Aku menghela nafas kasar yang keluar dari hidungku. Mengingat peristiwa tempo hari itu yang begitu menyakitkan. Bayangkan jika kalian berada di Posisiku sekarang ini juga. Membayangkan bagaimana hubungan kedepannya. Apakah perempuan tempo hari itu selingkuhan mas Tama? I Don't Know. Semoga saja tidak.
Jujur,dalam hatiku yang paling dalam aku masih menyayanginya,mencintainya,dan aku tak ingin kehilangannya. Baru pertama kali ini aku merasakan cinta yang luar biasa. Tapi pertanyaannya apakah dia sepertiku?
Apa dayaku yang hingga saat ini masih berharap jika aku dan mas Tama itu berjodoh. Aku masih berharap jika mas Tama mengabariku dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Jam menunjukan pukul 7 malam. Saat ini aku sedang berjalan dilorong rumah sakit,menuju ruangan koasku. Aku lebih mementingkan karirku sebagai dokter ketimbang masalah percintaanku itu. Akhir akhir ini aku merasa jika badanku kurang fit dari biasanya.
Setelah aku sampai di ruangan koasku. Farren menghampiriku dan duduk disampingku.
"Ressa,hari minggu aku liat Tama di mall sama cewek lain" Katanya."Aku juga" Sakit hati,memang sakit. Ternyata tidak aku saja yang melihat keduanya bermesraan,tetapi rekanku Fareen melihatnya juga.
Tak habis pikir memang. Kurang setia apa aku? Sudah menemaninya kurang lebih 5 tahun. Namun,posisi terlupakan karena wanita yang sampai saat ini aku belum mengetahui namanya itu.
Aku tidak dendam terhadap mas Tama. Yang kuinginkan hanyalah penjelasan yang benar benar real tanpa settingan. Aku tak ingin air mataku keluar karena masalah ini. Sudah cukup aku menangis semalaman yang ditemani oleh Alya.
***
Pukul 11.27 malam,aku duduk di kursi teras mess sendirian. Dengan ditemani secangkir kopi dan memakai jaket berwarna army itu. Aku dilanda galau akut. Aku selalu menangis kala aku ingat kejadian tempo lalu itu.
Apakah kodrat wanita itu selalu di sakiti oleh pria? Atau wanita yang terlalu lemah?. Ku rasa wanita tak selemah yang kebanyakan dibayangkan. Memang saat ini kondisiku lemah,lemah karena cinta.
Aku takut,jika Tama meninggalkanku karena wanita itu. Wanita yang lebih seksi dengan pakaiannya yang terbuka,yang membuat semua laki laki tertuju kepadanya.
Yang hanya ada dipikiranku saat ini apakah Tama bosan kepadaku? Bosan akan sifaku yang seringkali manja kepadanya? Atau terhadap gaya pakaianku yang tak seseksi wanita yang di mall itu. Bukankah setiap wanita itu diwajibkan menutup auratnya?.
Bak disambar petir,hatiku kacau. Aku menangis,menangis sedu. Rasa ini tak karuan. Aku masih tidak percaya jika dia melakukan hal itu. Aku berharap dia kembali kepadaku.
Hujan turun dengan derasnya. Kilat menyambar,suara petir bergemuruh. Angin yang besar membuat pohon pohon sekitar bak menari. Hawa dingin tiba tiba menusuk tulangku. Walaupun sudah memakai jaket,tetapi tetap saja memasuki pori pori kulitku.
"Ressa" Panggil Alya. Aku kaget bukan main."Kenapa?"
"Ayo masuk,hujan lebat tuh"
***
Author POV
"Ressa,aku benar benar minta maaf kepadamu. Sungguh aku mengaku salah. Aku hanya sayang kepadamu. Maukah kamu memaafkanku? Aku mohon. Aku tak bisa hidup tanpamu".
"Mas jelasin siapa perempuan yang dimall itu? Hiks hiks". Tampak gadis itu menangis sesenggukan sambil memukul dada bidang Tama.
"Dia hanya temanku yang,tidak mungkin aku punya pacar lagi. Aku hanya serius sama kamu. Aku...aku benar benar mencintaimu Ssa". Jelas Tama sambil memegangi kedua pundak Gadis manja itu.
"Kalo mas bener bener mencintaiku,kenapa mas mengabaikanku saat itu?...mas ngobrol berdua dengannya....Hiks..hiks..sedangkan aku? Kamu cuek,kamu tak menganggap aku ada disampingmu. Aku sakit mas..sakit! Bukan hatiku saja yang sakitt,tapi juga ragaku...hiks hiks"
"Maafin mas dek,mas khilaf"
"Khilaf? Mas bilang khilaf? Disaat aku pergi meninggalkan mas tidak menyadarinya kan? Tidak sadar karena mas terlalu asyik mengobrol dengan wanita yang lebih cantik dan lebih seksi dari pada aku? .... disaat aku pergi,mas tidak mencariku kan? Mas malah makan berdua dengan wanita itu..cukup mas cukup..hati ini lelah menghadapi semuanya...aku..aku tidak kuat"
Ressa menangis sesenggukan. Banyak sekali pasang mata yang melihat keduanya. Wajah Tama tampak bersalah besar. Kedua matanya meneteskan air mata. Sekuat kuat seorang prajurit dia juga akan lemah ketika menghadapi cinta.
