Claw

11.5K 1.2K 44
                                    

Story : Claw

.

.

Senyum Jaehyun mengembang cerah saat ia membawa mobilnya masuk ke halaman rumah. Hari ini ia pulang kerja lebih awal, dan beruntungnya karena di teras rumah Doyoung sudah menunggu bersama dengan Jeno dalam gendongannya.

Walaupun lelah karena pekerjaan yang menumpuk, namun semua itu bagaikan hilang ketika melihat wajah istri dan putranya yang menyambutnya seperti ini.

Jarang sekali Jaehyun bisa pulang dari kantor lebih awal, paling cepat juga jam tujuh malam dan saat itu Jeno pasti sudah terlelap tidur sehingga otomatis Jaehyun akan mendesah kecewa karena melewatkan waktu bermain dengan putranya.

Tapi hari ini, ia pulang sebelum gelap, dan bisa melihat Jeno yang masih aktif tertawa menyambutnya pulang.

Setelah mematikan mesin mobil, ia bergegas membuka seatbelt yang di pakainya, kemudian membuka pintu lalu berlari dengan cepat menuju teras rumah. “Aku pulang, sayang…” Ucapnya dengan senyum lembut, menarik sisi kepala Doyoung dan memberikannya sebuah kecupan lama di kening.

“Selamat datang di rumah, Jae…” Doyoung membalas dengan suara hangat. Tidak lupa menyunggingkan senyuman terbaiknya. Matanya menutup sejenak ketika Jaehyun memberinya kecupan kedua di pipi.

Jaehyun kemudian menundukkan kepalanya sedikit lebih rendah, sehingga wajahnya kini berada dekat dengan wajah Jeno. “Appa pulang, Jeno-ya…” Senyumnya terulas semakin lebar dan memberikan bayi tujuh bulan itu sebuah ciuman di pipinya yang bulat.

“Ppaa~”

“Eiih~ kenapa jadi manja seperti ini, eoh?” Doyoung terkekeh pelan merasakan gerakan manja dari Jeno. Memang seperti itu, setiap ada Jaehyun, Jeno akan menjadi lebih manja. Seperti kedua tangannya akan terulur seolah meminta di gendong oleh ayahnya. Begitupun sekarang.

Jaehyun menggelengkan kepala, meraih Jeno untuk ada di gendongannya. “Aigooo~ appa rindu sekali denganmu.” Lelaki yang tahun ini genap berusia duapuluh tujuh itu membawa tubuh Jeno keatas, kemudian memutarnya beberapa kali hingga Jeno tertawa-tawa menggemaskan.

Melihat apa yang suaminya lakukan pada Jeno selalu berhasil membuat hati Doyoung menghangat. Jaehyun itu walaupun selalu sibuk dengan pekerjaannya, namun ia tidak pernah sekalipun melewatkan perkembangan Jeno. Lelaki Jung itu akan menelpon Doyoung disaat senggang lalu bertanya tentang Jeno. Juga malam sebelum tidur, Jaehyun akan meminta Doyoung untuk menceritakan seputar putra pertamanya itu.

“Uhh, bola-bola saju-nya appa gemuk sekali~ berat, kau tahu?” Jaehyun terkikik sendiri dengan panggilannya untuk Jeno. Dia ciumi perut putranya yang wangi minyak angin khusus bayi. “Coba appa lihat, ini pipi atau bakpao? Aigooo~ mandoo-ya.”

Kali ini Jaehyun menciumi pipi Jeno yang sama bulatnya. Dilihat-lihat, itu memang seperti bakpao saja. Dan sesekali Jaehyun selalu berpikir, bahwa pipi Jeno bisa jatuh kapan saja saking bulatnya. Kalian tahu, hidungnya sampai tidak terlihat karena pipinya yang bulat, ck.

Doyoung memukul bahu Jaehyun pelan seraya tertawa renyah. “Sekarang apa lagi, huh? Kau memanggilnya dengan banyak nama.”

Jaehyun hanya mengedikkan bahu dan mengedipkan matanya jahil. “Uri Jeno memang bulat dan putih seperti bola-bola salju, dan pipinya yang bulat seperti mandoo―aaakkk!”

Doyoung berjengit terkejut saat Jaehyun berteriak cukup kencang barusan. Menatap pada Jeno bergantian, ia mengerti apa yang terjadi.

“Ya. Jung Jeno! Asshh~ ini perih sekali.”

Bukannya menolong, Doyoung malah menertawakannya walaupun dengan suara kecil. Setelah beberapa detik, ia kemudian mengambil alih Jeno dari Jaehyun. “Jeno nakal lagi, eh? Eomma sudah bilang, tidak boleh mencakar orang seperti itu. Bwa, pipi appa sampai luka.”

Namun respon si bayi kecil itu hanya mengedip mata dengan polos, sebelah tangannya yang terkepal ia emut di mulutnya. Doyoung hanya menggelengkan kepalanya gemas, lalu menciumi pipi Jeno berkali-kali.

“Anakmu ini sekarang galak sekali.” Doyoung bergumam, mengulurkan sebelah tangannya yang bebas untuk mengusap luka yang Jaehyun dapat di pelipis akibat cakaran Jeno. “Apakah sakit?”

“Tidak, tidak sakit sama sekali. Tapi cukup perih dan ini pasti berbekas.” Jawabnya, tidak menghilangkan suara ringisan dari mulutnya.

“Tadi pagi juga begitu, Chanyeol hyung berkunjung kemari sambil membawa main Jungwoo, dan ketika Chanyeol hyung menggendong Jeno, ia langsung mendapatkan luka di pipi.” Doyoung membuang nafasnya pelan. “Jungwoo bahkan menangis karena Jeno menarik pipinya kuat, sampai memerah.”

Mendengar cerita istrinya, Jaehyun merengut. Ia menatap Jeno yang masih asyik dengan kegiatannya mengemut kepalan tangan mungilnya. Dengan pelan, Jaehyun menjentikkan jarinya pada dahi Jeno main-main. “Pangerannya appa nakal, eoh? Hm, hm, hm, nakal…” Namun setelah jentikkan jari itu, Jaehyun menghadiahi kepala Jeno dengan ciuman-ciuman ringan yang membuat si kecil tergelak lagi.

“Meskipun Chanyeol hyung berkata tidak apa-apa dan Jungwoo sudah memaafkan Jeno, rasanya aku tidak enak pada mereka.” Doyoung berujar lirih.

“Chanyeol hyung pasti mengerti, sayang. Jungwoo sudah lima tahun, dan saat seusia Jeno mungkin Jungwoo juga seperti itu, suka mencakar.”

“Pokoknya besok kita harus berkunjung ke rumah Jungwoo. Aku akan membuatkan kue sebagai permintaan maaf dan membawakan Jungwoo es loli.”

Jaehyun hanya mengangguk saja, mengiyakan perkataan Doyoung. Ia kemudian mengambil alih Jeno lagi, menciumi perutnya dengan  gemas sambil berkata, “Jangan nakal, jangan nakal, jangan nakal,” berulang kali.

Karena pada usia Jeno sekarang, perkembangannya sedang baik. Bayi bulat itu menjadi lebih galak karena senang sekali menarik pipi orang di dekatnya bahkan sampai lecet karena cakaran dari kukunya yang kuat.

Tapi seiring berjalannya waktu, kebiasaan itu pasti hilang. Dan seiring pertumbuhannya, kebiasaannya itu akan berganti menjadi kebiasaan yang lain.

“Jung Jeno, jangan mencakar orang lain lagi, arra? Appa akan selalu menelpon eomma dan bertanya tentangmu. Jika appa dengar kau membuat Jungwoo hyung menangis lagi, appa akan menciumi Jeno sampai Jeno menangis. Paham?”

“Ddaaahht! Pppaaaa~!”

Jaehyun menghela nafas, begitupun Doyoung.

“Aihh~ kenapa aku gemas sekali padamuuuuuu~!”

Doyoung menggelengkan kepalanya melihat Jaehyun yang tidak berhenti gemas pada si bola-bola salju.

.

.

.

.

.

Claw ; end.

Mundur dulu ke usia Jeno yang 7 bulan ^^

The Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang