Story : Nana
.
.
Satu bulan sudah berlalu dari hari kepergian Jung Yunho. Sosok itu tidak akan terhapus dari ingatan orang-orang yang mengenalnya, termasuk seorang Lee Taeyong.
“Aku begitu terkejut saat ayahmu menghubungiku waktu itu.” Taeyong membuka suara, bercerita tepat di hadapan Jaehyun yang diam mendengarkan. “Beliau memintaku kembali ke kantor untuk membantumu. Aku bertanya kenapa, tapi ayahmu hanya tertawa…”
Jaehyun tersenyum mendengarnya. Ia tahu, ayahnya itu selalu penuh dengan kejutan. Pada Jeno contohnya… ia ingat sekali ada sesuatu yang di kirim ke rumahnya beberapa hari setelah ayahnya pergi, dan isinya adalah sebuah hoverboard berwarna cokelat yang membuat Jeno memekik senang. “Ah, Jeno meminta benda ini sehari sebelum kami pergi Shanghai. Dan sepertinya, ayahmu tidak lupa memesannya sebelum dia pergi.” Itu yang di katakan Jaejoong untuk menjelaskan waktu itu.
“Aku berbicara dengan Ten, dan dia menyutujui untuk mengakhiri masa kerjanya disana, memilih untuk ikut pindah ke Korea. Tapi kemudian berita buruk itu sampai padaku yang membuat kami datang ke Korea lebih cepat dari waktu yang sudah di tentukan sebelumnya.”
Ingatan Jaehyun kembali memutar pada malam ia mendapatkan berita dari Shanghai. Senyum getir muncul, tapi ia berusaha menguatkan dirinya sendiri dan masih mendengarkan dengan seksama cerita Taeyong.
“Dan yang lebih mengejutkan adalah… ayahmu sudah membelikan tanah juga rumah untuk kami tinggal. Apa maksudnya itu? Kau bisa paham?”
Ayah Jung Jeno itu tertawa sedikit keras, sudah menduga kalau ayahnya benar-benar penuh kejutan. “Benarkah? Kau sudah melihatnya?”
Taeyong mengangguk. “Ya, dan rumahnya… wah, benar-benar. Bagaimana mungkin presdir besar Jung Yunho membelikan rumah yang begitu besar, dengan sertifikat atas namaku, huh?”
“Sudah kubilang, appa memang selalu begitu. Mungkin itu hadiah pernikahanmu? Tidak usah di pikirkan…”
“Apanya yang tidak usah di pikirkan? Itu bukan hal kecil, Jae! Ya ampun…”
Jaehyun masih tertawa. “Kita sudah lama saling mengenal, tapi kenapa kau seperti tidak tahu sifat appa, eh? Itu tandanya, appa menyayangimu, appa ingin kau tinggal di Korea dan tetap bekerja di kantor. Lagipula, appa juga suka melihatmu bermain dengan Jeno.”
Taeyong membuang nafas sedikit kuat, lalu mengembangkan senyum seraya berkata, “Ah, anak itu… dimana dia? Aku ingin mengajaknya sebentar bertemu Ten.”
“Ten hyung?”
“Ya, dia ingin bertemu Jeno katanya. Entah itu keinginannya―atau keinginan malaikat kecil kami.”
Jaehyun terkekeh pelan, ia lupa jika beberapa hari yang lalu Taeyong memberinya kabar tentang kehamilan Ten.
“Setan kecil itu sedang sibuk mencari-cari seseorang.”
“Siapa?”
“Mark. Aku pikir, mungkin Doyoung hyung sedang membawanya pergi ke rumah Johnny hyung karena sejak kemarin Jeno terus saja merengek ingin bertemu Mark.”
Lelaki Lee itu merespon dengan tawa renyah, memahami seberapa dekatnya Jeno pada Mark. “Ow, baiklah. Mungkin, aku akan menculiknya lain waktu.” Ucapnya setengah bercanda.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Prince
FanfictionSejak kelahirannya, dia selalu mencuri perhatian orang-orang disekitarnya. Pangeran kecilnya Jaehyun dan Doyoung ini akan tumbuh dengan banyak sekali limpahan kasih sayang.