44. Dia yang terus memaksaku

3.3K 200 26
                                    

Aku masih berada di Malioboro bersama David. Duduk di sekitaran titik 0 kilometer Yogyakarta. Tangan kiriku sibuk membawa sate ayam yang David beli untukku. Disamping kananku terdapat es Dawet hitam yang David beli di seberang jalan.

Suasana petang hari sangatlah berwarna. Dengan kehangatan masyarakat Jogja dan juga kehangatan laki laki yang ada di samping kiriku. Sedari tadi David tak pernah diam. Selalu mengoceh tak jelas,mulai dari bercerita tentang hidupnya yang dulu di kota Medan hingga bercerita tentang letingnya yang baru putus dengan pacarnya karena lupa membawa dompet. Aku sesekali tertawa mendengar cerita David.

David yang kukenal sekarang bukanlah David yang dulu. Sekarang,David banyak berubah,dia lebih disiplin dan tegas. Yang dulu suka membuang waktu karena nongkrong,sekarang malah suka menceramahiku tentang pentingnya waktu.

Suara adzan telah berkumandang. David yang memakan sate Ayam itu menghentikan aktivitasnya. Begitu juga denganku.

"Ressa,mari ke Masjid" ajaknya sembari melihat mataku.

"Iya. Tapi aku lagi datang bulan,aku temeni aja ya"

"Oh,bulannya datang" candanya. Aku refleks mencubit perutnya yang keras.

Aku dan David berjalan menuju masjid. Di perjalanan David selalu mengoceh,tetapi aku selalu menanggapinya dengan senang hati.

"Kebanyaakan orang sekarang lupa waktu untuk salat" kata David.

"Iya,mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka" jawabku.

"Padahal,mereka itu diciptakan oleh Allah,kenapa dia lupa tak ibadah kepadanya? Padahal di dunia ini kita hanya singgah. Tujuan kita hanyalah surga." Kata David menceramahiku.

"Hati mereka belum terbuka sepenuhnya,vid." Kataku menanggapinya. David hanya tesenyum dan tangannya mengelus kepalaku yang terbalut dengan jilbab berwarna hijau.

Aku dan David sudah tiba di masjid. Masjid sangat ramai akan masyarakat yang hendak beribadah. Aku hanya menunggu di pelataran saja. Memang aku sedang datang bulan. Aku mengecek ponselku yang sedari tadi bergetar. Banyak sekali notifikasi Instagram yang masuk. Kebanyakan DM tentang,"kak bagaimana caranya masuk kedokteran UGM?" Hingga "kakak udah putus sama pacar kakak?" Aku hanya melihatnya dan akan kubalas nanti jika aku tak sibuk.

Jamaah yang usai menunaikan salat sudah berhamburan keluar. Tetapi,kenapa David tak kunjung datang. Ah,sudahlah lebih baik aku menunggu di sini.

"Ressa" aku menoleh kebelakang. Mataku terbelalak. Bagaimana bisa dia ada disini?.

"Mas Tama" kataku lirih. Mas Tama yang berdiri ikut duduk disampingku.

"Apa kabar kamu?" Tanyanya kepadaku.

"Sangat baik" kataku kepada mas Tama. Aku menyapu seluruh pelataran masjid dan sekitarnya. Di mana David? Lama sekali dia.
David,selamatkan aku sekarang - Batinku.

"Cari David?" Katanya. Ha? Apa dia bisa membaca pikiranku. Aku tak menjawab,mati kutu aku.

"Aku sudah ijin David untuk menemuimu" aku terkejut.

"Terus,David di mana?" Tanyaku.

"Aku tak tahu,nanti David pasti akan datang kembali. Aku hanya ingin bertemu denganmu. Beri aku kesempatan"

"Untuk?"

"Hidup bersamamu. Aku sekarang sudah tak ada apa apa lagi dengan Bela"

"Aku tak percaya,mas"

"Aku juga tidak menuntutmu untuk percaya,kita hanya ditakdirkan percaya bahwa tuhan akan menyatukan kita kembali seperti dulu" Katanya penuh penekanan. Inilah yang ku rindu dengan mas Tama.

My prince of love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang