Seorang perawat masuk ke ruang rawat Johanna setelah mendengar keributan dari ibu-beranak tadi. Beruntungnya, karena hal itu ia menemukan Johanna dalam keadaan tidak sadar. Perawat muda itu segera meminta seorang penjaga untuk mencari dokter. Dan saat dokter tiba di kamar rawat Johanna, Daino sedang berjalan di ujung lorong dengan tujuan yang sama.
"Apa yang terjadi?" Tanyanya pada diri sendiri sebelum mempercepat lajunya.
Di depan pintu yang tertutup, Daino dihentikan dua tangan kekar. Ia bisa saja mematahkan tangan-tangan itu, tapi melakukannya hanya akan memperkeruh keadaan. Ia memilih mundur dan menunggu hasil pemeriksaan dokter. Ia menyandarkan punggungnya ke dinding.
Daino memikirkan kemungkinan buruk apa saja yang sudah terjadi selama ia dan Mrs. Nina meninggalkan Johanna. Johanna bukan gadis yang ceroboh. Ia tidak mungkin bunuh diri kan? Daino masih belum tau. Tidak mungkin ia bisa mengenal baik Johanna hanya dalam waktu semalam.
Apa yang terjadi dengan Johanna? Kenapa kami meninggalkan Johanna? Apa Johanna akan baik-baik saja? Apa ini ada hubungannya denganku? Berbagai pertanyaa muncul di otak Daino yang sedang tumpul. Tiba-tiba dua pertanyaan muncul dan menamparnya keras. Apakah Pria Itu kembali? Apa karena nama Alka? Memikirkannya membuat Diano mual dan semakin gelisah.
"Kau, siapapun namamu, tidak bisakah kau mengizinkanku masuk?" Tanya Daino yang berakhir tidak dijawab.
"Izinkan aku mengintip. Buka pintunya sedikit. Sedikiiitttt saja." Paksa Daino lagi dan tentu saja tidak mendapat jawaban.
Setelah menunggu beberapa saat, dokter keluar dari ruangan Johanna. Daino beridir dan berniat mendekati pria itu. Namun, sebuah wajah yang seharian ini mengganggu kenyamanannya muncul di belakang sang dokter. Kepala perawat. Daino kembali duduk dan membelakangi wanita itu.
Mereka berbincang cukup lama sebelum keduanya berlalu menjauhi tempat Daino. Pria itu menghela napas lega sebelum mendekat ke pintu Johanna. Ajaibnya, para penjaga tidak menghalangi langkah Daino seperti beberapa saat lalu. Mengabaikannya, Daino meneruskan langkahnya masuk ke ruangan Johanna.
"Apa yang terjadi?" Tanyanya duduk di sebelah Johanna yang menutup mata.
Daino memegang tangan Johanna. Meremasnya pelan, lalu menciumnya lembut. Ia meneliti wajah Johanna. Belum ada satu hari, tapi ia melihat kerutan di dahi Johanna. Kantung matanya menghitam. Entah kenapa gadis itu masih terlihat cantik di mata Daino.
"Selamat sore, Tuan Anderson." Suara itu bagai petir menggelegar di telinga Daino.
"Nyonya Perawat." Panggil Daino terkejut.
"Nona Boundee mengalami gegar otak ringan. Kami memberinya obat bius agar beliau dapat beristirahat." Kepala Perawat menjelaskan.
"Kenapa Johanna bisa mendadak gegar otak?" Daino bertanya takut-takut.
"Sepertinya beliau terjatuh dari ranjang beberapa saat setelah Anda dan Nyonya Anderson meninggalkan beliau." Jelas Kepala Perawat.
Dugaan Daino benar, Johanna terluka karena ia meninggalkan gadis itu-lagi. Namun tetap saja mendengarnya langsung dari orang lain masih mengejutkannya. Karena terlalu terkejut, takut akan disemprot Kepala Perawat lagi, dan merasa bersalah karena telah melakukan kesalahan fatal dua kali, Daino tak bisa berkata-kata.
"Maafkan saya, Tuan Anderson." Ucap Kepala Perawat sambil menunduk dalam-dalam.
"Ke-kenapa anda meminta maaf?" Daino kembali terkejut.
"Jika saja saya tak melarang anda mendekati Nona Boundee, mungkin beliau tidak akan jatuh dari ranjang." Kepala Perawat masih belum mengangkat kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful for Rich Boarding School [Complete]
RomanceBagaimana rasanya hidup sebagai bangsawan? Bagaimana isi sekolah bangsawan? Persiapan malam pesta dansa yang panjang. Kisah cinta terlarang di dalam sekolah bangsawan. Hingga hubungan terlarang yang tidak bisa dihentikan lagi