Mrs. Nana terkejut melihat Ellena yang meninggalkannya tanpa ragu. Apakah ia tidak berniat untuk melanjutkan pertemuannya dengan Joseph? Itulah hal yang pertama kali dipikirkan Mrs. Nana. Namun, wanita paruh baya itu segera mengenyahkan pikiran buruhnya tentang Ellena. Mungkin saja gadis itu memang harus melakukan sesuatu yang mendesak. Lagi pula Ellena sudah berjanji akan kembali.
Sayangnya, apa yang berusaha Mrs. Nana pikirkan sangat berbeda dengan apa yang diinginkan pikirannya. Mrs. Nana tak bisa tenang di sofanya. Ia berdiri, melongok ke pintu, lalu duduk lagi. Begitu terus berulang-ulang hingga lebih dari lima kali. Ia melirik jam besar di sudut ruangan dan menghela napas setelah menyadari waktu baru berlalu lima belas menit.
Mrs. Nana berusaha tenang dan bersabar. Ia menyesap teh bunga mataharinya sambil berusaha menenangkan diri. Baru saja air kemerahan itu menyentuh kerongkongannya, Mrs. Nana terbatuk keras beberapa kali. Ia tiba-tiba mengingat rumor mengenai Ellena. Banyak yang memberitahunya bahwa Ellena bukanlah seorang perawan lagi karena ia sering berganti-ganti pasangan seks. Mungkinkah Ellena meninggalkannya untuk memuaskan hasrat seseorang? Mrs. Nana mengelap bibirnya yang basah karena tersedak.
Lima menit kemudian, Mrs. Nana telah sampai di asrama siswa. Ia berhenti sejenak di persimpangan terakhir sebelum sampai di kamar Ellena. Wanita itu diam sejenak untuk memikirkan alasan apa yang bisa ia gunakan untuk membawa Ellena kembali ke ruangannya, atau setidaknya menutupi rasa malunya agar ia tak terlihat sebagai calon mertua yang tak bisa bersabar. Setelah ia menemukan alasan yang natural, barulah Mrs. Nana melanjutkan langkahnya.
Mrs. Nana mengetuk beberapa kali dan tak mendapat respon dari dalam. Jantungnya semakin berdetak tak karuan. Ia takut apa yang dipikirkan otak liarnya benar-benar terjadi. Dengan panik, wanita itu mencoba membuka pintu berwarna biru pastel di depannya, dan berhasil-tidak dikunci. Segera ia melongokkan kepalanya melewati pintu yang sudah terbuka. Matanya menangkap sebuah ekspresi yang sama paniknya dengan ekspresinya sendiri.
"Mrs. Nana?" Ellena bertanya dengan nada terkejut yang tak bisa disembunyikan.
"Kenapa kau lama sekali?" Tanya Mrs. Nana to the point.
"Aku harus mencari sesuatu." Jawab Ellena sekenanya.
"Apa benda itu yang kau cari?" Tanya Mrs. Nana sambil menunjuk gumpalan kain di tangan kanan Ellena.
"Ya. Ini sapu tangan kesayanganku." Ellena berpura-pura mengusap ujung-ujung wajahnya dengan celana dalam itu.
"Oh... baiklah," Mrs. Nana mengangguk.
"Apa yang kau lakukan di sini, Ma'am?" Tanya Ellena menyadari kejanggalan dari keberadaan seorang guru di asrama siswa.
"Aku mencarimu. Kita harus fitting baju." Mrs. Nana mengangkat bahunya.
"Ahh... baiklah. Apa yang harus aku siapkan?" Ellena menyelipkan celana dalam Robert ke balik sarung bantalnya.
"Aku sudah menyiapkannya. Kembalilah ke ruanganku segera!" Mrs. Nana hendak menutup pintu, namun Ellena mencegahnya.
"Aku akan pergi bersamamu." Ucap Ellen sembari berdiri dan mengikuti Mrs. Nana.
Mereka berjalan dalam diam seperti aturan di sekolah itu. Mrs. Nana berusaha menahan diri agar tidak bertanya kepada Ellena selama beberapa menit ke depan sampai mereka tiba di ruangannya meskipun sebenarnya ia memiliki banyak pertanyaan kepada Ellena. Ellena merasakan sebaliknya. Ini pertama kalinya ia bersyukur memiliki aturan sekolah seperti itu. Ia tidak ingin Mrs. Nana bertanya mengenai kain biru yang tadi sempat ia pegang. Ellena mungkin bisa membohongi Johanna dengan mudah, tetapi tidak dengan orang dewasa seperti Mrs. Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful for Rich Boarding School [Complete]
RomanceBagaimana rasanya hidup sebagai bangsawan? Bagaimana isi sekolah bangsawan? Persiapan malam pesta dansa yang panjang. Kisah cinta terlarang di dalam sekolah bangsawan. Hingga hubungan terlarang yang tidak bisa dihentikan lagi