Sudah satu jam Ressa duduk di ruang keluarga sambil tertawa ria. Dengan hadapan mata yang fokus ke televisi. Dia lupa jika waktu sudah sore. Dia harus kembali ke mess.
"Eh,gue pamit dulu ya. Udah sore banget ini"
"Oke hati hati. Cepetan selesaiin masalahnya"
"Iya deh"
Pukul 5.25 Ressa sampai di messnya. Dia tak langsung masuk ke dalam. Tetapi,dia duduk di teras depan. Itung itung melepas penatnya. Ressa tampak diam tanpa suara. Sesekali dia melihat layar ponselnya itu. Apakah dia sedang bingung? Maybe.
Adzan magrib sudah berkumandang. Pertanda hari sudah petang. Tak bisa dipungkiri lagi,Ressa harus bangkit dan melaksanakan kewajibannya. Dia selalu mengirimkan doa untuk keluarganya,orang orang yang disayanginya,termasuk mas Tama.
Setelah lama bersimpuh di hadapan Allah. Tempatnya mencurahkan semua apa yang dirasakannya. Ressa bangkit dan mengambil Al-Qur'an pemberian neneknya yang ada di Bandung.
Setelah membaca ayat suci. Ressa mengambil ponselnya yang berada di atas nakas kamar. Dia menggeser layarnya perlahan. Jari jari lentiknya itu bergerak menuju aplikasi berwarna hijau. WhatsApp.
"Aku minta ketemuan besok setelah ba'da dhuhur"
Ketik Ressa di room chat yang bertuliskan nama Mas Tama itu. Ressa tau jika Tama besok pesiar.
([0])
Hari sudah pagi. Suara ayam jago yang begitu keras itu terdengar hingga seantero mess. Tak lain Ressa. Saat ini,dia sedang memainkan kursor laptopnya. Tak ada kegiatan lagi selain itu. Dia hanya memutar video video yang telah ia rekam tempo lalu. Memang,bergulat dengan kenangan itu memiliki sensasi tersendiri.
Berbeda dengan Ressa. Tama,kini sedang siap siap untuk apel. Apel sebelum pesiar. Dia bersiap siap memakai sepatu kinclong andalannya. Tak lupa,Tama juga membraso brevet brevetnya itu.
"Yok,apel" perintah Komandan pleton.
"Siap" jawab serentak. Apel dimulai.
Setelah apel. Tama membuka ponselnya. Tidak ada notifikasi masuk. Usut punya usut ternyata dia lupa menghidupkan sambungan datanya,noob.
"Aku minta ketemuan besok setelah ba'da dhuhur"
Satu pesan dari seseorang yang dirindukannya. Namun,entah dengan perasaan yang berbeda atau sama. Tama saat ini sedang menaiki bis akademi menuju rumah Yanto.
"Iya dek,mau ketemuan di mana?"
Ketik Tama.Tak selang beberapa lama. 1 pesan masuk. Tanpa menunggu lama,Tama langsung membuka ponselnya.
"Di cafe biasanya saja"
balas Ressa.Cukup dibaca saja. Dan tidak dibalas.
Disisi lain. Ressa sedang bingung memilih pakaian yang akan dikenakannya. Akhirnya Ressa menemukan pakaian yang cocok untuk dipakainya. Sebuah gamis berwarna abu abu dan putih. Tak lupa dia juga memakai kerudung berwarna abu abu yang cenderung lebih tua. Dengan sedikit polesan bedak dan juga blus on berwarna merah muda. Dan terakhir mengoleskan sedikit lipstik matte wardah yang bernomor 13. Perfect. Itulah kata orang jika melihat Ressa sekarang.
Jam sudah menunjukan pukul 11.30 Ressa berjalan tergesa gesa menuju bagasi mobil. Dia tak mau jika Tama harus menunggunya. Tanpa babibubeb dia langsung menaiki mobilnya dan pergi menuju cafe tempatnya bertemu.
Sesampainya di cafe. Dia tak melihat adanya laki laki yang telah menyakiti hatinya. Laki laki yang mengisi seluruh ruang di hatinya. Hingga meninggalkan bekas luka yang sangat dalam. Sekarang pukul 12.30 Ressa sudah menunggu laki laki itu kurang lebih setengah jam. Dia yakin,Tama akan datang.