Hari ini adalah hari bahagia menurut dua insan yang duduk di pelaminan.
Hari di mana mereka bekerja sama untuk membangun rumah tangga yang diselimuti kasih sayang dan kebahagiaan. Melaksanakan salah satu perintah dari Allah,Manusia diciptakaan berpasang pasangan. Dan tujuan mereka tidak hanya memenuhi hasrat saja,tetapi juga menyempurnakan agama.Ijab qobul sudah dilaksanakan 1 jam yang lalu. Atas nama Allah,mereka sah di hadapan agama dan juga negara. Sungguh berbahagia sekali.
Aku dan mas Tama duduk di antara tamu yang merupakan keluarga besar. Hari ini Mas Reno tampak lebih tampan dari biasanya,jas putih yang ia kenakan senada dengan gaun yang Mba Mila Kenakan---Kakak iparku.
"Dik,nanti kita nyusul ya" Kata mas Tama berbisik di telinga kananku. Aku hanya tersenyum dan menatapnya. Mas Tama tersenyum kembali,ah aku selalu meleleh ketika melihatnya tersenyum. Tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat.
Resepsi dimulai pukul 8 malam. Kali ini aku memilih kembali ke rumah bersama mas Tama. Masih ada waktu untuk istirahat,ya walaupun sebentar. Aku masih memakai dress berwana Beige yang senada dengan jas yang dipakai mas Tama kali ini.
AC berhembus konstan. Tidak ada suara lagi di dalam mobil kecuali hembusan AC yang bahkan sempat tidak terdengar. Mataku menghadap ke jendela,melihat berbagai aktivitas yang berada di sisi kiriku.
"Yang" Panggil Mas Tama.
"Apa?" Aku menoleh ke arahnya. Dia tersenyum.
"Nanti kalo kita nikah kita harus---"
"Halah,ngomongin nikah terus. Jalanin aja dulu ini. Kamu belum ada kepastian hm"
"Oh jadi ini,Kamu ingin segera ku lamar. Okai,tunggu secepatnya, Yang"
"Bukan gituu, Tapi--"
"Udah, pipimu merah. Kamu gak sabaran nikah kan" Katanya menggoda sembari mencubit pipiku.
"Ngga. Koas aja belum selesai. Kamu kan yang kebelet nikah, Haha"
"Eh tau aja, haha"
Begitulah,dari yang dingin tiba-tiba menjadi hangat.
Aku dan mas Tama sudah tiba di rumahku. Rumah masih sepi,Keluargaku memilih untuk tetap berada di rumah mba Mila. Bukannya aku tidak mau gabung dengan mereka,aku hanya ingin beristirahat saja. Lagi pula setelah resepsi selesai esok hari aku harus kembali pulang ke Jogja.
"Mas Tama tidur kamar aja" Tawarku. Daripada dia tiduran di sofa yang membuat mataku jengah melihatnya.
"Mau ngajak tidur bareng?"
"Bukan kamar aku. Kamar mas Reno kosong. Lagian ngapain ngajak tidur bareng" Kataku sembari meninggalkannya.
"Buat baby" Ucapnya lirih. Tapi aku masih mendengarnya. Aku tersenyum dalam diam.
"Yang, malah ninggal" Dia berlari kecil menyusulku yang sudah menaiki tangga.
"Nih kamar mas Reno. Aku mandi dulu"
"Tidur di kamarmu aja ya. Males aku tidur di kamarnya bang Reno" Katanya memohon.
"Hem. Tapi jangan macem macem ya!?"
"Iya,janji deh"
"Oke"
Aku mempercayai mas Tama sepenuhnya. Mas Tama terus membuntutiku hingga masuk kamar.
"Aku mau mandi loh,ikut juga?" Tanyaku sembari tertawa.
"Boleh" Godannya. Aku semakin tertawa. Ah sudah melampaui batas.