Jika setelah ada pendidikan dasar,maka akan ada wisuda prajurit. Wisjur. Wisuda ini tanda berakhirnya pendidikan dasar bagi semua Prajurit Taruna.
Setelah Wisjur,mereka akan berpisah dan ditempatkan pada setiap matranya. Akmil,AAL,AAU,dan Akpol.
Aku tidak turut hadir. Memang orang tuaku tidak mengizinkan untukku pergi. Ya sudah,aku hanya bisa mengucapkan selamat lewat video call. Tidak masalah,jika itu bisa mengobati sedikit rasa rinduku.
Aku menghubunginya melalui Rara,adiknya. Dalam video,aku melihat mereka muter muter mencari keberadaan Mas Tama. Mataku pun mengikuti setiap sudut yang ada di video.
Hingga pada akhirnya,mereka berhenti pada salah satu prajurit. Apakah itu mas Tama? Ia nampak lain. Tubuhnya bukannya tambah gemuk,eh dia menurutku semakin kurus. Matanya menjadi mata panda. Sudahlah,itu tidak mengurangi ketampanannya.
Video nampak goyang. Sepertinya hp Rara sedang tidak terkontrol. Kembali stabil,melihatkan Tante Nita dan Om Dino yang sedang memeluk anak laki lakinya. Aku terharu,ya walaupun aku tidak merasakan kenyataannya.
Rara memberikan ponselnya kepada mas Tama. Dia tersenyum,aku mengucapkan sedikit ucapan selamat. Jujur sih,bingung mau ngomong apa. Katanya,dia mulai pendidikan di Akmil. Dia mungkin jarang atau mungkin tidak bisa menghubungiku kembali. Okai,aku mengerti kondisi.
"Iya,gapapa". Ucapku. Aku harus bagaimana? Memang seperti inilah keadaan yang sesungguhnya. Sudah kubilang berapa kali? LDR adalah hal yang sulit.
Video call berlangsung beberapa menit. Kami saling berbicara,entah bersama Mas Tama,Rara,bahkan Om Dino dan Tante Nita. Mereka memang keluarga yang baik,mampu menerimaku apa adanya.
Memutuskan untuk mengakhir Video bersama. Aku sudah kembali sibuk dengan kegiatanku. Sesekali terbayang bayang Mas Tama dengan seragam birunya yang tampak lebih gagah dan berwibawa. Memang benar,seragam bisa menambah ketampanan seseorang.
Haus akan soal itu wajar. Apalagi aku yang tingkat akhir. Berjuang menjadi orang pilihan dalam hal pendidikan. Itu tentu tidak mudah,sainganku ada di mana mana. Siap atau tidak siap,kegagalan akan selalu ada.
Ujian nasional tidak terlalu ku pikirkan. Memang,UN adalah hanya sebagai formalitas kelulusan. Jelek pun yang penting lulus.
Seperti biasa,chocolatos dingin selalu ada di sampingku,menggantikan posisi mas Tama. Haha. Soal soal sulit selalu membutuhkan tenaga untuk memecahkannya. Pengetahuan kuantitatif,musuh seluruh umat. Apalagi yang tidak pandai hitungan.
Belajarku buyar,aku selalu mengecek ponsel yang ada di atas meja. Padahal,sudah seserius ini agar tidak membukanya. Aplikasi pelangi selalu menarik perhatianku. Saatku membuka beranda,banyak sekali upload an Wisuda Prajurit. Kenapa mas Tama tidak menguploadnya? Emm.
"Dik" WhatsApp masuk. Aku sungguh senang. Mas Tama mengabariku. Aku sungguh rindu.
"Haiii" Jawabku Fast Respon.
"Bagaimana kabarmu,dik?"
"Alhamdulillah,baik. Mas Tama gimana?"
"Baik banget. Terimakasih sudah bertahan ya,dik"
"Hehe,iya. Apakah banyak waktu?"