Seminggu telah berlalu dan saat ini aku berada di Jakarta,tepatnya di Istana Negara. Tau kan,aku menghadiri prasetya perwira. Di sana,aku memakai baju kebaya syar'i. Tak lupa dengan olesan make up yang tidak terlalu tebal. Tante Nita memakai baju kebaya seragam dengan ibu yang lain. Begitu pula dengan om Dino,beliau memakai PDU TNI AD. Aku duduk di samping Rere,adik mas Tama yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Keatas. Namun,aku tak melihat perempuan bejat yang merusak hubunganku. Ah,mati kayaknya.
Acara sudah dimulai. Beberapa perwakilan capaja dari setiap matra maju untuk dilantik Bapak Jokowi selaku presiden Indonesia. Capaja menjawab pertanyaan yang dibacakan pak presiden dengan lantang,tak hanya disitu sumpah mereka di saksikan oleh kitab agama.
Seperti halnya praspa kemarin, Perwira remaja TNI Angkatan Laut itu menari dan melemparkan topi pet mereka ke udara. Sungguh bahagia melihatnya.
Aku beserta keluarga mas Tama turun menuju lapangan istana negara. Kami semua mencari keberadaan mas Tama. Entah,sedari tadi aku tak menemukan laki laki misterius itu.Kami sudah menemukannya. Laki laki itu berdiri tegap dengan balok satu yang berada di pundaknya. Letnan dua,itulah pengkatnya sekarang. Mas Tama hormat kepada sang papa,selaku atasannya di TNI AD. Dia langsung memeluk sang papa. Tante Nita dan Rere pun sama memeluk mas Tama. Hanya aku yang berdiri sembari membawa buket bunga.
Pelukan sudah terurai. Tante Nita sedari tadi mencium anak kesayangannya itu. Hanya aku yang sedari tadi tak berbuat apa apa. Mas Tama melihatku dan menghampiriku dengan senyuman yang terus mengembang. Aku menjadi canggung,aku sudah lama tak bertemu dan sekarang sudah tak ada ikatan diantara kita.
"Selamat ya" ucapku sembari memberikan buket bunga yang kubeli. Mas Tama terus tersenyum. Dan aku menjadi rindu akan kasih sayangnya. Ah,ingat aku bukan siapa siapanya lagi. Aku hanyalah temannya sejak SMA.
"Makasih kamu udah hadir,aku seneng banget" jawabnya.
"Iya" jawabku singkat. Tante Nita,Om Dino,dan Rere terus melihatku dan mas Tama dengan senyum yang mengembang. Apa mereka belum tahu jika aku dan mas Tama sudah jalan sendiri sendiri?.
Saatnya bersuah foto. Saat ini aku menjadi photographer dadakan. Mereka berfoto sekeluarga. Aku ikut senang melihat mereka semua tersenyum bahagia. Mas Tama menghampiriku.
"Foto bareng sama kamu ya,satu kali ini aja" mohonnya. Sebenarnya aku sedikit malu,tapi tak enak juga menolaknya. Aku hanya mengangguk. Aku memberikan kameranya kepada Rere. Aku sedikit menjaga jarak dengan mas Tama. Sepertinya mas Tama mengerti. Sudah 3 foto yang diambil bahkan lebih.
"Sudah" ucapku mengode. Mas Tama mengerti.
"Hai,maaf tante,om,aku telat" mohonya. Bela? Aku terkejut melihatnya datang. Tenang,aku tidak begitu panas saat ini. Bela mulai menghampiri mas Tama yang sedari tadi melihatku. Aku tahu perasaan mas Tama sekarang ini,tak enak hati denganku.
"Selamat praspa yang sayangku" Ucap Bela sambil memegangi kedua tangan mas Tama. Mas Tama tak menjawab Bela,dia hanya tersenyum pahit.
Aku melihat tante Nita sudah mulai akrab dengan Bela. Tetapi tidak dengan om Dino,beliau sedari tadi diam saja. Apakah beliau tak suka dengan Bela?. Aku hanya mematung sambil melihat Bela yang bergelayut manja di lengan mas Tama,mas Tama hanya pasrah. Aku sesekali tersenyum kepadanya,ingat aku rapuh kali ini.
"Om,Tante. Ressa pamit dulu" pamitku kepadanya. Memang aku sudah tak tahan melihat tingkah Bela saat ini.
"Kenapa buru buru? Mampir di rumah tante dulu aja yuk. Kan lama kamu gak mampir" mohon Tante Nita.
"Emm.... maaf tante,Ressa gak bisa. Ressa harus terbang ke Jogja lagi. Kapan kapan saja ya" kataku. Sebenarnya aku bisa dan aku berangkat ke Jogja nanti sore. Tapi aku tak ingin sakit hati ketika melihat Bela dan Mas Tama berdua. Aku melihat Bela yang juga sedang melihatku. Dia tersenyum jahat dan merasa jika dirinya menang dariku.