TRASH ― Story : Hello, Jeju! (Ch. 2)
.
.
Doyoung sangat bersyukur sekali karena Jeno tidak rewel selama perjalanan. Malah sebaliknya, anak itu terlihat senang dengan berceloteh tidak jelas sepanjang jalan.
Hanya, ketika di dalam pesawat Jeno tertidur dan bahkan tidak bangun meskipun sekarang mereka sudah sampai di hotel yang sudah Jaehyun sewa sebelumnya melalui situs online.
"Tumben dia baik sekali di perjalanan, biasanya dia tidak akan tidur dan terus berbicara sesukanya seperti mainan yang tidak pernah habis batrainya." Jaehyun berkomentar seraya mendudukan diri di salah satu sofa yang ada disana, mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya. Di lihatnya Jeno yang sekarang sudah meringkuk manis dalam balutan selimut hangat di atas tempat tidur.
Tadinya, Doyoung akan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah memastikan Jeno tertidur dalam posisi yang baik. Tapi mendengar komentar Jaehyun tentang putranya, ia jadi berpindah haluan. Langkahnya mendekat pada Jaehyun untuk memberikannya sebuah pukulan di rahang.
"Hyung!"
"Seharusnya kau bersyukur karena dia menjadi anak baik, bukan malah mengomentarinya seperti itu. Kenapa? Kau ingin dia terus ribut? Padahal, kau juga tidak akalah berisik kalau setan kecilmu itu membuka mata selama perjalanan."
Jaehyun tertawa halus. Ia meraih satu tangan Doyoung dan menariknya untuk duduk di sisi kanannya yang kosong. "Hanya merasa tidak biasa, hyung... ya ampun, kenapa kau sensitif sekali, sih." Ia terkikik, melingkarkan tangan kanannya di leher Doyoung dan menariknya lebih dekat, hingga ia bisa menggapai puncak kepala istrinya dan menciuminya disana.
Doyoung balas tertawa. Ia berusaha tidak mengeluarkan suara terlalu keras di tengah butterfly kiss dari Jaehyun atau pangeran kecilnya akan terbangun.
Doyoung jadi teringat ketika mereka pergi ke Loveland waktu itu. Perayaan tahun pertama pernikahan yang membuatnya tidak akan pernah lupa bagaimana liburan mereka yang kata Jaehyun itu di sebut sebagai bulan madu yang ke sekian.
Masih di Jeju, dan suasananya persis seperti ini. Namun yang membedakan adalah, waktu itu belum ada Jeno dan mereka berdua bebas tertawa terbahak dan juga―hmm, bergumul panas. Ha!
"Terimakasih, ya, hyung..."
Gumaman Jaehyun membuat Doyoung sedikit tersentak dari lamunan singkatnya mengenang masa bulan madu ke sekian mereka. Ia mendongak, menatap yang lebih muda dengan dua mata kelinci yang membulat indah. "Untuk?"
Suaminya tidak segera menjawab. Mengembangkan senyuman yang sama persis dengan senyuman milik Jeno, Jaehyun menggerakkan kedua tangan untuk membingkai pipi tirus Doyoung, menatap tepat di matanya, lalu mengecup bibirnya penuh cinta sampai hampir empat detik.
"Untuk semuanya." Jawab Jaehyun dalam posisi mereka yang sangat dekat. "Kau yang terbaik."
Doyoung sekuat tenaganya menahan tawa agar tidak keluar. Sungguh, kenapa Jaehyun jadi tidak jelas seperti ini? Apakah Jaehyun benar-benar lelah hingga membuatnya tidak bisa memikirkan apa kata yang tepat untuk di katakan?
Setelah menarik nafas panjang, Doyoung meraih kedua tangan Jaehyun di pipinya dan melepaskannya. Ia tersenyum dengan sebuah anggukkan kecil. "Aku juga." Ucapnya lembut, derani mengambil satu ciuman cingkat di bibir suaminya.
Keduanya tertawa, entah untuk apa alasannya. Hanya saja, mereka berdua benar-benar bahagia sekali sekarang.
"Oke, aku akan membersihkan diri lebih dulu. Kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Prince
FanfictionSejak kelahirannya, dia selalu mencuri perhatian orang-orang disekitarnya. Pangeran kecilnya Jaehyun dan Doyoung ini akan tumbuh dengan banyak sekali limpahan kasih sayang.