"Maafin mas ya. Mas janji gak bakal ngulangin kesalahan mas lagi. Mas hanya ingin sama kamu,tidak dengan wanita itu. Mas cuma serius sama kamu dek".
"Apakah mas bosan denganku? Mas pasti memilih diakan? Memilihnya karena dia lebih menarik,cantik,seksi,mungkin dia lebih asyik. Aku memang seperti ini. Aku tidak butuh yang sempurna. Aku hanya mencari mereka yang mencintaiku apa adanya. Yang mampu menutupi semua kelemahanku dan keburukannku. Dan aku mencari mereka yang mau melengkapi semuanya,yang tak sempurna akan menjadi sempurna...memang oke,dia lebih menarik dariku. Sedangkan aku? Orang yang yang sederhana,orang yang tidak peduli dengan penampilan,hingga pada akhirnya semua orang tidak menganggapku jika aku ada mas... Hikss..hikss"
"Dengarkan dek,aku sayang sama kamu" Ucap Tama sambil menatap lekat kedua mata Ressa.
"Mungkin,sebaiknya aku mati saja. Daripada aku hidup didunia namun apa? Kehadiranku tidak berarti,aku tidak ada yang membutuhkan,aku hanyalah manusia yang tidak bermanfaat bagi semua orang. Aku apa mas? Apa?...tidak ada yang menganggapku hidup di dunia ini..serasa aku mayat yang hidup. Serasa aku hidup sendiri tanpa kasih sayang yang berarti...atau hanya keluargaku lah yang menyayangiku".
"Kamu ngomong apasih? Kamu tidak boleh seperti itu! Kedatanganmu bermaanfaat Ressaku. Jangan seperti itu. Aku sayang sama kamu. Aku ingin kita hidup bersama".
Ressa tak mendengarkannya. Dia masih nangis sesenggukan,kepalanya pusing,kakinya lemas,dia terjatuh. Tubuhnya tak kuat menahan semua beban yang ditanggungnya saat ini. Terlalu banyak cairan yang dia keluarkan. Jatuh,namun tidak pingsan. Dia masih sadar,matanya masih terbuka.
Tama refleks ikut berjongkok menolong gadis manjanya itu. Dia lalu dengan sigap membopongnya masuk kedalam mobil. Namun,dia tidak langsung menancapkan gasnya. Dia masih mengusap derai air mata yang meluncur deras dipipi Ressa.
"Maafkan aku yang" Bisiknya di telinga Ressa.
Ressa tak menjawab,dia masih menangis sesenggukan. Dia tidak kuat untuk berbicara. Lidahnya rasanya kilu. Pandangannya masih tertuju ke depan,kepalanya tersandar pada kursi mobil. Tiba tiba mulut Tama mencium kening kekasihnya itu. Kening yang penuh dengan keringat.
Mata Ressa terbelalak melihat sikapnya. Manik matanya menatap Tama serius. Begitupun dengan Tama. Tama hanya tersenyum melihatkan kegantengannya itu. Sepertinya dia tahu,apa yang membuat rasa marah Ressa luluh.
Tangan Tama mengusap kedua pipi Ressa yang masih basah karena air mata yang hangat itu.
"Aku akan berjanji,aku tak akan membuatmu sakit hati. Aku janji dek" Ressa hanya diam menatap mata kekasihnya yang membuat hatinya kalut itu."Maukah kamu memaafkanku dek?" Tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke depan wajah Ressa,hanya berjarak sejengkal jari. Ressa terpaku,otaknya terus bekerja. Matanya menatap lekat mata elang itu. Seperti terkunci dan seperti lengket tak mau lepas dari setiap pandangannya. Apa salahnya memberikan kesempatan kedua bagi kekasihnya itu?.
Ressa tak berbicara,dia hanya mengangguk perlahan. Dalam arti dia memaafkan kekasihnya itu.
"Jadi kamu mau memaafkanku dek?" Tanya Tama kembali."Iya" Jawab Ressa malu malu.
Tak lama,sebuah kecupan penuh kasih sayang itu mendarat di kening Ressa. Tama masih menatap wajahnya dengan jarak yang masih sama,sejengkal jari orang dewasa. Merasa tak enak,jika harus berpandang pandangan,Ressa pun angkat bicara.
"Tapi janji,jangan buat aku kecewa dan sakit hati lagi" Ucapnya lirih sambil menunduk mengalihkan pandangannya itu.
"Janji sayang" Ucap Tama sambil mencubit pipi Ressa.
Hallo Readers,bagaimana? Kurang ngefeel ya?
Jangan lupa vote and comment!