Thailand [Ch. 2]

7.8K 997 229
                                    

Story : Thailand [Ch. 2]

.

.

Mark menghembuskan nafas-nafas pelan ketika kedua matanya memperhatikan satu orang bocah cilik yang tidak berhenti berlarian mengelilingi ruang tunggu bandara. Atensinya terus terfokus pada Jeno, bertanya-tanya sendirian kenapa kaki kecil Jeno tidak lelah walaupun ia berlarian sedari tadi.

Kedua kakinya menggantung di kursi yang dudukinya―kakinya belum cukup panjang untuk sampai pada lantai di bawahnya, bergerak-gerak manis membunuh rasa bosan. Mark sendirian, karena ayah dan ibunya sedang mengobrol dengan orang-orang yang juga sama-sama menunggu keberangkatan ke Thailand.

“Halo, Mark…”

Putra Seo Johnny itu menolehkan kepala ke samping, menemukan ibu Jeno sedang tersenyum padanya seraya mengambil posisi duduk. Senyumnya merekah kemudian mengangguk kecil. “Annyeonghaseyo, Jeno eomeoni…”

Doyoung tertawa kecil. Ia sangat mengagumi bagaimana cara Johnny dan Taeil memberitahu Mark tentang menjadi seorang anak baik yang sopan. Lihatlah, anak itu berbeda sekali dengan Jeno-nya yang tidak mau diam.

“Panggil eomma saja, ya?”

Mark berkedip beberapa kali. Matanya lalu menatap pada mata Doyoung yang kata ibunya mirip dengan kelinci itu. Dan sebuah anggukkan patuh menjadi jawaban darinya. “…eomma.” Ucapnya dengan pelan.

Beberapa detik setelahnya, mereka berdua terdiam. Namun pandangan mereka menatap pada satu objek yang sama, yaitu pada bocah cilik yang masih betah berlarian dan mengganggu ayahnya yang sedang berbincang dengan para karyawan kantor.

“Kau takut pada Jeno, ya? Benarkah begitu?” Doyoung membuka suara, mencoba bertanya tentang bagaimana putranya itu di mata seorang Seo Mark.

Si bocah mendongak, menatap lama mata ibu dari Jung Jeno. Kepalanya menggeleng, tapi kemudian menunduk dengan jemari tangan yang bergerak acak. “…tidak.”

“Tapi katanya kau tidak mau bertemu dengan Jeno lagi… kenapa? Jeno nakal, ya?”

Doyoung bertanya seperti itu bukan tanpa alasan. Ia tahu tentang mainan Iron Man yang Jeno punya itu pemberian Mark, ia juga tahu insiden Bahasa inggris yang membuat Mark menangis kencang. Jadi ia butuh untuk bertanya seperti itu, agar ia bisa memberi pengertian kepada dua bocah beda usia itu.

“Tidak apa-apa, Mark… katakan saja.”

Di beri senyuman selembut senyuman ibunya, Mark membuang nafas pelan dulu sebelum menjawab. “Jeno baik, Jeno pintar, Jeno juga selalu ingin main denganku.” Anak kecil itu memulai dengan suaranya yang kecil. “…tapi Jeno juga nakal. Dia… terus lari-lari.” Lalu, jari telunjuknya terangkat, menunjuk seseorang yang sedang berlari kesana kemari dengan ributnya.

Jeno yang tidak mau diam itu sudah menjadi rahasia umum. Bahkan karyawan di kantor Jung dan Kim sudah sangat maklum jika presdir kecil mereka datang berkunjung. Tapi Doyoung tidak menyangka kalau Mark menolak bermain lagi dengan Jeno adalah… karena hal itu?

“Bukan karena Jeno yang belum bisa bicara dan Bahasa inggrisnya jelek?”

Mark cepat-cepat menggelengkan kepala dan menatap Doyoung panik. “Itu… itu… aku tahu Jeno belum lancar bicara. Tapi―masa bilang ‘my name’ saja Jeno tidak bisa? Aku sedih, padahal itu mudah sekali mengatakannya. Maaaiii neiiimmm, begitu…”

Mark itu anak yang manis. Selain baik, ia juga jujur. Dari pada berlarian seperti Jeno, Mark lebih memilih untuk diam dan menjadi anak baik meskipun ayah dan ibunya sedang berbicara dengan orang lain.

The Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang