Mereka kembali ke kandang kuda dalam diam. Johanna menuntun Sandy, sedangkan Daino membawa pelananya. Sejak berguling di tanah, Sandy menjadi sangat kotor hingga tak bisa ditunggangi, terutama oleh Johanna. Pelana itu ditenteng karena punggung Daino lecet akibat berguling tanpa melepas pelana di punggungnya tadi.
Johanna menahan diri agar wajahnya tak bersemu. Daino menahan diri agar jantungnya bisa berdetak normal. Itu bukan ciuman pertamanya, tapi ini pertama kalinya Daino merasakan sensasi yang luar biasa setelah berciuman. Bukan napsu melainkan perasaan bahagia yang agak aneh. Daino mengangkat ujung bibirnya mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
"Maaf." Daino berusaha memecahkan kecanggungan di antara mereka.
"U-untuk apa?" Johanna terkejut Daino bersuara tiba-tiba.
"S-Sandy menjatuhkanmu." Daino menjawab cepat. Jika dia menjawab karena ciuman itu, suasana di antara mereka akan bertambah canggung.
"Ah.. Aku baik-baik saja. Sandy kuda yang luar biasa, sayangnya dia terluka karena terlalu bersemangat." Johanna mengelus punggung Sandy pelan.
"Kudengar kau penari yang baik." Daino mengalihkan topik pembicaraan.
"Well, aku hanya mengulang apa yang dilakukan Mrs. Nina. Beliau penari yang luar biasa. Beliau juga guru yang sangat sabar." Jawab Johanna.
"Merendah seperti biasanya." Batin Daino.
"Bukankah suaramu juga indah?" Tanya Daino.
"Mrs. Nana mengajar dengan baik sehingga aku mudah mengerti." Johanna kembali merendah.
"Aku ingin mengiringimu." Ucap Daino memadang Johanna.
"Apa?" Johanna menoleh ke arah Daino yang berjalan di kanannya.
"Lupakan! Matahari semakin meninggi. Sebaiknya kita berjalan lebih cepat. Jangan terbakar matahari!" Ucap Daino sebelum berjalan mendahului Johanna.
Johanna berpandangan dengan Sandy beberapa detik sebelum mengikuti Daino sambil berteriak, "Tunggu aku!"
Tak lama kemudian, mereka berdua telah sampai di kandang kuda. Beberapa kuda terlihat berlarian di dalam pagar melingkar di luar kandang kuda. Daino mendorong pintu besi dengan badannya. Ia melenggang masuk dan membiarkan Johanna menuntun Sandy di belakangnya. Setelah membuka kandang Sandy dan menggantung pelananya, Daino mendekati Johanna yang masih berdiri di depan pintu kandang dan mengambil alih tali kekang Sandy.
"Biar aku yang memasukkannya." Ucap Daino.
"Biar aku saja. Aku ingin membiasakan diri dengan pelaku kriminal ini. Ia baru saja menjatuhkan bangsawan." Bantah Johanna dengan nada penuh sandiwara membuat Daino tertawa.
"Baiklah. Aku akan memanggil dokter untuknya." Daino menunjuk luka di punggung Sandy dengan kepalanya.
Setelah Johanna mengangguk, Daino meninggalkan Johanna menuju pondok kesehatan untuk menemukan seorang dokter kuda, bagaimana cara menyebutnya? Dokter untuk kuda? Ya, apapun itu, yang jelas ia harus mencari orang yang bisa mencegah infeksi di punggung Sandy. Daino juga berniat mencarikan ruangan dan dokter untuk memeriksa Johanna yang baru saja jatuh. Setelah ini ia harus membawa Johanna ke pondok kesehatan juga.
"Kau bocah nakal." Johanna membelai wajah Sandy pelan sambil tersenyum manis.
Melihat wajah tanpa dosa Sandy membawa Johanna ke kejadian beberapa jam lalu. Jika pria hitam ini tak menjatuhkannya, mereka tak akan mengalami menit-menit yang indah yang hanya akan dialami Johanna sekali seumur hidupnya. Ciuman pertamanya begitu indah dan bergairah. Ciuman itu menghancurkan pemikiran Johanna bahwa pria bangsawan selalu beringas .
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful for Rich Boarding School [Complete]
RomanceBagaimana rasanya hidup sebagai bangsawan? Bagaimana isi sekolah bangsawan? Persiapan malam pesta dansa yang panjang. Kisah cinta terlarang di dalam sekolah bangsawan. Hingga hubungan terlarang yang tidak bisa dihentikan lagi