TRASH ― Story : Another Royal Baby

9.5K 801 154
                                    

TRASH ― Story : Another Royal Baby

.

.

Saat umur Jeno tiga tahun, Jaehyun menyadari ketertarikan Jeno akan bola sepak.

Sejak lancar berjalan, anak itu bahkan suka berlarian di dalam rumah sambil menendang bola. Tidak jarang Jeno terjatuh atau mungkin bolanya mengenai vas bunga dan berujung pecah.

Dan ketika Jeno berumur lima tahun, sebelum ia masuk TK, Jaehyun mulai rutin membawa pangeran kecilnya ke tempat latihan futsal untuk anak-anak di akhir pekan. Biasanya, Jaehyun akan pergi bersama Doyoung untuk menemani Jeno bermain futsal, tapi hari ini Doyoung ada kegiatan lain―menemani Jaejoong membeli peralatan rumah, katanya.

Jadilah Jaehyun duduk sendirian di tepi lapangan, memperhatikan si kecil yang bermain ceria dengan anak-anak yang lain.

Jagoannya yang sekarang sudah berusia genap enam tahun itu tampak lincah berlari kesana kemari mengejar bola. Kadang ia terlihat kesulitan menghindari anak lain yang menghadang ketika bola berada di kakinya.

“Jeno, Jeno, Jeno!”

Tak jarang Jaehyun menyemangati pangeran kecilnya dengan meneriakkan namanya seperti itu. Bertepuk tangan heboh, atau melompat-lompat gemas ketika bola ada di kaki kecil Jeno-nya.

Ada enam anak laki-laki di lapangan, salah satunya adalah Jeno. Mereka semua benar-benar menggemaskan saat berebut bola. Salah satu dari mereka akan merebut bola dengan tangan jika sudah kesal, sementara yang lain akan memarahi dengan aksen cadel khas anak-anak.

Jika di perhatikan, Jeno adalah yang paling bulat di antara lima anak lain. Meskipun Jeno bukan yang tertua, tapi sepertinya timbangan badannya paling berat. Sehingga Jaehyun selalu tidak bisa menahan tawa setiap melihat Jeno menggiring bola karena itu terlihat seperti bola sedang menendang bola―ups!

Beberapa menit terlewati seperti itu. Jaehyun melihat pakaian Jeno yang mulai basah karena keringat, begitupun dengan rambutnya yang terlihat lepek.

Seorang pelatih meniup peluitnya panjang. Jaehyun tidak mengerti mereka semua akan melakukan apa, tapi kemudian ia melihat anak-anak itu saling berbaris untuk menendang bola ke gawang yang di jaga oleh seorang kiper.

Anak pertama yang menendang bola Jaehyun tidak tahu namanya, tapi anak itu tampan sekali dengan rambut hitam legamnya, berhasil memasukkan satu bola ke gawang. Begitupun dengan kedua dan anak ketiga.

Tiba giliran Jeno sebagai penendang keempat. Jaehyun segera berdiri dari duduknya, bertepuk tangan heboh untuk kesekian kali dan berteriak, “Ayo, Jeno-nya appa pasti bisa!”, menyemangati putranya dengan cara seperti itu.

Jeno mengambil ancang-ancang beberapa langkah di belakang bola yang sudah di simpan di titik tertentu oleh pelatihnya. Kedua mata sipit itu menajam dan tubuhnya membungkuk―berusaha terlihat seperti seorang atlit profesional.

“Hiyaaaa!” Jeno mengambil langkah, berteriak seperti seorang ninja. Ketika kaki kanannya bergerak untuk menendang bola―

Bugh!

―ia malah terjatuh bahkan sebelum kakinya menyentuh bola. Tubuhnya sampai terguling dua kali.

“O-ow.” Ini adalah ayahnya, Jung Jaehyun, yang sepertinya tidak ada niat untuk menolong putranya yang baru saja menggelinding. “Pasti sakit.” Ia meringis dengan suara yang sangat pelan, membayangkan betapa sakitnya tubuh terguling seperti Jeno barusan.

Sementara itu, si kecil sudah berhasil duduk setelah terguling. Ia menatap pelatih futsal yang sudah menghampirinya, memperhatikan teman-temannya yang menatapnya dengan terkejut, juga melihat pada bola yang tetap pada tempatnya.

The Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang