Eomma's Hand

14.2K 1.3K 37
                                    

Story ; Eomma’s Hand

.

.

Jeno tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bayi berusia dua tahun empat bulan itu terus menangis sejak tadi pagi. Jaehyun bahkan harus pulang dari kantor karena Doyoung tidak bisa mengurus Jeno sendirian.

“Jeno bilang, ingin apa, hng? Jangan menangis terus.” Doyoung sudah benar-benar bingung kenapa bisa Jeno rewel seperti itu. Ia terus bertanya hal yang sama, tapi Jeno tetap tidak menjawab selain menangis di pelukannya.

Jaehyun menghela nafas berat. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk meraih Jeno untuk ia gendong. “Sama appa, oke? Kita jalan-jalan naik mobil, mau?”

Tapi Jeno malah semakin menangis. Ia menolak untuk di gendong oleh ayahnya sendiri. Bahkan, ketika tangan Jaehyun menyentuh kepalanya untuk di tepuk sayang, Jeno mengeraskan tangisannya. Anak itu tidak mau siapapun kecuali ibunya.

Sekarang, Doyoung yang membuang nafas panjang merasa lelah. Ia beranjak berdiri dengan Jeno dalam dekapannya. “Kalau Jeno ingin dengan eomma, jangan menangis.” Katanya, mencoba membujuk dengan sabar. “Jeno kan anak baik… Jadi, jangan menangis terus. Hng?”

Doyoung berjalan kesana kemari membuat gerakkan mengayun bayi kecilnya. Ia juga bersenandung dengan suara pelan, berharap Jeno akan tertidur karena seharian anak itu hanya menangis. Tangannya bergerak mengusap punggung kecil Jagoannya, tapi matanya tidak bisa membohongi Jaehyun jika dirinya lelah sekali.

“Kau sudah makan?”

Gelengan kepala Jaehyun terima sebagai jawaban. Ia kemudian menghampiri Doyoung dan memberikannya sebuah kecupan lembut di puncak kepalanya. “Seandainya dia mau denganku.” Ucapnya seraya menatap Jeno yang mulai tenang dan menutup mata.

“Tidak apa-apa. Mungkin Jeno memang sedang rewel, jadi… ya… begitu.” Tapi Doyoung tetap tersenyum. Ia tidak mengeluh sama sekali.

“Aku akan membuat makanan untukmu. Setelah Jeno tidur, segeralah makan.”

Doyoung mengangguk, dan Jaehyun meninggalkan kamar Jeno untuk membuat sesuatu di dapur.

.

.

.

Jeno tertidur dalam pelukan ibunya, tapi untuk menidurkan anak itu di kasur memerlukan waktu yang sangat lama karena matanya selalu refleks terbuka saat kepalanya menyentuh bantal.

Baru setelah Jeno berhasil berbaring di tempat tidurnya, Doyoung menghela nafas lega. Ia berjalan dengan sedikit mengendap keluar dari kamar putranya, kakinya melangkah menuju dapur dan menemukan Jaehyun sedang menata makanan diatas meja makan.

“Eoh? Jeno sudah tidur?”

Doyoung mengangguk, seraya menarik kursi dan duduk dengan sebuah helaan nafas lelah. “Aku tidak mengerti kenapa dia benar-benar rewel hari ini.” Ucapnya dengan suara pelan. Ia menerima satu gelas air putih dari Jaehyun dan meminumnya hingga tandas.

“Apa menurutmu dia sedang merasakan sakit? Atau apa?”

“Entahlah, aku tidak tahu. Setiap aku bertanya, dia hanya menangis.”

Jaehyun tersenyum kecil memahami. Tanpa bertanya apapun, Jaehyun segera meminta Doyoung untuk segera makan karena ia yakin istrinya itu membiarkan perutnya kosong seharian ini.

“Makanlah dulu, sebelum Jeno bangun dan kembali rewel mencarimu.”

Jujur saja, Doyoung merasa dirinya lelah sekali hari ini. Ia tidak membereskan rumah ataupun mainan Jeno yang berantakan karena bayinya terus menangis dan tidak bisa di tinggal. Saat menghubungi Jaehyun dan memintanya pulang pun ia sedikit kesulitan. Doyoung bahkan lupa makan, dan mungkin akan benar-benar lupa jika saja Jaehyun tidak bertanya padanya.

The Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang