48. Kebahagiaanku part 2

3.4K 185 41
                                    

Tentu saja ini masih tentang bahagia yang kembali berpihak kepadaku. Seusai menikmati matahari tenggelam di tebing breksi. Aku dan mas Tama sengaja untuk mampir makan nasi goreng di warung pinggiran jalan.

Sederhana tetapi istimewa. Hanya 3 kata yang membuatku bahagia bukan main. Apakah ini jawaban doaku yang selalu aku panjatkan kepada tuhanku? Sepertinya begitu.

Mas Tama duduk di sebelahku. Dia baru saja pergi untuk membeli minuman isotonik di Alfamart seberang jalan.

Tumisan bumbu memasuki indra penciuman. Sungguh semerbak,ah aku jadi rindu masakan Mama. Apa kabar ya dengan keluaragaku yang di Jakarta. Sudah lama aku tak bertemu. Apalagi dengan kakaku,mas Reno. Dia jarang kembali ke tanah air.

"Ini mas,mbak" Kata penjual nasi goreng. Memberi 2 piring nasi goreng pedas dengan taburan daun seledri dan bawang goreng diatasnya. Ditambah dengan teh kampul hangat kesukaan. Aku hanya mengangguk dan tersenyum,sembari menggeser piring.

Sepertinya perutku sudah menagih untuk diberi asupan. Tanpa menunggu perintah letda,aku langsung menyantapnya. Mataku melihat mas Tama yang sedang menikmati makanannya. Aku sudah lama tidak melihat dirinya makan selahap ini. Sudahlah,akibat lama berpisah.

Hari ini memang indah. Ku akui begitu. Setelah menikmati nasi goreng di pinggir Jl. Malioboro,aku diantarnya pulang ke mess. Lampu lampu di Malioboro tampak menyinarkan sinarnya yang kemerlip.

Entah aku yang aneh atau hatiku yang sedang bersahabat. Malam ini kota Jogja terlihat lebih indah dari biasanya. Ya aku tahu,ini mungkin efek dari kebahagianku sekarang. Tak lama,mobil yang kutumpangi sudah berhenti di depan messku. Aku turun dari mobil dan berdiri di teras. Mas Tama menghampiriku.

"Selamat malam,nona. Jangan lupa berdoa sebelum tidur ya" Katanya dengan wajah yang begitu manis.

"Siap" kataku sembari hormat kepadanya. Aku tertawa.

🏥🏥🏥

Pagi pagi aku sudah berada di Rumah Sakit. Hari ini memang sibuk sekali. Dokter Adit izin dan mengambil cuti untuk mempersiapkan pernikahannya. Aku dan Alya sudah berada di ruangan koas.

Suatu anugrah yang sangat ku syukuri adalah ketika aku masih bisa melanjutkan kegiatanku ini. Walau banyak sekali rintangan dan halangan yang menghadang,aku selalu berusaha untuk menghadapinya. Aku tahu,jika sukses ktu perlu usaha dan doa.

Tidak mudah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Butuh waktu yang lama,sangat lama. Begitupun dengan diriku yang berangan angan menjadi dokter yang profesional. Suatu impian di mana aku harus bernegosiasi dengan kedua orang tuaku untuk mendirikan rumah sakit sendiri suatu saat nanti.

Teman temanku yang lain sudah datang. Kali ini aku harus mendampingi dokter Indah untuk menjadi asisten operasi.

"Ressa sudah siap?"

"Insyaallah,dok"

"Ok,sebelum operasi kita berdoa dulu. Semoga operasi kali ini lancar. Aamiin. Berdoa dimulai"

Semua menundukan kepalanya. Sebuah lingkar kecil yang sangat berarti jika melibatkan Tuhan.

Aku bediri di samping dokter Indah dan para perawat yang ikut membantu. Sebuah misi penting yang harus dikerjakan dan dilakukan secara berhati hati dan teliti. Tentu ini berat,harus melibatkan takdir dari Tuhan. Berhasil atau tidaknya,ini sangat bergantung pada kinerja atau bahkan takdir.

Darah merah memancar dari bagian yang dibedah. Aku menelan ludahku sendiri ketika sel kanker diangkat dari dada bagian kiri. Operasi berjalan selama 4 jam an. Mataku sudah lelah melihat darah yang berwarna merah. Tak hanya itu,lampu operasi pun berpengaruh.

My prince of love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang