Story : I'm Sorry (Bag. 3)
.
.
Kamar Doyoung tetaplah sama dengan sebelum lelaki Kim itu menikah. Penempatannya, dekorasinya, bahkan wangi ruangannya―mungkin wangi bedak Jeno sedikit tercium, yang membuat Jaehyun tahu jika dua hari terakhir mungkin memang Jeno tidur di kamar ini.
Ia menutup pintu kamar, dan melihat punggung Doyoung yang tidak jauh di hadapan matanya. Nafasnya terhela sedikit berat. "Hyung... aku minta maaf untuk―"
"Kenapa kau baru datang hari ini, huh?"
Jaehyun mengerutkan dahi. Suara Doyoung terdengar lirih, dan bahunya bergetar dari apa yang Jaehyun lihat. Dia menangis? "―hah?"
"Kenapa kau baru datang dan minta maaf sekarang?" Doyoung berbalik, memberanikan diri bertatapan dengan Jaehyun; mengabaikan matanya yang memerah dan berair, air matanya seperti siap untuk jatuh jika ia berkedip sekali saja. "Kemana saja kau kemarin, hah? Tidakkah―tidakkah kau memikirkan perasaanku? Dan juga Jeno?"
Tanpa banyak bicara, Jaehyun mengambil langkah dengan kedua tangan yang bergerak untuk membawa Doyoung ke dalam pelukannya. Ia dekap erat tubuh kurus itu, mengistirahatkan kepalanya di bahu lebar Kim Doyoung.
"Apa aku harus selalu meninggalkanmu dulu baru kau akan meminta maaf dan datang menjemputku?"
"Maafkan aku... untuk semuanya."
"Ya, kau memang harus meminta maaf!" Doyoung berucap susah payah. Nafasnya tersengal tapi ia tidak bisa lagi menahan tangisnya. Tangannya ia gerakkan untuk meremas sisi pakaian Jaehyun. "Aku marah dan... aku cemburu." Akunya, pada akhirnya dengan suara yang begitu kecil tapi ia yakin Jaehyun bisa mendengarnya dengan baik.
Ayah Jeno itu mengangguk dengan menggumam. "Aku tahu." Balasnya. Ia melepaskan pelukannya dan kedua tangan yang kini bergerak demi membingkai sisi wajah Doyoung. "Dan aku minta maaf padamu."
Satu ciuman Doyoung terima di bibirnya, cukup lama namun tidak menuntut sama sekali. Sampai Jaehyun mengakhirinya, dan menghapus air mata yang sudah membasahi pipi Doyoung menggunakan ibu jari.
"Maafkan aku karena baru melakukannya hari ini."
Setengah terisak, Doyoung akhirnya mengembangkan senyum. Ia masih membiarkan kedua tangan Jaehyun tetap membingkai wajahnya, sementara ia mengangguk kecil. "Aku pikir kau sudah tidak peduli lagi padaku, pada Jeno. Aku... merasa di telantarkan."
Jaehyun tersenyum, dalam hati membenarkan ucapan ayahnya tadi di kantor. "Mana mungkin aku tidak peduli lagi pada kalian, hng? Aku hanya terlalu bodoh..."
Doyoung tak membalas. Ia hanya menatap kedua bola mata Jaehyun dengan begitu dalam.
"...bodoh karena baru terpikirkan untuk datang dan minta maaf hari ini, juga bodoh karena aku sendiri yang menyebabkan kau pergi dari rumah."
Jaehyun melanjutkan. "Juga tentang wanita yang menghubungiku malam itu―"
"Bisakah kita tidak membahasnya?"
Tapi suaminya menggelengkan kepala dengan senyum hangat. "Kita harus, karena aku ingin masalah kita selesai hari ini dan kita tidak bertengkar lagi." Jaehyun menarik nafas untuk menjelaskan. "...dia memang mantan pacarku, tapi aku tidak ada apa-apa lagi dengannya setelah itu."
"Lalu, apa maksudnya dia menghubungi di tengah malam?" Mata Doyoung tiba-tiba memicing. "Dan di waktu yang sama kau mengganti pin-lock ponselmu. Apa maksudnya itu semua jika kalian tidak ada apa-apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Prince
FanfictionSejak kelahirannya, dia selalu mencuri perhatian orang-orang disekitarnya. Pangeran kecilnya Jaehyun dan Doyoung ini akan tumbuh dengan banyak sekali limpahan kasih sayang.