ia bawa menuju ayah dari Jeno tersebut untuk kemudian berdiri di belakangnya.

"Apakah aku mengganggu?" Ia bertanya pelan sekali, kedua tangannya ia ulurkan dan menyentuh bahu tegap Jaehyun, memijatnya dengan hati-hati.

"Eo? Tidak, kau tidak mengganggu."

Doyoung mengangguk dengan respon singkat dari Jaehyun. Ia tetap pada kegiatannya, memijat Jaehyun di sekitar bahunya. "Kau baru pulang bekerja dari Jeju setelah dua minggu. Dan sekarang kau masih sibuk dengan pekerjaanmu walaupun kau sudah di rumah?"

Tangan Doyoung perlahan naik menuju tengkuk Jaehyun dan memijatnya di sekitaran sana. Lalu setelahnya, ia menaikkan kembali tangannya untuk memijat Jaehyun tepat di sisi kepalanya. Sebisa mungkin ia melakukannya dengan perlahan namun nyaman, ia tentu saja ingin membuat Jaehyun merasa lebih baik.

"Istirahatlah saat kau sedang di rumah. Kau bisa sakit kalau terus bekerja." Doyoung melanjutkan setelah tidak mendapatkan respon apapun dari pria yang sedang di pijatnya itu.

Diam-diam Jaehyun melukis senyum. Tangannya bergerak untuk menarik kacamata yang ia gunakan, lalu menyandarkan punggungnya pada tubuh Doyoung yang masih berdiri di belakangnya. Nafasnya terhela panjang. "Ada kau yang membuatku selalu merasa lebih baik." Kedua matanya terpejam, menikmati pijatan tangan Doyoung di sisi kepalanya.

"Tidur sekarang, oke?"

"Jeno?"

"Jagoanmu sudah nyaman di tempat tidurnya." Doyoung menjawab dan berhenti memijat. Tangannya ia turunkan kembali. "Tinggal kau yang harus tidur dengan baik."

Jaehyun terkekeh pelan. Ia putar tubuhnya ke belakang, tanpa berkata apa-apa, ia lingkarkan kedua tangannya untuk memeluk Doyoung yang masih berdiri, hingga wajahnya kini menubruk perut rata itu.

"Jaehyun..."

Pria itu bergerak-gerak di perut Doyoung membuat yang lebih tua tertawa halus.

"Astaga, Jae! Geli!" Namun tetap diam tanpa mau menjauhkan kepala itu dari perutnya.

"Aku ingin ada adiknya Jeno disini," Jaehyun menjeda setelah mengecup perut Doyoung yang tertutupi piyama biru tua. "Tapi aku juga tidak mau menyakitimu, lagi."

Dan Doyoung hanya diam. Ia gunakan satu tangannya untuk mengusap kepala Jaehyun yang bersurai cokelat. "Ayo kita tidur. Kau butuh untuk istirahat, Jeno appa."

Mungkin hanya itu yang bisa ia katakan sekarang.

.

.

.

"Young~ Young~" Jung Jeno, bayi berumur satu setengah tahun itu tergelak senang dengan tubuh bulatnya yang duduk di atas perut sang ibu. Kedua tangan mungilnya ia gunakan untuk menepuk-nepuk pipi Doyounh di sertai tawa yang menggemaskan. "Young!"

"Young? Doyoung?" Disaat anaknya tergelak, Doyoung justru mengerutkan dahinya. Kentara sekali ia bingung. "Kau memanggilku Doyoung?"

"Young, Young~"

"Ya ampun, Jagoannya eomma nakal sekali, eoh." Tangannya kemudian terulur, berusaha menggelitiki Jeno yang kemudian tertawa bahagia. "Eomma. Katakan eom-ma. Haebwa..."

"Nggg, Young~ Young!"

Doyoung rasanya gemas sekali. Bukannya menuruti kata-katanya, Jeno malah menggelengkan kepalanya hingga kedua pipi merah berisinya bergerak-gerak lucu, masih memanggilnya dengan nama.

"Jeno-ya, eom-ma... Ayo."

"Yooouuungg~" Tubuhnya melonjak-lonjak di perut Doyoung yang berbaring di atas sofa. Satu tangannya ia pakai lagi untuk memukul-mukul pipi ibunya.

"Hah, ya ampun. Kau nakal sekali." Meskipun begitu, Doyoung malah tertawa senang. Pangeran kecilnya sedang dalam tahap belajar bicara, jadi anak itu akan berkata semau dan sebisanya.

Kata pertama yang keluar dari mulut Jeno untuk pertama kalinya adalah 'Ppa' dua bulan yang lalu, dan itu merujuk pada Jaehyun yang ketika itu sedang mengajaknya bermain. Sementara pada Doyoung, Jeno hanya bisa mengeluarkan 'Young' seperti memanggil namanya.

Lucu, memang. Dan itu sangat menggemaskan untuk anak seusia Jeno yang belum bisa bicara.

"Wah, kenapa kalian bersenang-senang tanpa appa, huh?"

Satu suara itu menghentikan Doyoung dan Jeno yang sedang tertawa bersama. Dengan kompak, mereka berdua menengok ke balik sofa dan menemukan Jaehyun sedang berdiri disana dengan rambut setengah basah; ia baru selesai mandi.

"Diam disana, Jae." Doyoung berkata dengan tiba-tiba, meminta Jaehyun untuk diam di posisinya tanpa bergerak. Ia bangun dari berbaringnya dan menurunkan Jeno ke lantai. "Sekarang Jeno sudah bisa lari. Sana, cari appa."

Jeno yang sudah pintar menyeimbangkan tubuhnya pun berjalan dengan sedikit cepat setelah Doyoung menyuruhnya untuk mencari sang ayah. Dua kaki mungilnya yang tidak memakai alas kaki terus berjalan cepat menuju Jaehyun yang sudah merentangkan tangan tidak jauh dari belakang sofa. Tawanya pecah, hingga ketika ia sampai di pelukan ayahnya, ia tergelak senang dengan dua mata sipitnya yang menutup lucu.

"Aigoo, aigoo... Jagoannya appa sudah pintar berlari, eh? Jeno jjang!" Jaehyun membawa tubuh Jeno pada gendongannya, menerbangkannya ke udara lalu menghadiahinya ciuman di sekitar perut dan wajah.

"Ppa! Ppa!" Si kecil merasa senang di perlakukan seperti itu. Ia tampak nyaman berada dalam gendongan ayahnya, seperti ia memang tahu jika ayahnya baru kembali dari bekerja dan ia merindukannya.

"Jae, Jagoanmu benar-benar menakjubkan."

"Menakjubkan? Wae?" Jaehyun kini sudah duduk di samping Doyoung sementara Jeno ada di pangkuannya, sedang memainkan jemarinya sendiri.

Doyoung tidak menjawab. Ia malah menatap Jeno dan mengalihkan atensi anak itu dengan memberikannya sebuah pertanyaan. "Jeno-ya, ini siapa?" Jari telunjuk Doyoung mengarah pada Jaehyun.

Si kecil memperhatikan tangan ibunya, kemudian menatap ayahnya untuk beberapa saat. "Ppa." Ia menjawab.

Doyoung mengangguk, sedang Jaehyun tersenyum senang. Bahagia sekali bisa di kenali oleh putra sendiri. "Kalau ini, siapa?" Kali ini, Doyoung menunjuk pada dada Jeno.

"Na! Ya!" Jagoan kecil Jung itu menjawab cepat dan ceria. Begitulah, jika ditanya ia siapa, Jeno akan menjawab 'Na-ya' (aku). Itu sejak sebulan lalu sebenarnya, dan kakeknya lah yang membuatnya seperti itu.

"Oke. Kau pintar." Ibunya tersenyum, namun kini jemarinya menunjuk pada dirinya sendiri. "Nah, yang ini... siapa?"

Jeno berkedip, mata sipitnya menatap dalam mata kelinci sang ibu. Sampai kemudian... "Young, Young!"

Dan kemudian, gelak tawa Jaehyun terdengar sesaat setelah Jeno mengucapkan akhir dari nama Doyoung. Ia ciumi kepala anaknya dengan sayang. "Astaga, Jung Jeno. Dia eomma, eom-mma..."

"Uhh~ Young! Young!" Lagi, dengan jari kecilnya ia menunjuk Doyoung.

Sementara yang menjadi korban sudah gemas setengah mati dengan anaknya sendiri. Ia mendekatkan wajahnya lalu menciumi perut Jeno yang masih di pangku oleh Jaehyun hingga tawa balita itu pecah karena kegelian.

.

.

.

End.

Terpendek :)) hehe~~

The Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang