Beberapa hari ini aku selalu tak enak hati ketika hendak melakukan sesuatu. Entah kenapa bisa seperti ini. Aku memang mencoba untuk positive thinking namun,tetap saja susah.
Segala urusanku di Rumah sakit sudah selesai. Memang akhir akhir ini juga banyak waktu untuk istirahat. Hanya menunggu beberapa pengumuman ujian stase saja. Tak henti hentinya juga aku mengecek ponsel. Aku takut jika ada suatu masalah di keluargaku.
Hati memang salah satu organ yang sangat sensitif. Lucu jika wanita tidak terlalu terbawa suasana. Aku mencoba untuk tenang,berpikir jika semua baik baik saja.
Tanpa berpikir panjang,tanpa harus menunggu interupsi. Aku langsung menelepon keluargaku yang ada di Jakarta. Aku anak rantau yang jarang pulang kampung.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam. Ada apa,dik?"
"Mama baik baik saja kan,ma?. Keluarga bagaimana kabarnya?" Tanyaku.
"Alhamdulillah kabar baik. Oh iya,Mas Reno sudah kembali ke Indonesia kemarin,dik"
"Syukurlah. Haa? Mas Reno udah di Indonesia. Kenapa gak ngabarin aku sih,ma?"
"Kamu sibuk sih".
"Ressa pengen pulang"
"Urusanmu bagaimana,dik?"
"Udah gak begitu sibuk,ma".
"Kalo masih banyak tugas,lebih baik kamu jangan buang buang waktu,dik. Selesaikan dulu."
"Tapi ini udah selesai kok,ma. Masih punya waktu aku"
"Ya sudah. Terserah kamu saja".
🌹🌹🌹
Keputusanku sudah bulat. Malam ini aku pulang ke Jakarta. Sungguh,aku sangat rindu mereka. Tak banyak barang yang ku bawa,hanya tas ransel dan totebag saja.
Pesawat sudah take off. Lampu lampu kota terlihat kemerlip dari atas. Indah,sungguh indah. Terlihat kendaraan berjajar rapi di jalanan. Lampu sorot dari kendaraan membuatku melamun. Pikiranku ada di sana. Sungguh,aku sangat suka suasana seperti ini.
Pukul 20.34 aku sudah sampai di Jakarta. Menunggu taksi pesananku datang. Jelas aku tak ingin merepotkan mama dan kakakku. Tak lama,taksi sudah tiba.
Kemerlip lampu kota sangat indah. Kemacetan membuatku lebih lama untuk menikmatinya. Suara klakson dari beberapa pengendara yang tak sabar dalam suasana seperti ini terdengar begitu keras. Suara lagu 'Aku Tenang' yang dipopulerkan oleh Fourtwenty itu sangat cocok sekali dengan hati.
Satu jam terlewat begitu cepat. Aku tahu,sesuatu yang indah memang cepat berlalu. Sepertinya halnya cinta. Apakah seperti itu? Tergantung dengan pasangan. Aku dan mas Tama? Jujur aku sendiri bingung. Oh noo,aku lupa mengabari mas Tama jika aku pulang ke Jakarta.
Sorot layar begitu terang. Membuat wajahku tersorot jelas karena pantulan cahaya. Aku lupa mematikan mode pesawat dan kini beralih pada sambungan data aktif.
"Assalamualaikum. Mas Tama,aku mau ngabarin. Aku lagi di Jakarta"
Pesanku tak kunjung dibaca. Mungkin mas Tama sedang sibuk atau beristirahat. Aku tahu,jika kegiatannya sangat membutuhkan dan menguras tenaga.
Taksi sudah berhenti di depan gerbang rumahku. Aku membayar dan turun. Taksi sudah berjalan maju. Aku masih mematung di depan pintu gerbang sembari menatap langit yang penuh dengan bintang.
"Semoga baik baik saja" kataku lirih. Kepalaku perlahan menunduk.
Gerbang yang berwarna rose gold lama tak ku lihat. Sekarang sudah di depan mata,aku sangat rindu keluargaku. Pintu berwarna putih menyambutku. Aku mengetuknya perlahan. Belum ada yang merespon kedatanganku,apakah mereka tidak mendengar ketukan pintu?.