Aku dan mas Tama keluar dari bioskop. Aku masih baper akan adegan terakhir film tadi,apalagi disaat salah satu pemainnya tertembak.
"Mau kemana lagi?" Tanya mas Tama kepadaku.
"Aku mau ke outlet jilbab dulu mas. Mas Tama terserah mau ikut gak,kalo gak ikut mas Tama mau kemana? Ntar aku susulin"
"Aku ikut kamu aja,yuk" ajakknya. Dia menggandeng tanganku. Aku sedikit terkejut,tanganku dan mas Tama bersentuhan.
Aku berjalan menuju outlet jilbab dengan mas Tama. Dia sedari tadi menggandengku dan tak ingin melepaskannya. Aduh,malu aku dilihatnya. Akhirnya kami sampai di depan outlet,aku melepaskan tanganku dan masuk ke dalam. Dan ternyata mas Tama mengikutiku.
Aku memilih kerudung yang ada disana. Sedikit bingung juga karena banyak sekali warna dan motif. Karena aku bingung,aku memilihnya semakin lama. Ah,aku sedikit merepotkan sepertinya.
"Yang itu tuh,bagus" ucap mas Tama yang tangannya menunjuk kerudung berwarna merah marun. Tanpa pikir,aku langsung mengambilnya. Pilihannya sangat tepat,aku semakin heran. Pandai sekali dia memilih.
"Aku kekasir dulu" kataku.
"He,aku aja yang bayar" katanya sambil memegangi pergelangan tanganku,mencegahku untuk pergi.
"Mas ini mahal loh,biar aku aja" jawabku.
"Udah,rezeki itu tak boleh ditolak. Lagian kamu belinya kerudung. Aku suka kalo kamu menutup aurat" ceramahnya. Aduh,aku yakin kali ini pipiku pasti memerah.
"Yaa--udah. Makasih" jawabku kikuk. Mas Tama tersenyum. Dia membayar kerudungku itu walaupun sedikit memaksaku.
"Mau makan kemana?" Tanyanya.
"Terserah mas Tama aja"
"Food court aja ya"
"Iya"
Aku menuruni eskalator,bergitu pun dengan kakak kelasku yang tampan itu. Sebenarnya aku sedikit minder. Apa kata orang jika aku jalan berdua dengan cowok tampan yang baru ku kenal ini. Dengan pakaianku yang menurutku compang camping ini dan dibandingkan dengan mereka yang penampilannya bisa dibilang sangat wah itu aku kalah jauh. Mataku terus memandangi laki laki tegap dan tampan yang ada di
depanku.Tak disangka,aku dan mas Tama sampai di food court. Aku tak menyadarinya,aku sibuk dengan pikiranku sendiri.
"Mau pesen apa?" Tanya mas Tama.
"Nasi goreng sama lemon tea aja" pesanku.
"Oke"
Saat ini aku hanya bermain ponsel. Lagian juga mau ngajak mengobrol tetapi kalah sama gengsi. Mas Tama juga sibuk dengan ponselnya itu. Toh,memang teknologi mengalahkan semuanya.
Makanan yang dipesan telah datang. Laparku sadah tak bisa ditahan,tanpa menunggu perintah dari komandan aku langsung melahapnya pelan. Panas,itulah yang pertama kali kurasakan. Ah cerobohnya diriku,sepertinya aku harus sedikit lebih sabar untuk melahapnya,nasinya sangat panas.
Suasana hening seketika. Kami fokus dengan makanan masing masing. Makananku belum habis karena aku tak tahan panasnya. Makanan mas Tama? Dia sudah duluan habis sedari tadi. Mas Tama kini hanya bermain ponsel dan terkadang dia meliriku,aku kan jadi canggung.