Angin malam terus menerpa tubuh. Duduk sendiri sambil meratapi nasibnya yang kian jatuh. Dia sadar,dia bukanlah gadis yang sempurna. Jauh dari kata 'menarik' dibandingkan dengan rekan wanita Tama yang baru itu. Putus? Ressa belum mengucapkan kata itu. Hpnya hingga saat ini masih dalam keadaan nonaktif. Dia tidak mau jika diganggu.
Pernah terbesit dipikirannya. Apakah dia terlalu murahan menjadi wanita? Seperti mengais cinta bukan?. Sepertinya masih dalam hal yang wajar jika dia ingin mempertahankan cintanya dengan Tama. Dia merasa jika dia adalah wanita terbodoh.
Ressa butuh waktu untuk menentukan pilihannya itu. Pisah atau bertahan. Namun,hatinya sudah tak kuat lagi jika posisinya terus begini. Dalam artian Tama selalu bersama perempuan lain. Ingin sekali dia pulang ke tanah kelahirannya itu. Namun,dia masih kurang nyali untuk berkata dengan orang tuanya.
Jam menunjukan pukul 8 malam. Dia masih termenung sendiri di tepi pantai. Jujur,dia tak tahan dengan hawa dingin yang sedang menerpanya itu. Deburan ombak yang besar membuat kesan horor bertambah.
"Ressa" Suara perempuan,yang diyakininya adalah Alya. Dengan sekejap gadis itu menoleh."Apa?" Jawabnya datar.
"Balik ke kamar yuk. Udah malem dingin" Rayu Alya.
Kali ini Ressa mengangguk. Dia tak ingin disebut wanita egois. Wanita yang belum dewasa. Dia masih membuntuti Alya yang berjalan didepannya. Hingga Alya pun menyamakan langkahnya dan merangkul pundak Ressa.
"Kamu gak boleh sedih lagi ya" Ujar Alya.
Kamu? Geli sih.Ressa hanya mengangguk paham. Dia tak ingin berkata. Matanya sudah tak ingin menangis lagi. Dia butuh istirahat. Tak mau memikirkan yang tak pantas untuk dipikirkan.
Kakinya mulai menginjakan di lantai hotel bintang lima. Rasanya ingin cepat cepat tidur pulas dan bangun tanpa beban yang dideritanya. Saat ini dia sedang berdiri di lift. Menuju lantai 3 kamar yang dia tempati.
"Ressa,akhirnya" Teriak Farren dan Rahma sambil memeluk tubuh Ressa yang sedari tadi merasakan kedinginan yang berarti. Ressa terbenam dalam pelukan ini. Rasa hangat menyelimuti mereka.
"Sabar ya,gw tau lo itu tegar,kuat,strong" Kata Rahma.
"Kuat sama strong sama kali" Jawab Ressa sambil tersenyum. Yakini,ini hanya kamuflase biasa. Hanya menyembunyikan rasa sakit yang dihadapinya.
"Ya biar lah,biar ada Inggrisnya dikit" Jawab Rahma terbahak.
Mereka hanya menghibur saja. Agar sahabat seperjuangannya itu kembali tertawa seperti sedia kala.
"Udah malem,yuk tidur" Pinta Alya.Mereka semua mengangguk setuju. Ada yang memakai krim wajah sebelum tidur. Ada yang cuci muka dan gosok gigi. Ada yang ngecek hp saja. Kebiasaan yang berbeda.
***
Jam menunjukan pukul 2 dini hari. Hawa dingin terus menyelimuti dan mampu masuk melalui lapisan epidermis. Gadis itu termenung dan duduk di sofa. Wajahnya begitu kusam tanpa tanda 'pernah tersenyum'.
Kakinya melangkah menuju kamar mandi. Bukan untuk mandi,melainkan untuk wudhu. Setelah selesai,dia mulai menjalankan sholat tahajud di sepertiga malamnya.
Bulir air tampak jatuh bebas dari asalnya. Tak bisa dipungkiri lagi,dia menangis. Mungkin kalian menganggap hal ini terlalu lebay,namun tidak. Siapa yang tak menangis jika 'akan' berpisah dengan kekasihnya yang telah lama berada dilubuk hatinya yang paling dalam. Hatinya sudah merasa lega. Jika semua curahan itu sudah ia curahkan kepada sang pencipta.
Hari sudah pagi. Gadis cantik nan manis itu ternyata tertidur di sajadah tempatnya bersimpuh. Tak lain,jika dia habis membaca ayat suci Al Qur'an.