"Ya Allah,soal kenapa gitu amat sih? Tau gitu,kemarin gue belajar" Marah Metha.
"Emang lo gak belajar? Gimana sih lo. Gue aja yang belajar gak bisa ngerjain. Nyesel gue mah" kesel Diana.
"Apaan lo pada. Gue yang romawi II yang gak gue jawab aja santuy" Santai Vania. Memang Vania adalah orang yang memiliki type santai dalam berbagai hal.
"Ressa,lo pasti udah semua kan? Lo bisa ngerjain kan?" Berondong Metha.
"Alhamdulillah" jawabku. Aku hanya bersyukur akan kemampuan yang di berikan Allah kepadaku.
Banyak yang bilang aku adalah anak pandai yang dapat menyelesaikan berbagai hal dengan baik. Ah,aku tak terlalu percaya dengan apa yang dikata orang. Fakta,jika aku adalah manusia yang masih memiliki berbagai kekurangan.
Lupakan masalah tadi. Sekarang aku dan teman temanku berjalan melalui lorong kelas XI. Tujuan kali ini adalah pulang ke rumah masing masing. Tiba tiba sebuah bola basket menggelinding menuju ke arahku. Dengan refleks aku berjongkok dan langsung mengambil bola itu dengan kedua tangan mungilku. Aku membawa bola itu,mataku terus melihat sekumpulan anak basket yang berada di lapangan basket. Dan salah satu anggota ekstra itu menghampiriku.
"Ressa,dia mau ambil bola" kata Metha sambil menyenggol lenganku. Aku terkaget dan terbangun dari lamuan absurdku.
"Eh,ini" ucapku kepada laki laki yang berada di depanku.
Tampan - batinku."Makasih ya" jawabnya. Dia tersenyum kepadaku. Aduh,adek meleleh bang.
Laki laki itu membalikan badan dan berlari menuju tempat anak laki laki lainnya berkumpul. Aku melihatnya sambil tersenyum manis."Eh,ni anak kenapa? Eh lo" Kata Diana sambil menggoncang tubuhku.
"Ehh,gak papa kok. Yuk pulang" jawabku sambil berjalan mendahului mereka. Metha,Diana,dan Vania pun berlari membuntutiku.
"Jangan bilang lo naksir sama kakak kelas XII IPA 3 itu?" Seloroh Vania.
"Eh,lo kenal sama dia?" Tanyaku kepada Vania.
"Kenal lah,Tama namanya. Temen kakak gue" ujar Vania santai.
"Oh" aku hanya ber oh ria. Aku tak tau harus menjawab apalagi.
Aku dan temanku sampai di tempat parkir sekolah. Disana hanya ada beberapa mobil dan motor saja,mengingat jika hari sudah sore. Kami pulang mengendarai mobil Diana. Saat ini jam menunjukan pukul 4 sore. Kondisi jalan saat ini sangat ramai dan macet. Maklum jika jam segini adalah jam orang kerja pulang.
Jakarta memang ibu kota Indonesia. Dan berbagai kegiatan selalu terpusat di Jakarta. Maklum jika Jakarta tak luput dari masalah kemacetan.
Hampir setengah jam kami berada di dalam mobil. Tentu saja suasana di dalam mobil membuat perutku sakit. Bukannya aku mabuk,tetapi lelucon yang muncul dari mulut sahabatku itu berhasil membuatku tertawa keras dan alhasil perutku menjadi sakit.
Tak lama mobil berhenti tepat di depan rumahku. Aku membuka mobil dan turun."Sampai jumpa" ucapku sambil melambaikan tanganku.
"Bye" teriak mereka dengan posisi kepala yang keluar dari kaca mobil. Sungguh lucu.
Aku langsung berjalan menuju teras depan rumahku. Membuka pintu lalu masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum" salamku. Tak ada yang menjawab. Aku tahu jika papaku masih di luar negeri. Sedangkan mama? Entahlah aku tak tahu. Mas Reno? Dia masih menyibukan diri di Kampusnya. Lalu, asisten rumah tangga? Pasti bi Inah tak mendengar salamku.
Aku pergi ke dapur mencari keberadaan bi Inah.
"Bi Inah di mana sih?" Gerutuku.