51. Via Telepon

2.7K 136 10
                                    

Selepas menghadiri pernikahan Dokter Adit aku langsung pulang ke mess. Tidak mampir kemanapun. Masalahnya,besok harus bangun lebih pagi karena ada sedikit kegiatan penting yang ada di rumah sakit. Mas Tama kembali ke Jakarta. Ia mulai mempersiapkan pendidikannya kembali.
Setelah selesai beberes kamar. Aku meraih ponselku yang ada di atas nakas. Hanya untuk berbagi kabar kepada keluargaku saja. Mama,Papa,dan Mas Reno belum mngetahui jika aku dan Mas Tama balikan kembali.

Sungguh suatu keistimewaan dan kebahagian menurut anak rantau jika bisa bertukar kabar dengan keluarga. Aku mulai menghubungi mereka melalui Video call yang ada di grup keluarga.

Pertanyaan wajib yang ditanyakan papa dan mamaku. "Lancar gak kak koasnya?". Aku senang,mereka peduli kepadaku. Dan pertanyaan wajib yang harus ku tanyakan kepada abangku adalah. "Mas,kapan nikah?" Suatu musibah bagi kaum yang sudah berusia namun belum menikah.

Malam semakin larut,membuat diriku tak betah untuk membuka mata lebar. Aku mematikan video call secara sepihak. Saatnya aku merajut mimpiku.

🌼🌼🌼

Tentu suasana rumah sakit sangat ramai akan pasien dan orang orang yang mempunyai kepentingan. Aku berjalan cepat di lorong ruang mawar. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan. Tak lupa aku juga menyapa beberapa perawat yang lewat.

Aku memasuki lift. Di dalam tak hanya ada diriku. Namun,ada dokter Adit dan juga istri barunya. Mereka tersenyum dan kami saling bertegur sapa.

"Jadi,kapan kamu dinikahi?" Tanya Istri dokter Adit tatkala kami berjalan keluar dari lift.

"Saya harus menunggu mas Tama dan saya juga tak ingin terburu buru,bu" Jawabku sopan. Dokter Adit dan istrinya tertawa. Aku malu sekali.

Hanya beberapa menit berjalan dengan dokter Adit dan istrinya,setelah itu aku harus berbelok menuju ruangan koas. Aku  memang berangkat lebih pagi daripada Alya yang masih sibuk mengurusi beberapa tugasnya di mess. Suatu kehangatan ketika masuk adalah melihat mereka menyapa dan saling bersalaman. Suatu ukhuwah yang selalu terjalin dengan wahh.

Tak banyak waktu luang sekarang ini. Banyak stase yang harus dipelajari. Terutama stase anak,itu adalah hal yang paling rumit. Tidak masalah jika diiringi dengan niat dan minat,semua akan terlihat mudah. Yakinilah.

Seusai membuka kembali tugasku yang ku kerjakan dari jauh hari,aku langsung menemui pembimbingku untuk berkonsultasi. Semoga tak banyak kesalahan untuk revisi.

Suatu nikmat jika tugasku sudah selesai dan tak banyak kesalahan. Aku bersyukur sekali. Aku keluar dari ruangan. Alya tampak berlari menghampiriku.

"Ressa..aahh" Ucapnya dengan nafas yang berat.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Ada sedikit masalah di tugasku. Sini" Alya langsung menarik tangan kananku.

"Ehhh,kenapa,Al?"

"Bantuin ini. Repott" Katanya. Langkah berubah menjadi cepat. Sedikit berlari. Aku sudah menduganya. Alya selalu saja mengerjakan tugas dengan mepet. Dan hasilnya seperti ini kan.

Sebagai sahabat,aku membantu Alya mengerjakan tugasnya. Tak membutuhkan waktu yang lama,semua sudah kelar.

"Oke makasih,Ressa" Ucapnya. Lalu dia berlari menuju pembimbingnya. Aku hanya menggelengkan kepalaku perlahan. Lucu.

Handphoneku berdering. Mas Tama memanggil.

"Assalamualaikum. Ressa"

"Wa'alaikumussalam..iya ada apa,mas?"


"Ngga,aku cuma pengen menjalin komunikasi"

"Lah"


"Mau ngomong tapi kok gimana gitu"

My prince of love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang