Secara fisik memang kita berjauhan tetapi secara hati kita berdekatan. Mungkin kata inilah yang menggambarkan kehidupanku sekarang. Walaupun begitu,aku berusaha untuk tegar. Toh,usaha takkan menghianati hasil.
Walau hati ini seringkali berontak untuk bertemu,rasa ini seringkali memanas. Tetapi apa? Aku hanya menahan itu semua. Dibalik terjadinya hujan,pasti muncul pelangi yang indah. Berjuang memanglah sulit,tak semudah yang kita bayangkan.
Tak terkecuali komunikasi menjadi masalah yang utama. Kendati demikian,aku bisa memakluminya. Memang menjadi pendamping abdi negara itu tidaklah hal yang mudah. Tidak semua wanita kuat. Banyak yang meninggalkan hanya dengan alasan "TIDAK KUAT LDR". Dulu aku berpikiran seperti itu. Ternyata hal itu tak menakutkan juga.
Rasa yang menggebu gebu dikala hari minggu merupakan hari teristimewa. Bukan hari minggu saja. Tetapi,hari Rabu,Sabtu,dan Minggu. Tau kan? Pesiar.
Kali ini aku sedang berdiri mematung di depan rumah sakit. Menunggu taksi? Tidak,aku sedang menunggu di jemput oleh kekasihku.
Masih menggunakan jas putihku,membawa tas kecil berwarna coklat susu. Dan tentunya menenteng buku tebal.Sebuah mobil pajero berwarna putih itu berhenti di depanku. Tama,lelaki yang selama ini kurindukan dan selalu ku tunggu kehadirannya itu.
"Hay,udah lama?" Tanyanya."Lumayan lah" jawabku.
"Masuk yang" seraya membukakan pintu depan mobil samping kemudi.
"Makasihh" Ucapku.
"Cium ga?" Katanya.
"Ihh apaan sih"
Dia pun berjalan memutar melewati bagian depan mobil. Membuka pintu mobil dan duduk di kursi kemudi. Menghidupkan mesin mobil dan menancapkan gasnya.
"Mau kemana?" Tanyaku."Kita makan dulu ke cafe yukk..nanti habis itu kita muter muter ,lalu aku anter kamu pulang..okey?"
"Iya" selorohku singkat.
Didalam mobil,mas Tama fokus menyetir mobilnya. Sedangkan aku,aku hanya memainkan ponselku. Notifikasi grup four angels sangat ramai bak pasar dadakan. Membahas apa coba?
R.Alveenza
Send a pitcure
Berliana M. Pramodya
Gila,pacaran mulu tuh anak.R.Alveenza
Jarang jarang sob,ketemuan kek gini..Vania Rinjani
Gw iri..R.Alveenza
Sabar beb,ini ujian..udahan ya. Mau ngobrol ma doi,kasian dari tadi diam mulu.Sumpah,ponselku dipenuhi oleh notifikasi grup alay,lebay,receh,dan menyebalkan ini.
"Kenapa ketawa yang?" Tanya mas Tama."Ehh,enggak. Ini pengen ketawa aja liat chat di grup"
"Oh" dia hanya ber oh ria saja.
Akhirnya mobil yang ku tumpangi sampai pada salah satu cafe. Cafe ini sangat ramai sekali. Aku dan mas Tama pun masuk ke dalam cafe. Aku membuntutinya dari belakang. Banyak sekali pasang mata yang melihatku dan mas Tama. Tak terkecuali....
Wait, ada dia?Aku berusaha menetralkan degub jantungku. Merasa aku wanita paling takut. Takut,takut jika dia melihat wajahku. Namun apa? Dia sudah malihatku sedari tadi,Memperhatikanku.
"Tumben,banyak taruna karbol" Ucap mas Tama.
"Uhhmmm..i..Ya" Jawabku kikuk.
Raut wajahku sepertinya berubah menjadi pucat. Benar sekali,ketika aku merasa gugup yang berlebihan seketika wajahku berubah menjadi pucat.
"Kamu kenapa yang? Sakit?"