35.Galau dan penyesalan

3.9K 201 11
                                    

"Arggghhhhh" Teriak Tama. Kali ini dia benar benar tidak menyangka dengan keputusan Ressa. Dia menyadari kesalahannya sendiri. Ini semua murni kesalahannya. Dan juga Bela.

"Udah sayang,gak usah dipikirin lagi lah. Sekarang kan udah ada aku yang selalu menemanimu. Aku janji,menemanimu setiap saat deh" Bujuk Bela. Tangan Bela merangkul lengan Tama. Bergelayut manja,mengeluarkan smirk andalannya.

"Ah. Diem" ucap Tama emosi. Atmosfer berubah seketika. Menegangkan. Namun,Tama ingat dia tak boleh terbawa emosi. Ada nama yang harus dijaganya. Pakaian yang dikenakannya. PDPS Akmil. Instansi pendidikannya.

Tama berjalan lurus ke depan. Dia berhenti tepat di perempatan Malioboro. Menunggu taksi lewat. Dia ingin pergi ke rumah Yanto sekarang ini. Tak tahan dengan sikap Bela yang ganjen itu.

"Sayang mau kemana sih? Ikutt" Rayu Bela dengan nada manja.

Tama tak menanggapi. Dia tetap diam tak bersuara. Tama melepas rangkulan tangan Bela yang ada di lengan tangan kanannya. Taksi yang ditunggunya sudah datang. Tak menunggu lama Tama langsung menaiki taksi itu. Tak peduli dengan Bela yang dari tadi merengek ingin ikut dengannya.

Tama sedari tadi melamun. Menghadap lurus kedepan. Tak menghiraukan semua. Dia masih mengingat kejadian tadi. Terutama saat Ressa meminta untuk berpisah. "Mas sudah sampai" kata driver taksi itu. Dengan sekejap lamuan tama buyar.

"Oh iya,makasih pak" ucap Tama sembari memberikan ongkos. Tama berjalan gontai menuju teras rumah Yanto,letingnya. Wajahnya tampak kusut. Tak ada semangat untuk beraktivitas lagi. Seakan akan hidupnya bergantung pada Ressa.

"Ya Allah bro. Muka kau jelek sekali kalo gini" Canda Berta. Tama tak menanggapi apa yang dikatakan sahabatnya itu. Dia memilih untuk duduk dan melepas topi pet yang ia kenakan. Dia mulai meminum secangkir kopi hitam yang ada di atas meja teras.

"Eh,enak aja. Maen minum aja kopi ini" marah Berta.

"Kau ini kenapa lah? Apa gunannya sahabat jika masalah hanya dipendam sendiri" tambahnya.

"Gue putus" jawab Tama pasrah.

"Haaa?" Pekik Berta dan Yanto bersamaan. Sepertinya dia tak percaya dengan apa yang diucapkan Tama tadi.

Tama hanya mengangguk menanggapi Yanto dan Berta yang tidak percaya dengannya. Dia merasa jika dia tak ada semangat lagi untuk berbicara.

"Bah bah bah,jadi jomblo lagi dong? Kasian amat lu bro. Ganteng ganteng kok jomblo. Ups,keceplosan" ejak Berta.

"Siapa bilang jomblo? Orang dia punya Bela. Tuh,dia pacar barunya. Yang sifatnya sebelas dua belas sama mantan kau yang dulu" Sanggah Yanto.

"Mantan yang mana cuk ? Kan banyak tuh mantanku" kata Berta percaya diri.

"Kui sik ninggal koe pas lagi sayang sayang e " Ejek Yanto. Memang jleb kata katanya.
(Itu yang ninggal kamu waktu sayang sayangnya)

"Anju,tego tenan koe" Marah Berta.
(Anju,tega benar kamu).

Tama memilih tak ikut campur masalah tentang apa yang dipermasalahkan mereka berdua. Dia hanya diam sesekali tertawa melihat tingkah absurd mereka. Itung itung obat galau.

"Kau galau?" Tanya Yanto kepada Tama. Tama langsung menganggukan kepala menanggapi pertanyaan tadi.

"Nyesel?"

"Entahlah" jawabnya.

"Bisa saja kau tak menyesal sekarang ini. Namun,penyesalan akan datang diakhir nanti" kata Yanto.

"Yaelah,tumben tuh otak kau punya cair" Ejek Berta.

"Kau aja yang otaknya selalu beku. Sempit tau gak?"

My prince of love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang