Sock

13.1K 1.2K 85
                                    

Story : Sock

.

.

Di ruang tengah, Jaehyun sibuk berkutat dengan laptopnya. Ia memiliki sebuah pekerjaan yang harus di selesaikan sementara ada setumpuk kertas yang ia simpan diatas meja.

Jeno―pangeran kecilnya yang sekarang berusia dua tahun lebih satu bulan itu duduk manis di samping ayahnya. Anak itu diam, tidak mengganggu dan juga tidak berisik.

Tahu apa yang sedang anak itu mainkan? Hng, tentu saja itu adalah ponsel pintar. Sesuatu yang membuat Jeno diam tanpa suara yang mengganggu adalah gambar-gambar makanan yang ada di ponsel ayahnya.

Ini sudah jam delapan malam, tapi Jeno sepertinya enggan untuk tidur. Doyoung bilang, tadi siang si pangeran kecil tidur lama sekali. Jadi mungkin karena hal itu kini Jeno kelihatan tidak mengantuk sama sekali.

“Hei…” Jaehyun menghentikan sebentar pekerjaannya, lalu menoleh ke samping untuk melihat sedang apa Jagoan kecilnya itu. “…sedang apa?”

“Jjajja!”

Rasanya Jaehyun ingin tertawa. Anaknya masih belum bisa bicara kecuali beberapa kata seperti ‘ppa’ dan ‘mma’. Tapi setiap di tanya, dia akan menjawab seperti tadi.

“Jjajja? Apa itu jjajja?”

“Jjajjajja~ ngg! Jjajja!” Si kecil membalas lagi, tapi fokus matanya masih pada ponsel sang ayah yang ia pegang dengan kedua tangan kecilnya.

“Oh, oke, terserahmu saja.” Jaehyun menghela nafas setelah berusaha menahan tawa. Ya ampun, kenapa anaknya itu suka sekali bertingkah menggemaskan?

Tadinya, Jaehyun akan kembali pada pekerjaannya yang tertunda. Tapi setelah di pikir, ini sudah malam dan sudah waktunya membujuk Jeno untuk tidur. Jadi, ia simpan laptop yang sedari tadi dipangkunya keatas meja, bersatu dengan setumpuk kertas kerjanya yang lain dan kembali fokus pada si kecil.

“Jeno… ayo tidur.”

Tapi kepala Jeno menggeleng-geleng beberapa kali, menolak.

“Ini sudah malam, dan kau tidak pakai celana!”

Oh, kelakuan anak itu! Lihat―dia hanya memakai kaos piyama bagian atas, sedangkan dia tidak memakai celana, hanya pampers saja yang dia pakai. Kedua tangan memegang ponsel, matanya juga fokus pada layar itu, dan sebelah kakinya… memakai kaos kaki.

Jaehyun menghela nafas. “Kalau tidak mau tidur, pakai celanamu dan juga kaos kakimu, ya?”

“Nnah! No!”

“Jung Jeno―” Jaehyun sudah bersiap untuk mengambil ponsel yang di pegang anak itu, tapi jagoannya malah merengek membuat Jaehyun terkejut dan sekaligus pusing bukan main.

“Ya ampun, kenapa kau seperti ini?”

Tadinya, Jaehyun berpikir kalau Jeno itu sangat manis dan banyak tingkah yang menggemaskan. Tapi ternyata… Jagoannya itu memang patut di sebut setan kecil, karena dia punya sifat menjengkelkan seperti sekarang.

“Ya sudah, kalau begitu pakai kaos kakimu, ya? Masa pakai kaos kaki hanya sebelah kanan saja?” Jaehyun sudah mengambil kaos kaki mungil berwarna ungu yang tergeletak di lantai untuk di pakaikan di kaki kiri Jeno.

Tapi belum juga itu terjadi, Jeno sudah merengut, bersiap untuk menangis.

“Oh my god, Jung Jeno!”

Jaehyun gemas setengah mati. Ia lempar sebelah kaos kaki anaknya itu ke sofa lain yang ada disana, dan mulai mengusap wajahnya kasar. Kali ini, ia tatap mata anaknya dalam-dalam setelah sebelumnya ia berhasil merampas ponsel dari tangan Jeno.

“Dengar, pakai celanamu, oke?” Katanya, serius. “Kau tidak malu hanya memakai pampers begini, huh?”

Tapi… namanya juga anak kecil, masih dua tahun pula. Mengerti apa dia tentang rasa malu―maksudnya, ia hanya memakai baju atasan dan pampers, kemudian paha putihnya yang penuh dengan lemak daging itu terlihat jelas, justru akan membuat orang memekik karena ia terlihat sangat menggemaskan.

Kan?

Jaehyun menatap kedua mata sipit Jeno dengan tegas, sementara anaknya itu tidak berkedip sama sekali. Beberapa detik terus seperti itu, sampai―

Plak!

“Agh! Jung Jeno!!!”

Bayangkan saja, sedang serius-seriusnya Jaehyun menatap mata putranya, justru satu tangan anak itu malah melayang menampar sisi kiri wajah Jaehyun dengan tak main-main.

“Gkgkgk~ ppa, ppa!”

Tapi anaknya itu malah tergelak senang sesaat setelah Jaehyun berteriak sakit dan sedang memegangi sisi wajahnya. Suara tawanya… sampai membuat Jaehyun takjub. Aduh, Jaehyun itu suka sekali mendengar gelak tawa Jeno, serius. Tapi kalau begini caranya, Jaehyun juga jadi meringis―menolak di pukul hanya untuk melihat jagoannya tertawa.

“Yah, berani menertawakan appa, huh?” Jaehyun berdiri, mengulurkan kedua tangan dan meraih Jeno untuk ia gendong meskipun anaknya itu berontak. Jaehyun ciumi tubuh anaknya yang wangi bedak bayi sampai tergelak lagi seraya membawanya ke kamar.

“Eommamu harus tahu kalau style fashionmu itu buruk sekali.”

“Ppa~ ppa!” Anaknya menjerit setengah tertawa karena ciuman dari sang ayah tidak henti-hentinya.

“Mau jadi apa kau saat besar kalau kau hanya suka makanan dan uang, tapi tidak mau pakai celana dan hanya pakai sebelah kaus kaki, eh? Ya ampun, kakek dan nenekmu juga harus tahu kalau selera berpakaianmu seperti ini.”

Jaehyun pusing dan gemas disaat yang bersamaan dengan tingkah pangeran kecilnya.

.

.

.

.

Sock ; end.

The Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang