Buffering

11.4K 1.1K 63
                                    

Story : Buffering

.

.

Jika sedang berkunjung ke kantor ayahnya, Jeno akan menjadi perhatian semua karyawan yang bekerja disana. Para karyawan wanita akan memekik gemas, kemudian menghampiri si presdir kecil dan mencubiti pipinya sampai Jeno menangis.

Bagaimana tidak... setiap Jeno kesana, ia akan melakukan hal-hal kecil yang menggemaskan. Misalkan, berlarian di ruang hrd dengan kedua kaki kecilnya sementara Soonyoung yang bertugas untuk menjaga anak itu sudah frustasi setengah mati karena Jeno cukup cerdik untuk berlari dan bersembunyi. Atau ketika Jeno sedang berjalan dengan Yunho yang menuntunnya di lobi kantor, anak itu akan membungkuk sopan pada semua kenalan kakeknya, seperti tahu jika orang-orang dengan jas rapi dan dasi itu adalah orang yang sangat penting.

Tapi kali ini, ia datang bersama dengan Doyoung. Rencananya, mereka akan pergi ke suatu tempat bersama dengan Jaehyun. Jadi, Doyoung sengaja mengajak Jeno kemari untuk mendatangi ayahnya sekaligus memenuhi permintaan Yunho yang ingin melihat si pangeran kecil.

"MEMEN! Nguuungggggg~! MEMEN!"

Taeyong yang mendapat tanggung jawab untuk menjaga si pangeran kecil menghela nafas melihat kelakuan Jeno kali ini.

Lihatlah, presdir cilik perusahaan Jung itu berlari kesana kemari memutari lobi lantai empat kantor, sambil tangannya mengacungkan miniatur Iron Man yang ia dapat dari Mark beberapa waktu yang lalu. Lucu? Mungkin iya... tapi entah kenapa Taeyong kesal sekali sekarang.

"Biacara dulu yang benar, baru boleh teriak." Begitu katanya, mulai mengambil langkah untuk mengejar Jeno yang sudah jauh sekali darinya.

Oh, satu lagi yang lupa aku beritahu. Jeno ini... dekat sekali dengan Taeyong. Setiap datang berkunjung ke kantor ayahnya, Jeno akan segera mencari Taeyong dan menariknya untuk bermain. Sehingga Jaehyun hanya bisa tersenyum dan melepaskan Taeyong dari berkas kantor, beralih menjadi penjaga Jeno untuk satu atau dua jam selama si kecil masih ada di kawasan kantor.

"Ngiuuung~ memen, haa!"

Taeyong ingin tertawa saja. Putra Jung Jaehyun yang sudah berusia lebih dari dua tahun itu masih saja belum lancar bicara.

"YONG! MEMEN!" ―dan masih memanggilnya dengan nama. Astaga!

Taeyong mempercepat langkah kakinya dan segera meraih si bola-bola salju untuk ia angkat tinggi-tinggi dan menguncinya di gendongan; menjaga anak itu agar tidak kabur lagi. "Yah, panggil aku sekali lagi, huh."

"YONG! YONG! Hahahaha~ YONG!"

Jeno memekik senang dengan perlakuan Taeyong terhadapnya, sementara Taeyong sudah tergelak karena tingkah Jeno yang benar-benar menggemaskan (setengah menyebalkan juga sebenarnya).

"Anak nakal, eh. Jeno anak nakal~..." Taeyong menggerakkan kepalanya di perut bulat penuh lemak milik si kecil, yang mana itu membuat Jeno tertawa lagi dan lagi sambil memukuli kepala Taeyong menggunakan miniatur Iron Man di tangannya.

Interaksi dua orang itu jelas tidak bisa di lewatkan para karyawan yang kebetulan ada disana. Mereka terkikik gemas, tapi ada juga yang terang-terangan menertawakan Taeyong karena kalah oleh si presdir cilik yang bahkan belum bisa bicara dengan jelas tersebut.

"Taeyong-ssi, kau sudah pantas menggendong anak. Kapan menyusul presdir Jung Jaehyun?"
Tanya dari salah satu temannya itu Taeyong abaikan. Ia hanya membalasnya dengan tawa ceria lalu membawa Jeno berlalu dari lobi itu.

"Nah, sambil menunggu ayah dan ibumu yang entah sedang apa di ruangan kakekmu, kau harus menjadi anak baik, oke?" Pemuda bermarga Lee itu mendudukkan dirinya di salah satu sofa besar yang ada di koridor lantai empat, sementara Jeno sudah menganggukkan kepala dan duduk di pangkuannya.

The Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang